𝓉𝒽𝒾𝓇𝓉ℯℯ𝓃: 𝒶 𝓈𝓉ℴ𝓇𝓎 𝓉𝒽𝒶𝓉 𝓎ℴ𝓊 𝓂𝓊𝓈𝓉 𝓀ℯℯ𝓅 𝒾𝓉

84 16 0
                                    

"Kalian kemana saja?" pertanyaan yang terlontar pertama dari Gyuvin begitu Hao bergabung kembali bersama Jiwoong.

Sepertinya tidak habis bertanya dengan berbagai macam desakan pada Annaliese, anak-anak itu melanjutkan acara mencecar Zhang Hao dengan pertanyaan karena rasa penasaran mereka yang tinggi dan belum terjawab sepenuhnya.

"Annaliese menyembunyikan sesuatu." secara intuisi Hanbin mengatakannya, dia mencium ada beberapa hal yang tidak dibicarakan Annaliese dengan mereka sehingga perempuan itu segera berlari menghampiri Jiwoong dan bergegas mengajaknya pergi dengan dalih ingin membicarakan sesuatu yang penting.

Asal kalian tahu, ini memang penting. Beberapa informasi yang harusnya diketahui Jiwoong selama Annaliese berada di kota.

Lagipula, Annaliese sudah selesai disana. Selanjutnya, dia akan mengurus bagiannya sendiri. Selain itu, dia mencoba menghindari Zhang Hao. Dan laki-laki itu kelewat peka untuk menyadari niat sealami itu.

"Jadi, apa benar kau bertemu Harrison?"

"Dan cuma itu yang membuatmu kesal?"

Yang dilihat siswa-siswa Mathopis adalah bahwa Zhang Hao yang tadi dan yang ini jelas berbeda sifat dan karakter. Yang saat ini mereka lihat tidak asing, tatapan matanya, gerak-geriknya yang rada kikuk, semuanya ketahuan. Hao juga paling tidak nyaman berada di lingkaran pusat perhatian, karena itu dia terus berkutik di posisinya dan mencari tempat nyaman yang tidak begitu mencolok.

Tapi bukannya memberi kebebasan padanya untuk memperbaiki suasana kenyamanan, teman-temannya terus mengikuti kemana pun Hao pergi karena mereka yakin seolah Hao akan kabur jika tidak diperhatikan.

Hao menyerah. Dia mendesah sedikit keras dan menjatuhkan dirinya ke kursi berderet lima baris dan meja sepanjang delapan puluh senti, menatap teman-temannya lelah,"Bisa beri aku waktu sebentar? Atau beri aku air dan makanan?"

Yujin berbaik hati mengambilkan potongan roti aneh dengan selai kubis—eh bukan, itu bukan kubis. Lagipula kubis tidak mungkin dibuat menjadi selai. Rasanya agak dingin seperti mint dan lembut seperti krim kocok. Hao menyimpulkan bahwa ini adalah selai mint dari krim kocok.

Zhang Hao memakannya lahap didepan semua orang. Para pemuda itu mulai mengisi kursi yang kosong, dan Gyuvin bermain-main dengan menarik kursi Taerae membuat si empunya kesal dan nyaris melempar piring perak di meja itu.

Hao menyelesaikan sarapannya yang agak kesiangan dengan meminum segelas teh hangat. Aromanya menyeruak masuk ke rongga hidung dan membuat perasaan Hao damai seketika.

"Wah, teh apa ini? Kenapa rasanya seperti menyimpan keajaiban?"

Gyuvin menyahutnya,"Apa itu penting sekarang? Sepertinya kau lupa sudah membuat kami menunggu untuk sebuah jawaban."

"Benar," angguk Matthew."Kami ingin tahu apa yang terjadi. Annaliese sepertinya tidak mau mengatakan semuanya selain pada Mr.Jiwoong."

"Kalian mau mendengar apa dariku?"

"Semuanya saja."

"Baiklah," Hao menarik nafas. Dia bercerita mengenai kecerobohannya dengan pergi sendiri dan berakhir di tengah kota. Lalu bertemu Annaliese dan mencari jalan menuju ke tempat ini.

Hao sebenarnya hanya mengikuti apa yang ada dalam kepalanya saat berjalan kesini setelah menghilangkan bedebah Harrison yang menertawakannya karena menjadi lemah, selain itu, dia sendiri tidak mengerti bagaimana bisa mengalami perubahan emosi yang drastis sampai rasanya melihat siapapun saja sudah muak.

Tapi itu terjawab setelah tadi Jiwoong menepuk bahunya dan mengatakan bahwa ada sihir yang mempermainkan emosinya sehingga perasaan Hao berkecamuk dan didominasi oleh kemarahan.

Lower Point : 𝒮𝓃ℴ𝓌𝒻𝓁𝒶𝓀ℯTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang