14. Mawar dan Sepucuk Surat

306 38 17
                                    

"Gua ga punya kesempatan ya, Bing?"

"..." Binghe menghela nafas. Tangannya menggenggam kemudi mobilnya.

Setelah perdebatan di rumahnya tadi, dan setelah dirinya tenang, Shen Qingqiu memberikan kunci kamar kos Xie Lian.

Tapi karena semua orang khawatir kalau San Lang pergi dengan keadaannya yang masih belum stabil, jadi Luo Binghe yang mengemudi. Sekalian mengantar Shen Qingqiu.

"Dia pasti balik kan, Bing? Xie Lian gua pasti pulang ke sini lagi, kan? tapi kalau pengobatannya gagal, gua harus apa? Binghe... gua harus apa??"

Baik Luo Binghe maupun Shen Qingqiu berusaha mati-matian menahan air mata yang ingin keluar.

"Turun. Kita udah sampe," ucap Binghe tanpa menjawab.

San Lang turun, lalu berjalan dengan lemas menuju kamar Xie Lian.

Luo Binghe melepas sealtbet, lalu menangis di pelukan Shen Qingqiu.

__

Di sinilah San Lang. Bersandar di pintu kamar Xie Lian. Ini pertama kalinya dia masuk. Aroma Xie Lian, walau terasa samar dan seakan menghilang, tapi masih bisa tercium.

San Lang berjalan ke arah tempat tidur, mengambil bantal Xie Lian lalu memeluknya. Menangis dalam diam.

Dia mengangkat kembali kepalanya. Mengedarkan pandangannya ke seisi kamar. Rapi dan tertata, selayaknya Xie Lian. Matanya lalu menemukan sesuatu di atas meja belajar.

Sebuah surat bertuliskan namanya dengan sepucuk mawar putih yang mulai layu.

Dengan masih membawa bantal Xie Lian di pelukannya, San Lang duduk dan membuka surat itu.

Dear, San Lang.

Mmm... aku bingung harus mulai dari mana...

Halo, San Lang (?) Kalau kamu sudah menemukan surat ini, berarti kamu sudah selesai ujian sekolahnya, kan? Selamat, ya! Aku yakin kamu pasti dapat hasil yang terbaik! ^^

Jangan marah pada siapapun, terutama abang kamu. Aku yang mohon supaya dia gak ganggu kamu dulu.

San Lang... Maaf. Maaf karena pergi tiba-tiba.

Maaf karena aku gak bilang apapun ke kamu.

Maaf karena gak jujur tentang penyakitku selama ini.

Maaf karena gak bisa menolak keputusan ayah lagi.

Dan, maaf. Maaf karena selama ini, dengan sadar, aku 'ngegantung perasaan kamu.

Tapi, San Lang... Kalau aku boleh egois... aku mau kamu tetap nunggu aku.

Menunggu aku kembali ke kamu, entah kapan.

Karena aku sendiri gak yakin masih bisa bertahan hidup atau tidak.

San Lang, sebenarnya aku juga sudah mulai punya rasa untukmu.

Waktu kita gak sengaja cium- (ah malu banget nulis ini) tapi jujur, aku jadi bersyukur atas ketidaksengajaan itu.

Tapi sepertinya dunia terlalu membenciku. Setelah ibu pergi, duniaku juga meninggalkanku.

Aku baru mulai bahagia lagi setelah kamu hadir, tapi lagi-lagi dunia ini membuatku jauh dari kebahagiaan.

San Lang, terima kasih sudah mencintaiku.

Tidak cuma kata, tapi semua sikap kamu ke aku bikin aku merasa benar-benar dicintai lagi.

Maaf, karena kamu bukan cinta pertamaku. Tapi kalau aku boleh egois pada dunia, aku mau kamu yang jadi cinta terakhirku.

Dan ya, aku sudah jatuh. Kamu berhasil masuk ke hati yang selama ini aku kunci.

San Lang. Hua Cheng. Anak tampan Mami Sanren. Xie Lian ini mencintaimu.

Doakan semoga penyakitku ini bisa disembuhkan. Agar aku bisa berlari ke pelukanmu.

Tapi kalau takdir berkata lain, tolong datang dan peluk aku meski tak ada lagi kehangatan di tubuhku.

Your very future love, Xie Lian.

———END———

HUALIAN LOKAL AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang