"Sikap nya dingin, tapi bukan berarti Hati nya juga dingin."
....
Vaya berjalan memasuki kelas dengan raut wajah nya yang menahan malu, karena kecerobohan nya barusan.
ia memasuki Almet tersebut ke dalam plastik yang tadi ia pinta kepada salah satu pedagang kantin, lalu ia memasukinya ke dalam tas, dan terduduk sambil menangkup wajah nya, "Aiss Shibal," Gerutu nya, seraya menggeleng frustasi.
"Ciee Sosweet banget tadi di kantin," Ucap Azura, yang tiba-tiba memasuki kelas dan menghampiri Vaya, yang di ikuti ketiga teman nya.
"Lucu banget tabrakan begitu," Timpal Lara, sembari duduk di depan meja Vaya begitupun dengan para teman nya yang duduk memutari nya.
"What! Sosweet? Lucu?" Sentak Vaya, seraya tersenyum kecut. teman-temannya ini bagaimana, jelas-jelas ia sangat malu, dan itu adalah Nasib sial nya, dan tidak ada lucu-lucu nya.
"Nasib sial lu ini vay, bisa jadi adalah nasib keberuntungan lo," Sambung Janet, sambil meminum es cekek yang di pegang nya.
"Maksud lo?"
"roomchat lu ama dia kan kosong melompong. Nah bisa di isi perihal Almet yang gak sengaja kesiram es Mangga, lu," Sambung Mabel, yang juga tau apa maksud Janet.
"kapan lagi coba lu chattan sama pak ketua tampan," lanjut mabel.
"tapi gue malu bjirr."
"malu mulu lu mah, kapan mau maju nya," Timpal Resha, yang begitu gregetan dengan Vaya. gengsi di gedein.
Sedangkan Vaya hanya diam sambil memikirkan itu semua.
"Kocela." Suara cempreng Galuh - cowo dengan gaya jalan dan suara nya yang slay. berjalan menghampiri mereka.
"kalian lagi ngapain nih?, kayanya seru banget ikutan dong," Ucap nya, yang baru saja ingin menarik kursi untuk di duduki, tapi di tahan oleh Lara.
"Galuh gak boleh kepo, ini obrolan cewe, udah mendingan kita main aja di depan," Ucap Lara, yang di angguki antusias Galuh.
"gess gue keluar dulu ya ama galuh," pamit Lara yang di angguki yang lain. Lara dan Galuh memang akrab, bukan dengan lara saja tapi dengan teman perempuan yang lain.
"minta tips Galen aja kalo enggak, nasib lu ama dia gak beda jauh, sama-sama suka orang yang jelas-jelas bodoamatan," Saran Resha, tiba-tiba saja saat Lara sudah tidak berada di dalam kelas.
"ayolah kejar si Sadewa," Ucap mabel, seraya menepuk lengan Vaya pelan.
"lu lupa apa, saingan gue satu sekolah. pasti susah banget, mana dia dingin banget."
"inget Vay kata pepatah. yang beda Sekolah bakal kalah sama yang satu Sekolah, Sedangkan yang satu Sekolah bakal kalah sama yang satu Kelas," Jelas Janet, meyakinkan Vaya.
.SAVAY.
Vaya memasukan Almet yang sudah ia cuci dan ia setrika ke dalam paper bag. lalu ia merebahkan dirinya dengan posisi terlentang.
Ia menatap langit-langit kamar nya tanpa memikirkan apapun. Namun tiba-tiba ia berpikir. Apakah dia harus memberitahu Sadewa, kalau almet nya akan dia berikan besok?
"Tapi ngapain make bilang-bilang bjir, kan satu kelas tinggal ngasih doang selesai," Monolog nya, dengan alis yang bertaut.
"tapii.. modus sekali-kali boleh kali ya? Bener juga kata temen-temen gue. Kapan lagi coba chattan ama Sadewa," Monolog nya, dengan smrik nya.
ia pun langsung buru-buru mengambil ponsel nya yang berada di atas Nakas sebelah Kasur nya, lalu merebahkan dirinya dengan posisi tengkurap.
ia pun membuka roomchat nya dengan Sadewa yang masih bersih, karena mereka tidak pernah berkomunikasi lewat online, secara langsung pun hanya sekali dua kali.
ia mengetik keyboard dengan sedikit ragu dan gugup. Nanti di hapus, nanti di ketik lagi seperti itu saja sendari tadi. Pada akhirnya ia memberanikan diri mengirim pesan tersebut.
Setelah ia memencet tanda pesawat di samping kolom pesan, ia langsung menjauhkan benda canggih itu, dan menegelamkan wajahnya ke dalam bantal.
"AAAA jantung guee, takut banget pliss," gumam nya frustasi seraya meremas bantal nya.
Tingg
Vaya meraih ponselnya, lalu melihat balasan pelan dari pria di sebrang sana. Rasa gugup yang di rasakan Vaya, membuatnya bingung ingin mengatakan apa lagi.
Sadewa
p
sadewaiya
siapa?ini gue Anvaya
yang kemaren numpahin jus
di almet loTrs
gue cuma mau bilang
kalau almet lu udah gue cuci
besok gue kasih ke look
Setelah pesan terakhir dari lelaki itu. Vaya merubah posisinya menjadi terlentang, sambil membenamkan ponselnya di dadanya, dan menghelang nafasnya pelan.
"singkat, tapi mereka gak bisa," lirih Vaya, seraya tersenyum senang.
.SAVAY.
Vaya memasuki area Sekolah bersama Resha yang menyetir motor, dengan ia yang di bonceng nya.
“Hai Vaya”
“Hai”
Sapa beberapa Siswa, dan beberapa tersenyum ke arah nya, dengan Vaya yang hanya membalas dengan senyum tipis nya.
Setelah motor Resha terparkir, mereka pun turun dan berjalan melewati koridor.
baru saja ingin melangkah, sebuah motor melewati Mereka berdua.
dengan pandangan mereka yang tak terputus saat melihat ternyata Sadewa dan satu Wanita yang ia gonceng.Sudah hal biasa, melihat mereka berdua berboncengan.
“lu duluan aja ke Kelas, gue mau ngasih almet ke sadewa.” baru saja Resha ingin mengeluarkan suara, Vaya sudah melengos pergi menghampiri Sadewa.
“Sadewa,” panggil Vaya, menghampiri Sadewa yang sedang melepas Helm di kepala nya. Sang empu pun menoleh, dan wanita itu pun juga ikut menoleh.
“ini Almet lu, sorry yang kemaren gak sengaja kena jus yang gue bawa,” ucap vaya, sambil menyondorkan paper bag tersebut.
Sadewa mengangguk, dan menerima paper bag itu, “thanks,”Ucap nya dengan wajah datar.
“Kalo gitu, gue ke Kelas duluan ya,” Ucap vaya sembari menatap sadewa dengan senyum manis nya, lalu beralih menatap Maura. Lalu di balas anggukan Mereka berdua.
.SAVAY.
Hai guyss bagaimana?
jangan lupa vote dan komen yaa..
Terimakasih sudah membaca.
Bye sampai jumpa di bab selanjutnya