Dio mengetuk-ngetukkan jarinya ke kusen jendela kamarnya. Sementara matanya fokus menatap ke arah bawah, tepatnya kepada dua manusia berseragam SMP yang sedang asik mengobrol di depan rumah keluarganya. Dio menggertakkan giginya ketika melihat anak laki-laki itu menepuk kepala adik perempuannya beberapa kali sambil tersenyum.
Bugh
Suara pukulan terdengar dari tangan Dio yang meninju tembok di sampingnya. Sementara tangan lain mencengkram kusen jendela erat-erat hingga beberapa uratnya terlihat.
"Ngapain lo senyumin balik, bego!" Dio kesal melihat adik perempuannya malah membalas senyuman bocah laki-laki itu.
"Ngomongin apaan sih, berasa dunia ini milik mereka berdua kali, ya?" Dio menggerutu sambil menatap anak-anak SMP tersebut. "Bocah tengik, mobil punya orang tua aja udah sok-sokan dipake nganterin cewek."
Hari ini sekolahnya memulangkan para murid lebih awal dari biasanya. Dio yang tengah bersantai menikmati hembusan angin yang menerpa kulitnya seketika langsung dipenuhi emosi gelap ketika melihat adik perempuannya turun dari sebuah mobil asing. Rasa panas yang mendadak naik ke permukaan saat seorang laki-laki keluar setelahnya. Dua orang remaja itu asik bercengkrama tanpa mengetahui sebesar apa rasa kesal yang tengah dialaminya.
Nothing is impossible.
Tidak ada yang tidak mungkin.
Di dunia ini segalanya bisa saja terjadi. Namun, kata-kata itu hanya berlaku untuk sebuah usaha dan perjuangan. Akan tetapi, ada beberapa perjuangan yang sia-sia untuk dilakukan. Seberapa keras pun usaha yang kita lakukan, hasilnya tetap tidak akan bisa seperti yang kita inginkan.
Ada hal-hal di dunia ini yang tidak bisa diubah bahkan dengan usaha dan perjuangan. Contohnya, ikatan darah.
Dio tidak akan pernah bisa mengubah fakta bahwa di dalam tubuhnya, mengalir sebagian darah milik ayahnya. Dio juga tidak bisa mengubah adiknya menjadi orang asing, karena pada dasarnya mereka berdua berbagi darah yang sama.Kita bisa menjadi pintar jika rajin belajar. Kita bisa menjadi kaya jika berusaha dan berjuang. Kita mungkin bisa mendapatkan cinta yang kita inginkan jika mengejar dengan penuh ketulusan. Namun, kita tidak bisa memutus ikatan darah dan daging dengan keluarga kita sendiri hanya dengan kata-kata atau tindakan.
Fakta bahwa kita adalah keluarga, itu tidak akan bisa diubah.
Jadi, apakah perasaan ini salah?
Apakah hatinya atau otaknya yang sudah rusak?
Dio mengerutkan dahinya. Mengingat masa lalu, sebenarnya sejak kapan perasaan ini dimulai?
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Melihat Kalla tersenyum seperti orang bodoh di bawah sana membuat pikirannya berantakan. Dio ingin segera turun dan menyeret adiknya itu untuk segera menjauh dari samping bocah laki-laki tengil tersebut.
Sebenarnya tidak ada yang salah dari pemandangan ini, hanya saja sejak tadi perasaannya sudah tak tertahankan. Hatinya panas seolah-olah tubuhnya disembur oleh api tak kasat mata. Tanpa sadar, kakinya melangkah menuju tempat adik perempuannya berada. Dio bahkan tidak tahu bahwa ekspresi wajahnya sangat menyeramkan. Berhenti dalam jarak beberapa langkah dari adiknya, Dio memanggil namanya dengan suara keras, "Kalla!"
Tidak hanya Kalla yang menoleh, laki-laki yang tengah menyenderkan tubuhnya ke pintu mobil pun ikut menoleh. Mereka berdua terkejut melihat wajah Dio yang sudah memerah seperti menahan amarah.
"Kalla, pulang!"
"Ghali, hati-hati pulangnya, nanti gue hubungin lagi.." Kalla yang mengetahui emosi kakak laki-lakinya sedang tidak baik-baik saja segera mengambil keputusan untuk mengusir temannya secara halus.
"Oke, sampai besok.." Ghali melirik sekilas ke arah Dio sebelum masuk ke dalam mobilnya.
Tanpa menunggu mobil tersebut pergi, Dio menarik lengan Kalla cukup keras namun tidak sampai menyakitinya. "Apaan sih, bang!"
Tatapan tajam langsung mengarah kepada Kalla. Gadis itu terdiam lalu menunduk. "Kenapa sih, kak?" Cicitnya.
"Umur lo masih empat belas tahun! Udah tau pacar-pacaran aja." Dio langsung mengomel di tempat. Keduanya sedang berada di ruang tamu, otomatis beberapa pekerja dapat menyaksikan adegan Dio yang kembali memarahi adik perempuan satu-satunya itu.
"Sok tahu! Siapa yang pacaran, sih? Ghali cuma nganterin aku pulang karena pak Dayat gak bisa jemput, mobil mogok!" Kalla mendongakkan kepalanya, menatap langsung ke mata Dio.
"Kan, lo bisa hubungin gue! Ada hp, lo punya nomor gue, nanti gue jemput. Kenapa harus nebeng temen lo? Cowok pula!" Dio yang sudah kehilangan kendali atas dirinya sebenarnya tidak pernah ingin mendengarkan penjelasan Kalla. Dia hanya ingin melampiaskan emosinya saja.
"Ya.. mana aku tahu ada kakak di rumah! Biasanya jam segini kakak belum pulang sekolah." Kalla merasa tidak adil. Dia hanya diantar pulang oleh temannya, apa yang salah? Bukankah seharusnya kakaknya itu berterimakasih kepada Ghali? Bukan malah menunjukan wajah menakutkan dan membuat Kalla tidak enak hati kepada Ghali.
"Mulai sekarang, kalo pak Dayat gak bisa jemput, hubungin gue. Kapanpun dan dimana pun, gue pasti dateng. Cuma gue. Inget." Tanpa mendengar tanggapan Kalla, Dio melenggang pergi.
Begitu sampai di dalam kamarnya, Dio memukul-mukul kepalanya sendiri dengan frustasi. "Udah gila! Dasar gila!"
Dio menghelakan napasnya secara kasar, "Dia adik lo, gila!"
___
Hola🖐
Siapa yang kangen aku? Tidak ada? Gapapa, sudah biasa🙂
Akhirnya aku balik lagi dengan cerita baru.🥳🥳
Kalian inget Dio? Iya bestienya Lioner. Cerita ini merupakan spin off dari Anagapesis dimana kisah Dio Evander yang akan menjadi fokus utamanya.
Tolong ingatkan Dio untuk tobat, masih banyak perempuan lain diluar sana, contohnya saya.
Semoga kalian suka dengan cerita ini, jangan lupa dukung aku dengan memberi vote dan komentar😁
See you🖐

KAMU SEDANG MEMBACA
IMPOSSIBLE
أدب المراهقينSpin off Anagapesis Tidak ada yang bisa mengendalikan perasaan cinta. Hal yang tak berwujud itu terkadang datang di saat-saat tak terduga dalam keadaan yang sulit. Apa salahnya mencintai seseorang? "Ada beberapa hal yang mustahil lo ubah. Perasaan...