12. San Lang dan Cinta

203 28 5
                                    

San Lang belum pernah berpacaran. Kehidupan remajanya hanya diisi dengan pergi ke sekolah, dan pulang ke rumah.

Dia sebenarnya menjadi salah satu pria populer di sekolahnya, tapi dia tidak peduli. Di kamusnya tidak pernah terselip kata cinta. Semua wanita yang pernah mengaku padanya, dia tolak.

Dia terlalu malas untuk menjalin hubungan dengan seseorang di sekolahnya. Karena faktanya, dia seringkali mendengar beberapa dari mereka pasti mengeluh dan menjelek-jelekkan pacarnya sendiri. Dan yang paling membuatnya marah adalah ketika seorang wanita pernah mempermainkan hati Wei Ying-nya, adik bangsat kesayangannya.

Di mata San Lang, selain kedua orang tuanya, cinta yang tulus hanya dia saksikan dari sosok abangnya. Mau se-adu bacot apapun dia dan Binghe, tapi dia mengakui kalau sang abang patut dipuji. Dia juga baru tau kalau cinta tak memandang gender darinya. Dia pernah melihat seberapa hancurnya Binghe saat sang kekasih mengalami kecelakaan, hingga koma berminggu-minggu.

San Lang belum pernah berpacaran. Tapi dia belajar memandang apa itu cinta dari keluarga di sisinya.

Tapi, mau sebelajar apapun dia dari melihat sekelilingnya, dia masihlah kosong.

Seperti saat ini. Dia tengah memproses apa yang baru saja terjadi.

Dia... berciuman? Xie Lian menciumnya?

Tidak. Tidak juga.

Otaknya mulai memutar ulang...

Sepulangnya mereka dari Aquarium (Date), San Lang membawa Xie Lian ke Pet Shop yang tak jauh dari CS Kos. Mereka ke sana belum terlalu malam, jadi toko hewan tersebut untungnya masih buka.

San Lang menatap wajah Xie Lian yang senang bukan main saat mereka tepat di depan kandang kucing putih kecil yang pernah Xie Lian tolong. Lalu mereka membawa pulang kucing itu.

Awalnya Xie Lian tidak terima saat San Lang ingin membayar semuanya. Mau sekaya apapun keluarga San Lang, dia tetaplah masih anak sekolahan. Xie Lian tidak enak hati. Tapi akhirnya, dengan sedikit saling berebut ingin membayar, sang kasir pun menyarankan agar mereka patungan saja.

"Aku ga tau harus senang atau sedih. Udah berbulan-bulan sejak aku bawa kucing ini ke toko itu, tapi ternyata ga ada yang mau bawa dia," Ucap Xie Lian. Mereka sudah di jalan pulang.

"Kenapa waktu itu ga langsung Kakak bawa ke kosan?" Tanya San Lang.

"Aku mau, tapi aku takut ga boleh melihara hewan di kos. Trus karena kesibukan kampus dan bulak-balik rs, aku jadi lupa juga."

"Kata Mami boleh, kok," Ucap San Lang, sambil sibuk memarkirkan mobilnya. Mereka sudah sampai kembali di CS Kos.

"Kucing ini buat Kak Lian. Kakak bebas bawa dia ke dalam kos. Nanti kalau Kakak lagi sibuk, suruh aja He Xuan yang kasih dia makan atau bersihin kotorannya."

Xie Lian tertawa.

San Lang masih memainkan stir mobilnya. Kepala dan matanya masih mencari posisi parkir yang benar.

Xie Lian mengelus kucing di pangkuannya sambil tersenyum. Sejak dibawa, kucing itu tidak diletakkan di kandang, bertengger manis di paha Xie Lian.

"San Lang, sekali lagi makasih ya! Hari ini aku bahagia banget!"

"Anything for you, calon pacar~"

"San Lang..."

Mobil sudah terparkir sempurna. Mesin sudah dimatikan. Kunci sudah terbuka.

San Lang melepas sealtbet -nya. Saat dia menoleh ke samping, ada kenyal yang menyapa bibirnya.

Mereka berdua terdiam. Mata mereka sama-sama kaget.

HUALIAN LOKAL AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang