09

974 141 13
                                    

Kau kembali dengan perasaan yang campur aduk. Kau memang sempat merindukan kenanganmu saat masih di Seoul dulu, tapi kau tidak berharap kenangan itu diulang kembali.

Kau memilih pergi meninggalkan orang tuamu, pendidikanmu, dan teman-temanmu bukan tanpa alasan. Kau memilih pergi karena kau ingin memulai hidup yang baru sebagai seorang ibu yang kuat. Kau tidak ingin membebani orang tuamu dengan kabar buruk bahwa putri mereka hamil di luar nikah. Kau juga tidak ingin mereka menghabiskan uang untuk membiayai pendidikan mu yang harus putus ditengah jalan.

Itu hal yang memalukan, sebisa mungkin kau tidak ingin kelakuan burukmu menyulitkan mereka. Kau tak akan kembali sekalipun kau merindukan mereka setengah mati. Akan lebih baik mereka hidup tanpamu, daripada hidup menanggung malu karena aibmu.

Begitu kau sampai, kau langsung disambut hangat oleh anak-anak yang tinggal di rumah yang sama denganmu. Ya, kau tinggal di panti asuhan yang dikelola oleh Ibu Kim Hyerim. Tak heran, itulah mengapa beliau menganggapmu seperti anaknya dan kau menganggapnya sebagai ibumu. Beliau memang ibu dari setiap anak yang tinggal di panti asuhan ini.

"Kak (Y/n), tadi ada yang mencarimu." Ucap gadis berusia 14 tahun bernama Hana

"Laki-laki atau perempuan?"

"Laki-laki. Dia tinggi dan tampan sekali seperti seorang aktor." Balas Hana nampak terpesona

"Benarkah? Kau sempat menanyakan namanya?"

Hana menggelengkan kepalanya.

"Aku bahkan hanya melihatnya dari celah pintu. Ibu yang menyambutnya tadi." lanjut Hana

Kau mengangguk pelan kemudian mengusap puncak kepala Hana.

"Terimakasih, Hana-ya. Oh ya, bagaimana sekolahmu? Ku dengar dari ibu, kau menjadi salah satu murid yang terpilih menjadi model peragaan busana? Wahhh selamat ya. Kau memang cocok menjadi model." balasmu sembari mengajaknya berjalan menuju ruang makan.

"Terimakasih kak."

"Apa aku bisa menontonmu nanti?" Tanyamu lagi

"Aku tidak yakin, tapi aku akan tanyakan pada panitianya."

"Baiklah. Apa kau tahu dimana ibu?" Tanyamu lagi

"Sepertinya tadi ibu di teras mengantar tamu."

Tanpa menunggu lebih lama, kau pun menuju teras panti asuhan itu dan benar saja kau menemukan Ibu sedang mengantar kepergian sepasang suami istri yang tak asing bagimu. Setelah tamu itu pergi, kau langsung menghampiri ibu.

"Untuk apa mereka kemari? Ingin mengadopsi anak lagi?" tanyamu

"Eoh (Y/n)? Tidak, mereka justru ingin menjadi donatur tetap di panti ini. Mereka sangat senang karena bisa mengadopsi Haneun."

Haneun. Anak berusia 4 tahun itu merupakan muridmu di sekolah. Tapi mengingat keceriaannya selama ini membuatmu kembali bersedih. Kau selalu tak bisa mengontrol emosimu jika mengingat kilasan balik perjalanan hidupmu kala itu. Air mata sukses mengalir dari pelupuk matamu.

"Oh begitu? Baguslah, meringankan sedikit beban ibu." Setelah mengatakan hal tersebut kau pun mengundurkan diri dari hadapan ibumu.

"(Y/n).."

Kau menghiraukan panggilan ibu dan kembali melanjutkan langkahmu sembari menepis air matamu dengan kasar. Setelah sampai di kamar, kau mengurung diri. Barulah saat itu kau bisa mengekspresikan kesedihanmu. Kakimu lemas sehingga kau berakhir berlutut di lantai. Hatimu terasa sesak. Terlalu banyak hal menyakitkan yang terjadi hari ini. Mulai dari Myungho hingga... Haneun.

Kau mulai menangis. Gadis kecil yang selalu riang itu adalah anak kandungmu. Dia putri kecilmu yang selalu kau rindukan setiap malam. Tiada hari tanpa merindukan dan menyesali kepergiannya. Melihatnya pulang ke pelukan orang lain benar-benar membuat hatimu perih.

Dangerous Healing [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang