ℯ𝒾ℊ𝒽𝓉: 𝒹ℯ𝒸ℯ𝓅𝓉𝒾𝓋ℯ 𝓌𝒶𝓇𝓂𝓉𝒽

92 22 0
                                    

Pagi tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi tiba. Lebih cepat dari yang diinginkan oleh para pemuda Mathopis, bahkan setelah berjam-jam bertahan dengan dinginnya salju atau air liur yang menempel dan membeku di pipi.

Mereka menyapa satu sama lain berkali-kali, sepertinya masih memastikan kalau pagi ini mereka terbangun saling berhadapan dengan asap hitam bekas api unggun yang masih mengepul. Hujan salju juga terjadi tipis-tipis, memberi kesan 'mengusir' untuk para ksatria Breeze Land itu, mungkin mengatakan sebaiknya kalian cepat bangun dan bersiaplah untuk perang!

"Tidurmu nyenyak?"

Pertanyaan itu memberi opsi setengah-setengah untuk jawabannya. Matthew rasa...sedikit. Dia tidak bisa bilang tidur diatas salju yang seperti membekukan punggungnya sampai ber-minus-celcius suhunya, adalah hal yang menyenangkan. Tapi ini Matthew. Dia masih melihat sisi positif pada setiap kejadian buruk. Kecualikan bayangan tentang dia yang pernah di pasung dan di bakar hidup-hidup. Itu sangat tidak manusiawi. Tidak ada sisi positif dalam kejadian tersebut.

"Setidaknya, aku tidak digigit nyamuk."

Lalu Gyuvin mengigau, menyamankan posisinya ketika Gunwook berancang-ancang memukul pipinya,"Aku mulai rindu kasurku~" dan selanjutnya menghadapi serangan-agar-mata-terbuka dari Gunwook.

Dia hanya mengikuti perkataan Jiwoong bahwa semua orang harus segera bangun tanpa terkecuali. Sekalian, memanfaatkan situasi untuk balas dendam karena Gyuvin setiap saat selalu membuatnya jengkel. Terlebih sejak mereka tiba disini.

"Bangun semuanya, bangun!" Jiwoong menyeru.

Pria itu memandang para ksatria. Mengeluh sedih bahwa semua yang dia usahakan selama ini hanya akan berakhir sia-sia melihat betapa jomponya anak-anak remaja yang dia bawa.

"Aku tidak sanggup membayangkan mereka mengayunkan pedang," ucapnya melihat Gunwook kini dibantu Taerae melakukan aksi anarkis untuk membuat Gyuvin bangun. Jiwoong menarik nafas dalam beberapa kali, mencari pandangan lain selain Gyuvin—yah, pokoknya selain anak itu.

Kemudian melihat Yujin tengah duduk di sisi bukit bersama Annaliese. Mereka nampaknya asik mengobrol. Membuat Jiwoong tersenyum tipis dan mencari pemandangan baru. Hanbin tengah sibuk melakukan peregangan sekaligus olahraga ringan di pagi hari sedang Zhanghao duduk di dekat kakinya sambil berselonjor: dan sering kali menguap lebar.

"Aku tahu semua orang ingin tetap beristirahat." Pidatonya kembali dimulai. Semua orang mulai menjadikan Jiwoong objek utama untuk dipandang, kecuali Gyuvin yang masih mencoba mengumpulkan nyawanya tapi diam-diam berusaha untuk kembali tidur.

"Tapi sekarang saat yang tepat untuk mengumpulkan semangat baru, untuk memulai perjalanan kita. Ayolah teman-teman, kita punya misi! Jika kalian malas-malasan, semua yang kalian lalui sampai disini akan sia-sia!"

Pidato panjang itu berakhir setelah hampir satu setengah jam Jiwoong berdiri beku di guyur hujan salju. Sementara itu, tidak ada yang kuat mendengarkan semua kalimatnya yang berat, sulit dicerna dan berbelit-belit. Matthew bahkan berkomentar kalau Hanbin akan jauh lebih baik dalam menyampaikan pidatonya.

Lower Point : 𝒮𝓃ℴ𝓌𝒻𝓁𝒶𝓀ℯTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang