Chapter 07 - Hari Ini, Mereka Usai

81 11 8
                                    

“Tetaplah menjadi obat yang paling candu, karena aku menginginkan kamu sekali lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tetaplah menjadi obat yang paling candu, karena aku menginginkan kamu sekali lagi.”

— Sabiel Nuraga

***

“Wassalamualaikum, shalom, salam sejahtera untuk kita semua, dan salam harmoni. Sampai jumpa di acara festival musik Mahkota tahun depan!”

“Sebagai puncak acara, inilah dia band yang kalian tunggu-tunggu, siapa dia?”

“Dreamer!”

“Dreamer!”

“Dreamer!”

Hampir seluruh penonton bersorak, suaranya menggema di seluruh sudut auditorium. Beberapa menit lagi, mereka semua akan mendengar lagu baru yang akan dibawakan Dreamer, terlebih lagi Raga menjadi produser lagu baru tersebut, yang mereka yakini bahwa lagu itu tidak akan pernah gagal.

Riuh sorak-sorai saat Dreamer mulai menaiki panggung, beberapa seruan dapat mereka dengar, terutama dari kaum hawa yang terus berteriak memanggil nama mereka secara berurutan. Namun, lain halnya dengan Kalana, yang hanya diam di tengah-tengah euphoria para penonton.

Raga mulai memetik senar gitar—sebagai bentuk pembuka bahwa lagu akan segera dinyanyikan, lalu disusul suara Kemal yang memegang kendali atas bassist dan juga lead vocal, dan Tegar sebagai main vocal. Lalu, drummer dikendalikan oleh Juna dan Akash sebagai pianis.

Di sela-sela jarinya sibuk memetik senar gitar, sesekali Raga melihat ke arah Kalana, yang hanya duduk di tempat, sedangkan semua orang berdiri untuk memberikan dukungan dan tanda bahwa mereka menikmati setiap lagu yang dibawakan Dreamer malam ini.

Kalana membalas tatapan Raga, hingga terjadi eye contact selama beberapa detik, sebelum Kalana memutuskan untuk bangkit lalu pergi. Padahal acara malam ini belum selesai, lagu yang dibawakan juga belum berakhir. Namun, kenapa Kalana harus memilih pergi?

Sedangkan alasan Raga yang ikut andil dalam pembuatan lagu itu semata-mata demi Kalana, Blue Spring itu ... untuk kamu, Kalana.

“Lo buru-buru mau ke mana, Ga?” tanya Juna, yang menyadari pergerakan Raga. Padahal, acara baru saja selesai. Namun, pemuda itu tidak memberikan jeda untuk beristirahat, padahal tenaganya sudah pasti terkuras habis.

“Cari Kala,” jawabnya singkat. 

“Kash, lo bawa mobil, 'kan? Gue titip melodi sama lo, ya?” pinta Raga pada Akash. Fyi, melodi adalah nama gitar kesayangan Raga.

“Dan lo, Jun. Lo jangan sentuh-sentuh melodi gue, trust issue gue sama tangan lo,” kata Raga.

“Kalana lebih menarik daripada melodi lo.” Juna menjawab, berikan ekspresi smirk pada Raga. Itu hanya jokes basi Juna, dan Raga tidak terlalu menanggapinya dengan serius, meski dia tahu bahwa Juna memang menyukai Kalana.

RAGA : Narasi Terakhir dari Hati✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang