6. Feelings

301 42 7
                                    

"San Lang... mungkin aku terlalu percaya diri... tapi kurasa... kamu suka sama aku?"

Mendengar ucapan Xie Lian, San Lang tersenyum dan menggeleng. "Kakak gak kepedean, kok. Aku beneran suka sama kak Lian!" Yakinnya.

"Kalau gitu..." Xie Lian tersenyum, "stop sampai sini aja, ya? Sebelum perasaanmu jatuh lebih dalam, tolong berhenti suka sama aku, ya, San Lang?"

"Ke–"

Sebelum bisa bertanya, tangan San Lang digenggam oleh pria kecil yang dua tahun lebih tua darinya. "Kamu masih muda. Masih sehat. Perjalananmu masih panjang. Kamu pasti bisa dapat yang lebih dari aku. Seseorang yang bisa mencintai dan menemani hidup kamu lebih lama," ucap Xie Lian, lalu mengarahkan tangan mereka ke dada San Lang, "isi hati kamu ini dengan hal-hal bahagia, yang mungkin gak bisa kamu dapat kalau kamu menyukaiku. Setuju, ya?"

"Kak...?" San Lang tidak mengerti. Di hadapannya, Xie Lian tersenyum begitu tulus.

"San Lang."

San Lang ingin bertanya lebih, tapi entah kenapa lidahnya kelu.

"San Lang."

Dia merasa hal ini tidak benar.

"San Lang..."

Pemuda di depannya ini masih terus tersenyum padanya, tapi ekspresi matanya tak bisa ia mengerti.

"San Lang! WOY! BANGUN! JAM BERAPA INI?? BUSET, DAH! LU TIDUR APA SIMULASI MATI?!"

San Lang membuka mata, dan seketika itu juga sebuah bantal tepat menghantam wajahnya. "Wei Wuxian! Bisa lembut dikit gak banguninnya?!" Melempar balik bantal ke arah sang adik.

"Bisi limbit dikit gik bingininnyi."

"Mulutlu jelek!" Kesal San Lang. Ia pun melihat sekilas ke arah jam di atas nakas. "Wei Ying, ini Minggu kalo lo lupa? Ngapain jam empat pagi bangunin gueee??!"

"JAM EMPAT PAGI PALE LOOO!!!" Teriak Wei Ying jengah, sambil menunjuk ke arah jam yang tadi dilihat San Lang, "Lo liat tuh jam! PM! Bukan AM! Ini jam empat sore, Huahuaaa!!! Lo tidur seharian kayak orang mati! Ini kalo Mami tau, lu udah dibawa ke RS kali, disangka koma!"

San Lang membelalakkan matanya tak percaya. Dia tidur selama itu? Kok bisa?

"Kok bisa?" Gumamnya, keluar begitu saja sesuai yang ada di kepalanya.

"Harusnya gue yang nanya! Kok bisa lo tidur selama itu? Kalo gak keluar kamar sih emang udah biasa. Tapi ini? Lo bener-bener tidur, anjir! Pingsan, kah? Atau jangan jangan... lo silaturahmi ke surga neraka ya, Lang?"

"Lo nyumpahin gua mati?!" Tanya San Lang sewot.

Wei Ying hanya mengedikkan bahu, lalu berbalik keluar kamar. "Yaudah, bangun! Keluar. Makan. Jangan di kamar mulu! Nanti kalo mati sendirian ga ada yang tau."

'Cih.' Terkadang adiknya itu bisa sangat menyebalkan– Ralat. Bukan terkadang. Tapi memang selalu menyebalkan!

San Lang belum beranjak dari kasurnya. Masih memikirkan mimpi yang terasa nyata untuknya barusan. 'Kenapa tiba-tiba gua mimpi begitu, ya?'

'Kenapa gua disuruh berhenti– lagi?'

'Apa yang salah? Emangnya kenapa kalau gua suka sama Xie Lian? Apa karena dia yang katanya udah punya calon? Trus tatapan matanya di mimpi tadi.. kenapa rasanya... gak tenang, ya?'

Pikiran San Lang mulai semrawut. Pikiran dan perasaan saling tumpang tindih. Dia yakin, rasa sukanya pada sang kakak di kos-kosan itu bukan hanya ketertarikan biasa. Meski selama ini dia belum pernah merasakan cinta untuk pasangan, tapi dia banyak belajar dari melihat orang di sekelilingnya terutama orang tua dan abangnya yang sudah punya kekasih.

HUALIAN LOKAL AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang