Demi mendapat jawaban, aku rela tidak berkedip dengan terus memandangi wajahnya yang terlihat sedang berperang batin mencoba membuat sebuah keputusan. Menunggu beberapa saat, yang kudapat justru hanyalah ciuman bibir singkat tanpa jawaban melalui lisan.
"Jadi gimana?" Tanyaku sekali lagi memastikan.
"Dengan satu syarat"
"Apa?"
"Kalo sampai lo berani masukin jari, gue gak bakal segan tendang kepala lo detik itu juga!"
Persyaratan darinya masih terbilang mudah untuk kulakukan, sekaligus menjelaskan jika aku sungguh tidak boleh memasukan apapun ke dalam bagian vital miliknya termasuk penisku ini. Walau begitu, aku masih memiliki cara lain untuk memuaskan diriku sendiri, yakni dengan mengocok batang penisku selama memanjakan Kak Chika. Itu rencanaku.
Aku mengangguk, mengiyakan persyaratan itu dengan mengecup manja setiap aset mulai dari bibir hingga turun sampai ke perut rata yang dia miliki. Berhenti sejenak tepat di pusar, aku menjilat lubang buntu itu kemudian berlanjut menciumi bagian bawah perut dan berhenti tepat di depan klitoris.
"Enjoy your pleasure"
"Aakh... Da-davidd..."
Tubuh Kak Chika langsung bereaksi ketika aku baru menempatkan bibirku tepat di bibir vagina miliknya. Pemandangan ini begitu indah kulihat dari bawah, sehingga aku semakin bersemangat untuk menjilat. Demi mengetahui reaksi selanjutnya, aku sengaja memfokuskan gerakan lidah hanya di bagian klitoris. Dan tepat setelah kejahilanku tersebut, tubuh Kak Chika seketika mengalami kejang bahkan punggungnya sampai terangkat tinggi. Akibatnya, rambutku menjadi sasaran. Dia menjambak kuat bersamaan dengan kedua pahanya yang coba disatukan. Upayaku sedikit terhambat oleh tindakannya, sehingga membuatku harus berkerja extra demi bisa mencapai kembali klitoris itu.
"Sssshhh... Aaaahhh..."
Berakhir kesal lantaran tidak kunjung bisa mencapai titik klitoris miliknya berada, aku pun melebarkan paha Kak Chika secara paksa, dengan demikian aku akhirnya berhasil melanjutkan aksiku yang kini sengaja kutambah dengan hisapan kuat tepat di bagian bibir vagina.
"Mmpphhhgh... Kakk... Aaahhh"
"Mmpphhh... Ffffuccck!!"
Seiring berjalannya waktu, kusadari cengkramannya perlahan mulai melemah dan kini berubah menjadi sebuah tekanan. Tekanan Kak Chika ini terlampau kuat sehingga bibirku benar-benar bersarang di dalam vagina. Diluar dugaan, tindakan Kak Chika justru semakin mempermudah upayaku dalam memuaskannya. Tanpa membuang banyak waktu aku pun langsung memberi sebuah hisapan kuat yang kutambah dengan jilatan liar di sekitar langit-langit vagina secara bersamaan. Akibat ulahku yang terbilang berlebihan, tubuh Kak Chika seketika mengalami lonjakan hebat, dimana kali ini tidak hanya punggung saja yang terangkat tetapi juga pinggul. Kedutan hebat ditandai dari gemetar pada kedua kaki yang sedang berjinjit membuatku tersadar jika sebentar lagi dia akan mencapak puncak klimaks. Dan benar saja, cairan orgasme berskala besar menerjang keluar dengan kondisi kepalaku yang masih tetap ditahan olehnya, tidak memberiku pilihan lain selain menampung hampir seluruh cairan bening tersebut.
Pipiku menjadi mengembang, menandakan bahwa cairan yang kuterima darinya sudah terlampau banyak. Sebagian besar cairan orgasme dengan sendirinya terjun bebas melewati tenggorokan, mengharuskanku untuk memuntahkan sisa cairan itu akibat tersedak.
Kejadian luar biasa itu membuatku berakhir menjatuhkan kepala tepat di atas tulang tempurung vagina setelah kunciannya dilepas. Kak Chika nampak kehabisan tenaga setelah mencapai orgasme hebat, sementara aku sendiri kehabisan nafas akibat ditahan terlalu lama olehnya. Berhasil mengatur pernafasan menjadi normal, kini giliranku memuaskan diri. Hanya sesaat sebelum mulai mengocok batang, perhatianku tertuju pada tubuh mulus Kak Chika yang sedang dilanda lemas, terlebih bibir vagina itu nampak sangat menggoda seakan mengundangku untuk segera dipuaskan. Aku berusaha menampik pemikirkan itu akan tetapi hasratku lebih besar dibanding kesadaran alami. Sebagai seorang lelaki aku harus menepati janji yang telah kusepakati. Lantas untuk mengatasi situasi ini aku pun mencari cara lain yang sepadan dan tidak kalah jauh dengan kenikmatan jepitan vagina.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET BETWEEN US PART 2
FanficKukira, kehidupan yang kujalani ini tidak akan ada habisnya. Tapi nyatanya aku salah, semua yang kuharapkan sirna begitu saja, tidak sesuai dengan ekspetasiku. Semuanya hilang digantikan oleh kehidupan yang tidak pernah kuduga.