Hola🖐
Jangan lupa vote dan komen🥰
Selamat membaca😊
___Saat ini Kalla sedang bersandar membelakangi punggung Dio, laki-laki yang sedang fokus memainkan game di ponselnya. Mereka berdua duduk lesehan di atas lantai balkon kamar Dio. Mata Kalla memperhatikan mobil-mobil yang berada di bawah, tepatnya di depan rumah kosong yang berada di sebelah rumahnya.
"Kak, rumah sebelah katanya mau ada yang isi." Ucap Kalla sambil menyuap keripik buah ke dalam mulutnya.
"Mungkin."
"Kayaknya calon tetangga kita ini sultan tajir melintir deh. Soalnya kan rumah sebelah tuh besar banget. Rumah paling mewah kan di komplek kita?"
Dio mengangguk acuh tak acuh tanpa melihat ke arah Kalla. "Rumah kita cuma remahan aja di mata mereka."
Kalla langsung menegakkan tubuhnya dan berbalik menghadap Dio. "Gak gitu! Keluarga kita juga termasuk sultan, kok. Papa itu komisaris polisi, keluarga mama yang punya firma hukum King."
"Mama gue kali. Bukan mama lo. Jadi yang sultan keluarga gue bukan keluarga lo."
"...."
Kalla mencebikkan bibirnya sementara matanya menatap sinis ke arah Dio. Dia bangkit, sebelum pergi Kalla menyempatkan diri mendorong kepala Dio dengan cukup kencang hingga tubuh laki-laki itu sedikit kehilangan keseimbangan.
"Kurang ajar, KALLA!"
Yang dipanggil namanya langsung melarikan diri sebelum Dio menyerang dengan gelitikan mautnya. "MULUT KAKAK HARUS DIJAHIT!"
Kalla tertawa kegirangan saat sampai di ruang tamu. Dia kembali menyuap keripik yang dibawanya tadi sambil berjalan santai menuju ke luar rumah. Di sore hari yang tentram ini, Kalla bisa bebas kemanapun dan melakukan apapun karena ibu tirinya sedang tidak ada di rumah dan baru akan kembali minggu depan.
Kalla berjalan keluar melewati pagar rumahnya. Masih ada mobil yang terparkir di depan rumah tetangganya, beberapa orang terlihat membawa barang-barang masuk ke dalam rumah tersebut. Kalla melirik sebentar karena rasa ingin tahunya, ternyata halamannya sangat luas. Sejak Kalla tinggal bersama ayahnya, rumah di sebelah tidak pernah terisi sekali pun. Ini pertama kalinya. Setelah puas melihat-lihat, Kalla kembali melangkah, berjalan-jalan santai menikmati pemandangan matahari yang mulai terbenam. Sampai di taman komplek, Kalla memasuki sebuah kafe yang berada di sana, masih dengan menjinjing bungkus keripik.
"Mbak, matcha creme frappuccinonya satu." Ucap Kalla pada seorang wanita di meja kasir.
"Totalnya lima puluh lima ribu. Mau cash atau pakai kartu?"
"Cash aja." Ketika ia merogoh saku celananya, Kalla terdiam. "Mampus! Kok gak ada uang? Perasaan gue selipin uang di kantong?" Karyawan kasir pun tersenyum bisnis ketika mendengar gumaman Kalla.
"He he he.. Mbak, boleh saya pinjem handphonenya sebentar buat panggil kakak saya. Ternyata uang saya ketinggalan." Wajah Kalla memerah menahan rasa malu. Selain itu, dia juga bisa merasakan ada seseorang yang mengantri di belakangnya. Hancur sudah harga dirinya.
"O-oh.. Boleh-boleh, sebentar." Saat wanita tersebut hendak mengeluarkan ponselnya, seorang laki-laki dari arah belakang tubuh Kalla mengulurkan tangannya memberi sebuah kartu. Kalla reflek menoleh. "Satuin aja sama pesanan saya, mbak. Cappuccino satu."

KAMU SEDANG MEMBACA
IMPOSSIBLE
TeenfikceSpin off Anagapesis Tidak ada yang bisa mengendalikan perasaan cinta. Hal yang tak berwujud itu terkadang datang di saat-saat tak terduga dalam keadaan yang sulit. Apa salahnya mencintai seseorang? "Ada beberapa hal yang mustahil lo ubah. Perasaan...