Entah mengapa dunia ini terasa sangat sempit bagiku yang sedang butuh Quality Time untuk menyendiri agar kenyataan pahit dari berbagai hal yang terjadi secepat mungkin dapat berlalu. Masalah lain terus bermunculan satu per satu, membuatku pusing berkepanjangan...
Kepindahan si dia ke kontrakan tempatku tinggal sungguh mengejutkan. Tapi, yang lebih mengejutkan lagi adalah kamar Kak Chika berada di lantai dua, bersebelahan tepat dengan kamarku. Aneh, dari beberapa kamar yang masih tersisa di lantai tiga, mengapa dia memilih kamar di sebelahku? Aku tidak tahu apakah ini terjadi secara kebetulan atau dia itu seorang mata-mata yang sedang mengintai gerak-gerikku setiap saat selama di kampus seperti yang Cici dan Kak Jinan khawatirkan? Aku tidak begitu mengerti. Dari yang aku lihat, tampang Kak Chika bukan seperti kriminal, lebih cenderung seperti orang yang haus akan pengakuan. Setidaknya itu yang kuamati selama mengenalnya.
....
"Lo aja yang nyetir, Ray. Gue masih ngantuk parah"
"Iye"
Hari ini giliran motorku yang menjadi alat transportasi kita berdua berangkat ke kampus. Baru sesaat aku dan Raya duduk di atas jok motor, secara mengejutkan sesosok perempuan berambut pirang tengah membawa helm datang menghampiriku dengan tatapan sinis.
"Turun lo" Ucapnya ketus tertuju pada Raya.
"Hah? Siapa? Gue?" Jawab Raya kebingungan.
"Ya"
"Nih orang masih pagi udah marah-marah" Sahutku yang berakhir diberi Death Stare olehnya.
"Eh, jangan mentang-mentang lo kating terus lo bisa seenaknya kaya gitu!" Protes Raya.
"Lo yang seenaknya udah ngambil hak gue!"
"Hah? Kapan gue ngambil hak lo?"
"Tuh"
Tanpa alasan yang jelas tiba-tiba Kak Chika menunjukku, seketika membuatku menjadi kebingungan.
"Lah, gue?"
"David itu cowo gue, secara gak langsung dia udah jadi hak milik gue! Jadi lo gausah banyak omong!" Lanjutnya.
"HAH?!!"
Secara bersamaan aku dan Raya terkejut bukan main begitu mendengar ungkapan ngelantur yang dia lontarkan."Minggir!"
Sambil mendorong Raya menjauh, dia mengambil alih kemudi motorku sedangkan aku hanya bisa tertegun melihat perbuatannya yang serta merta tersebut. Sedetik setelah motorku dinyalakan, dia langsung tancap gas tanpa memanasi mesin motor terdahulu, meninggalkan Raya yang masih shock berat di depan kontrakan.
Selama di perjalanan aku hanya diam merenung dibonceng olehnya. Masih dilanda kebingungan atas kejadian yang kualami barusan, aku sampai tidak terpikir untuk membuka obrolan apapun sebelum akhirnya dia menekan gagang rem secara mendadak ketika berada di lampu merah. Akibatnya, badanku sedikit maju menempel ke punggungnya dan kedua tanganku yang reflek bergerak dengan sendirinya berpegangan di pinggul rampingnya. Jarak kami yang sangat dekat, membuatku dapat menghirup aroma pafrum yang dia pakai. Begitu wangi sampai akhirnya aku tersadar kembali dari lamunan dan secepatnya mengambil jarak untuk menjauh. Dari kaca spion sekilas aku melihat Kak Chika hanya melirik sebentar lalu kembali berfokus pada jalanan. Seakan disengaja, disaat lampu hijau menyala, dia menarik gas dengan kuat sehingga membuat tubuhku yang belum siap terbawa angin.
"Gila!" Umpatku pelan yang direspon dengan tawa kecil olehnya.
Sesampainya di kampus tepatnya di parkiran, kami berdua turun dari motor, tidak lupa juga menaruh helm di kemudi. Dia hanya memandangiku sesaat lalu pergi meninggalkanku tanpa berterima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET BETWEEN US PART 2
FanficKukira, kehidupan yang kujalani ini tidak akan ada habisnya. Tapi nyatanya aku salah, semua yang kuharapkan sirna begitu saja, tidak sesuai dengan ekspetasiku. Semuanya hilang digantikan oleh kehidupan yang tidak pernah kuduga.