Meskipun tidak terikat status yang jelas, namun anehnya kau merasa bahagia. Walaupun hanya menghabiskan waktu di dalam ruangan, asal itu dengan Myungho maka semuanya pasti baik-baik saja.
"Masakanmu tidak pernah mengecewakan, (y/n)."
Kau yang tengah menumpu wajah dengan tangan lantas tersenyum. Kau sengaja mengamati wajah Myungho yang tengah mencicipi hasil masakanmu. Ekspresinya membuatmu merasa senang dan bangga.
"Kau yakin tidak melebih-lebihkannya kan? Aku tahu masakanku tidak enak." sangkalmu
"Aku berani sumpah ini enak. Meskipun masakan ibuku masih lebih enak."
Kau terkekeh singkat.
"Masakan ibumu memang juaranya. Ngomong-ngomong, aku jadi merindukan ibumu. Kapan dia akan kembali ke Korea?"
"Entah. Mungkin saat aku wisuda nanti."
Kau mengangguk singkat.
"Kenapa? Kau ingin cepat cepat menemui ibu mertuamu?"
"M-mertua apanya. Jangan bercanda, sudahlah. Bantu aku mencuci ini semua."
Kau membalikkan badanmu dengan perasaan yang aneh. Rasanya sangat menggembirakan sekaligus mendebarkan. Mendengar Myungho menyebut ibunya sebagai mertuamu saja sudah membuatmu membayangkan masa depan yang entah terjadi atau tidak.
Bukannya membantumu mencuci piring dan perabotan rumah, Myungho malah memelukmu dari belakang.
"Hei, aku memintamu untuk membantu. Bukan menambah beban tubuhku."
"Akan aku kerjakan nanti. Ada hal yang penting yang harus ku kerjakan sekarang."
Perkataannya membuatmu mengernyit bingung.
"Memangnya apa?"
"Sarapan, contohnya."
"Bukannya tadi kau baru saja menghabiskan sarapanmu?"
"Sarapan yang lain."
"Maksudmu?"
Myungho lantas memutar tubuhmu agar menghadapnya. Ia menatapmu dengan lekat. Senyuman manis terpatri di wajahnya. Tatapannya turun ke arah bibirmu. Perlahan tangannya juga terangkat untuk mengusap bibirmu.
"Sarapanku yang lain adalah dirimu."
Setelah mengatakan hal itu, ia langsung memangut bibirmu dengan mesra. Tak menunggumu untuk mengatakan apapun. Bibirnya bergerak lebih cepat dari kedipan matamu. Pangutan bibirnya semakin intim ketika ia perlahan lahan mengangkat tubuhmu dan mendudukkannya di atas meja makan di belakangmu.
"M-myungho..." lirihmu ketika ciuman itu turun ke arah lehermu
Kau tak mampu menahan gejolak dalam tubuhmu yang begitu mudah terpancing oleh gerakan pelan Myungho di lehermu. Terasa basah dan hangat sekaligus. Sementara tangannya menahan punggungmu agar tidak menjauh darinya yang tengah menyantapmu sebagai sarapannya.
Suhu tubuhmu meningkat. Aliran darahmu begitu deras, bahkan terlalu deras hingga rasanya kepalamu pening.
"Huhhh... Myungho-ya..."
Ia masih sibuk meninggalkan jejak decapannya di tubuhmu. Entah bagaimana kau akan menghilangkannya besok. Biarlah, otakmu tak sanggup lagi untuk menolak.
Kau pun menakup kedua pipinya dan dengan agresif mencium bibirnya. Menyesap dan mengulum benda tak bertulang itu seakan-akan bisa menghabiskannya dalam sekali hisap.
"Hmpp!"
Tak membiarkan Myungho untuk menjauh karena kau sedang asik menikmati bibirnya. Namun tak lama setelah itu kau melepaskannya. Memberikan waktu bagi kalian mengambil napas sebanyak banyaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Healing [M] ✔
FanfictionPencapaian tersulit yang berhasil kau jalani selama dua puluh empat tahun hidupmu adalah keberhasilan dalam menutupi perasaanmu. Sudah sejak lama kau menyukai sahabatmu sendiri, dan sejak itu pula persahabatan kalian masih berjalan sebagaimana mesti...