1

4.5K 189 31
                                    

Hola🖐
Jangan lupa vote dan komen😁
Selamat membaca🥰
___

Kalla berjalan mengendap-endap turun melewati tangga menuju dapur. Biasanya di jam-jam inilah ibunya pulang kerja. Seharusnya Kalla bersembunyi, akan tetapi perutnya merongrong minta diberi asupan. Sejak pulang sekolah, Kalla belum makan karena sibuk mengerjakan tugas. Tanpa sadar hari sudah malam dan ia baru merasa lapar.

Ketika sampai di dapur, Kalla langsung membuka kulkas. Mencari-cari makanan apa yang bisa dia makan. Namun hanya ada buah dan bahan-bahan masakan mentah saja. Inginnya meminta sang asisten rumah tangga memasak untuknya, tetapi Kalla harus melewati kamar ibunya untuk dapat pergi ke kamar bi Rum. Kalla pun beralih membuka laci-laci tempat biasanya makanan instan disimpan. Sibuk dengan usahanya mencari makanan, sampai-sampai dia tak sadar ada seseorang yang menuju ke arahnya.

Tukk

Kalla terperanjat. Dia langsung berbalik badan dengan panik dan menemukan sang ibu sedang menatap tajam ke arahnya.

"Mama.." Cicit Kalla takut-takut.

"Jangan panggil saya dengan sebutan itu!" Sekali lagi, gelas yang dipegang ibunya dihentakan ke atas meja hingga menghasilkan bunyi yang cukup keras.

"Tante, maaf.." Kalla menundukkan kepalanya tak berani menatap ibunya, tepatnya ibu tirinya.

Namun Tiana sepertinya tidak peduli dengan permintaan maaf Kalla. "Sudah berkali-kali saya katakan, jika kamu ingin tinggal di sini, jangan sampai saya melihatmu."

"Maaf.."

"Apa menurut kamu pantas bagi saya melihatmu berkeliaran di rumah ini dan merusak pemandangan di mata saya?" Kalla selalu mendengar nada tajam dan kata-kata yang menyakitkan itu dari ibu tirinya. Namun, dia tidak pernah terbiasa. Hatinya selalu sakit dan matanya akan memanas lalu menangis.

"Sembunyikan diri kamu baik-baik agar tidak terlihat oleh saya." Setelah mengatakan itu, Tiana pergi.

Kalla menghapus cepat air mata yang turun menggunakan punggung tangannya. Dia menarik napas pelan-pelan lalu dihembuskan. Tak sengaja matanya bertatapan dengan seorang laki-laki yang berdiri menyender ke tembok. "Ngapain ngendap-ngendap? Hampir gue kira ada maling mau nyuri di rumah ini."

"Abangg.." Dio memberikan tatapan laser kepada Kalla. Gadis itu pun segera mengubah panggilannya. "Kak, aku laper.."

Dio berjalan ke arahnya lalu membuka salah satu laci dan mengambil dua mie instan. Kalla yang melihat hal ini mengerutkan dahinya, tak suka. "Kok mie, sih? Kan aku mau makan!"

"Mie juga makanan. Gak usah banyak maunya, anak haram!" Kalla cemberut. Anak dan ibu tak jauh berbeda, mulut mereka sama-sama tajam.

Sebenarnya Dio sudah memperhatikan Kalla sejak dia keluar dari kamarnya, kebetulan kamar mereka berdua bersebelahan, jadi Dio dapat melihat Kalla yang berjalan melewati kamarnya dengan gestur mencurigakan. Awalnya dia penasaran dan hanya ingin melihat apa yang akan dilakukan Kalla, namun saat kedatangan ibunya, Dio terdiam di tempat. Dia mendengar semua yang ibunya katakan kepada Kalla, tentu saja Dio juga tahu perasaan Kalla saat mendengarnya. Namun, dia tidak bisa menghiburnya.

"Pake telor." Pinta Kalla yang berdiri di sebelah Dio.

Tanpa banyak bicara, Dio memasukkan dua telur ke dalam panci. Dia juga memasukkan sayuran dan sosis. Kalla tidak bisa memasak, seluruh hidupnya di dalam rumah ini terbatas karena dia harus bersembunyi dari ibu tirinya. Kalla tidak bisa menonton televisi di ruang keluarga, tidak bisa bermain di taman, tidak bisa berenang di kolam, bahkan tidak bisa mengunjungi dapur. Hal ini karena dia takut akan bertemu Tiana. Kalla hanya bisa menghabiskan waktunya di lantai dua, tempat kamarnya berada. Tiana akan keluar dari kamarnya setelah Kalla berangkat sekolah dan pulang ke rumah saat malam hari. Kadang, jika ibu tirinya sedang dinas ke luar kota atau keluar negeri, barulah Kalla bisa bebas menjelajahi isi rumah. Memang terkesan jahat, tetapi ini adil. Kalla sadar diri, dia hanya anak di luar pernikahan yang dibawa masuk oleh ayahnya ke dalam rumah ini. Hati istri mana yang sudi melihat anak haram suaminya hidup berdampingan dalam satu rumah?

IMPOSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang