ℯ𝓁ℯ𝓋ℯ𝓃: 𝓇ℯ𝒶𝓁𝒾𝓏ℯ 𝓉𝒽𝒶𝓉 𝓎ℴ𝓊 𝓃ℴ𝓉 𝒶𝓁ℴ𝓃ℯ

87 18 3
                                        

"Kau tidak juga bergerak!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau tidak juga bergerak!"

"Buru-buru itu tidak baik, pangeran."

"Jangan bercanda!"

Gelegak marah di tahannya. Pemuda itu kesal ketika sosok didepannya terlalu meremehkan keadaan, mengabaikan musuh yang sudah masuk ke dalam wilayah mereka.

Roan tertawa melihat wajah Hans. Tidak banyak berubah bahkan setelah sepuluh tahun lebih tidak bertemu, pemuda itu tetaplah sosok pemarah dibalik raut yang ramah. Puluhan bahkan ratusan juta makhluk hidup tertipu olehnya. Hans memang punya sesuatu yang bisa dimanfaatkan untuk mengambil hati banyak orang.

Lingkaran kabut menjadi alat komunikasi mereka yang tidak bisa dikesan oleh siapapun. Bukannya jaringan telepon atau radio, mereka menggunakan sihir untuk bisa saling mengabari satu sama lain.

"Setidaknya, tanyakan dulu keadaan pamanmu." Roan mencibir keponakannya.

Hans sambil berdecak sinis-tipis mengungkapkannya dengan berkata,"Kau terlihat baik dengan sekumpulan wanita dan permainan judi itu."

Hans yakin, tidak ada satu pun pekerjaan kerajaan yang dilakukan pria itu. Dia hanya menyuruh orang lain, lalu berfoya-foya dengan harta negara. Gawat. Bukan? Hans harus segera kembali ke istana dan menjadi raja secepatnya.

Tapi Roan itu licik. Dan sekarang tengah menyipitkan mata liciknya pada Hans.

"Aku tahu apa yang ada dalam kepala kecil itu," lalu tawanya menggema menyebalkan di telinga Hans."Kita akan membereskan musuh bagaimana pun caranya Pangeran. Tenang. Keberadaan saudaramu tidak akan memberi pengaruh apapun pada posisi yang sedang ditangguhkan hanya untukmu."

Roan menyeringai saat binar di mata Harrison mulai berubah. Nampaknya kembali bersemangat untuk mendengarkan kalimat Roan diselesaikan.

"Pangeran Zephilion, tetap menjadi yang terbelakang di bandingkan denganmu." kata Roan yang membuat sisi pongah Hans membingkai indah wajah tampan miliknya.  Harrison akhirnya luluh pada kebolehan charmspeak Roan.

Dia menepuk debu dari pakaiannya dan memberi pesan singkat sebelum menutup video call ala hokus fokus itu.

"Kerjakan tugasmu dengan baik, Roan!"

"Anda juga, Pangeran."

❆ ❆ ❆

"Bagaimana kau bisa menemukanku?" tanya Hao.

Dia berjalan bersama Annaliese di sisinya. Menghindari bayangan serba putih karena mual yang menghantuinya datang lagi. Kenapa baru sekarang? Kenapa saat pertama tiba disini tidak? Hao sendiri tidak paham. Apakah hal semacam itu bisa terjadi?

"Karena insting."

"Disaat yang lain tidak?"

Hao melihat Annaliese dan gadis itu menggeleng."Jangan tersinggung ya pangeran," kepalanya menunduk sedikit dan bicaranya agak pelan."Tuan Kanselir hanya menyuruhku mencarimu sementara yang lain harus mengikutinya. Karena selain dia, hanya aku yang tahu dimana tempat itu."

Lower Point : 𝒮𝓃ℴ𝓌𝒻𝓁𝒶𝓀ℯTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang