Happy Reading !
Di tengah malam yang sunyi, saat semua orang tertidur lelap untuk melepaskan rasa lelah mereka sebelum kembali melakukan aktivitas esok hari. Malam ini terasa berbeda, bulan begitu bersinar sangat terang, ditemani dengan bintang-bintang yang mengelilinginya, suasana yang sangat menenangkan.
Andhira termenung di teras rumah. Ia terjaga dari tidurnya, entah apa yang memenuhi pikiran gadis itu sampai membuatnya terjaga. Ditemani dengan cofee hangat racikannya, dia menatap bulan yang bersinar sangat terang. Lalu tiba-tiba ia teringat suatu hal yang dikatakan mama satu hari sebelum ia meninggal dunia.
"Nanti kalau mama gak ada, dan papa sudah menemukan kebahagiaannya yang baru, kamu juga harus bahagia ya?"
"Terus mama gimana?"
"Mama juga bahagia kalau orang yang mama sayangi juga bahagia"
"Mama relain papa sama orang lain?"
Mama menggeleng lalu tersenyum simpul, senyuman terakhir yang Andhira lihat sore itu. Senyuman indah yang membuatnya merasa sangat tenang. Senyuman yang selalu Andhira rindukan.
"Manusia itu datang dan pergi. Sama halnya dengan mama, suatu hari atau bahkan beberapa menit lagi, mama pasti juga pergi. Manusia itu makhluk sosial, gak bisa hidup sendiri. Papa kamu berhak menemukan kebahagiaan barunya setelah mama pergi. Begitupun dengan kamu, Andhira. Kamu juga berhak menemukan kebahagiaan baru setelah mama pergi. Jangan membiarkan diri kamu terlalu berlarut dalam kesedihan terlalu lama."
"Jadi jika suatu hari nanti papa kamu menemukan kebahagiaan barunya, jangan membenci papa kamu ya, nak?"
Tidak ada jawaban yang Andhira berikan saat itu. Hal selanjutnya yang dia lakukan adalah memeluk sang mama dengan begitu erat, seolah tidak mau kalau mamanya akan pergi. Ia memeluk beliau sampai pagi hari tiba. Dan pada pagi hari itu pula, seluruh badan mama menjadi dingin dan kaku. Tidak ada lagi rasa hangat yang Andhira rasakan, tidak ada lagi senyuman indah yang Andhira lihat. Mama telah pergi, meninggalkan dunia yang fana ini untuk selamanya.
Setelah kepergian mama, hidupnya terasa sepi, hampa, kosong. Seolah tubuhnya tidak ada lagi harapan untuk hidup. Setelah kepergian mama, papa menjadi jarang pulang kerumah, membuat Andhira semakin merasa kesepian. Tetapi satu minggu kemudian, papa pulang dan memberi tahu bahwa ia sudah menikah lagi dengan perempuan lain, bahkan tanpa sepengetahuan dirinya. Andhira merasa sangat terpukul, bahkan dia saja masih belum bisa melupakan wanita yang sudah melahirkannya, namun papa dengan semudah itu melupakan mama. Sehingga Andhira menganggap bahwa Widya adalah wanita ketiga yang datang diantara mama dan papa. Andhira menganggapnya sebagai selingkuhan papa, itulah yang membuat kebencian muncul dalam diri Andhira sama halnya dengan ia membenci Adinata.
Saat ingatan itu kembali menyeruak, bulir bening mulai turun dari kelopak matanya dan membasahi pipi. Andhira menangis sedikit terisak. Tatapannya kosong. Lalu muncul bayangan ia dan mama yang sedang berlari-lari kecil didepannya. Senyum ibu dan anak itu sangat manis, dan begitu tulus.
Di tengah malam yang sunyi itu, cahaya bulan mulai ditutupi dengan awan, tidak ada lagi cahaya indah yang Andhira lihat. Hal selanjutnya yang terjadi adalah hujan turun dengan deras. Hawa menjadi dingin, membuat Andhira sedikit menggigil. Lalu gadis itu tersenyum begitu manis, kemudian ia melangkah menuju taman kecil yang ada didepan rumah. Gadis itu berlari kecil, menikmati setiap tetes air hujan yang turun membasahi seluruh pakaiannya. Andhira tersenyum begitu manis sambil menengadahkan tangannya untuk menampung air hujan dan dia lemparkan keatas. Senyuman itu tidak pernah luntur dari wajahnya.
Tengah malam itu, Andhira memilih untuk basah kuyup karena hujan. Tanpa ia sadari, seseorang tengah memperhatikannya dari lantai dua. Orang lain itu yang tak bukan adalah Adinata. Ia langsung terbangun dari tidurnya saat mendengar suara hujan yang turun. Tanpa sengaja pandangan disebuah taman kecil menarik perhatiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adinata, Hujan, & Andhira
Fanfic[ Semua media yang ada didalam cerita ini saya ambil dari pinterest ] Adinata tahu betul kesalahan yang ia perbuat. Menyukai saudara tirinya sendiri adalah sebuah kesalahan yang fatal. Namun tanpa ia tahu, bahwa Andhira, saudara tirinya juga menyuka...