Sudah hampir satu bulan sejak Myungho pertama kali datang ke Changwon-si dan selama itu pula kau terusik oleh kehadirannya yang tidak menyerah untuk mendapatkanmu kembali.
Setiap hari ia datang pagi-pagi sekali menjemputmu untuk berangkat bekerja, tidak jarang juga menyapa Ibu dan anak-anak di panti. Setelah itu dia tidak akan mengganggumu selama bekerja, toh yang kau tahu ia juga memiliki pekerjaan lain yang harus diurus. Tapi ia juga selalu datang menjemputmu di sela-sela kesibukannya.
Setiap kali kau memintanya untuk berhenti melakukan hal-hal itu, ia selalu bilang…
“Tenang saja, ini akan jadi yang terakhir kalinya.”
“Kau selalu mengatakan hal yang sama. Sebenarnya kapan terakhir kali yang kau maksud itu huh?” balasmu yang kemudian hanya dibalas senyuman lebarnya.
Meski selalu menolaknya dengan kata-kata, nyatanya kau tetap menurutinya. Kau membiarkan ia mengantar dan menjemputmu pulang tapi selama di perjalanan kau selalu mengomelinya. Tidak ada hari tanpa mengomeli dan ketus padanya.
“Kita sudah sampai.” ucapnya memecah keheningan.
“Jangan salah paham, aku menumpang denganmu bukan karena aku mau tapi…”
“... karena aku menghargai usahamu, itu saja. Ya, ya, aku sudah tahu (Y/n) kau mengatakannya berkali-kali sampai aku hafal.” ucap Myungho yang melanjutkan kalimatmu.
“Besok jangan menjemputku lagi. Aku akan pergi dengan seseorang.” balasmu
“Siapa?”
“Kau tak perlu tahu, bukan urusanmu juga.” balasmu ketus
“Laki-laki atau perempuan?”
“Ku bilang bukan urusanmu, Seo Myungho.”
“Aku baru saja akan mengundangmu ke-”
“Aku sibuk. Sudah ya. Jangan datang lagi besok. Aku serius. Jika kau datang atau menemui ibu, aku benar-benar tidak akan memaafkanmu.” Balasmu yang menginterupsi perkataannya.
Anehnya ia tidak menyahut lagi, ia hanya mengangguk patuh seperti anak anjing yang menuruti perintah tuannya dengan raut wajah murung.
“Kau tahu kan kau harus apa besok?” tanyamu memastikan
“Tidak menjemputmu dan tidak menemui ibu.” balasnya lirih seperti anak kecil
“Hei! Ibu siapa? hanya aku yang boleh memanggilnya ibu. Kau harus memanggilnya Nyonya Kim, mengerti? Coba ulangi.” tegasmu lagi.
“Aku tidak boleh menjemputmu dan tidak boleh menemui Nyonya Kim.” Balasnya tak bersemangat. Berkebalikan denganmu yang merasa senang karena berhasil menaklukan si keras kepala Myungho, kau dengan reflek mengusap puncak kepalanya seperti kau mengusap puncak kepala murid-muridmu.
“Anak pintar.” Balasmu
Selang beberapa detik kau langsung menarik kembali tanganmu dari atas kepalanya. Sadar bahwa tindakanmu memberinya sedikit harapan dan membuat kalian terjebak dalam kecanggungan ini.
“Maaf, aku tidak sengaja.” ucapmu
“Tidak masalah. Sering-seringlah melakukan itu, aku menyukai usapanmu.” Balas Myungho terkikik geli
“Aku pergi.” ucapmu mengacuhkannya.
Kau tak menanggapinya dan hanya menganggapnya angin lalu. Kau tak ingin ia merasa menang karena kau memberikannya sedikit perhatian kecil.
Saat kau ingin membuka pintu mobilnya, ia menggenggam tanganmu dengan lembut. Hal itu membuatmu kembali menoleh kearahnya.
“Tidak bisakah kita menghabiskan waktu lebih banyak? Aku tidak ingin kau pulang secepat ini.” ucapnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Healing [M] ✔
FanfictionPencapaian tersulit yang berhasil kau jalani selama dua puluh empat tahun hidupmu adalah keberhasilan dalam menutupi perasaanmu. Sudah sejak lama kau menyukai sahabatmu sendiri, dan sejak itu pula persahabatan kalian masih berjalan sebagaimana mesti...