HAPPY READING!Andhira duduk terdiam di tepi jendela kamar dengan perasaan yang sepi, kosong, hampa. Rasa pusing di kepalanya tidak menjadi penghalang untuk dia bangkit dari atas kasur empuk yang semakin lama rasanya semakin pegal jika dia terus berbaring disana. Hari ini terasa berbeda, karena langit terlihat sangat cerah. Tidak ada lagi kumpulan awan hitam yang bergerombol, tidak ada lagi suara rincikan air hujan yang begitu menenangkan.
Rasanya ia jadi merindukan hujan. Ia merindukan bagaimana suara hujan sangat menenangkan hatinya. Karena rasa bosan yang terus meningkat setiap detik, Andhira memutuskan untuk pergi ke dapur dan melakukan suatu aktivitas agar bosannya hilang. Lagipula orang-orang sedang tidak ada di rumah. Ah ia lupa, ada Adinata juga disini. Andhira juga tidak menyangka bahwa laki-laki itu juga akan jatuh sakit.
"Lo habis ngapain?" tanya Andhira dengan raut wajah terkejut saat melihat keadaan dapur yang sedikit berantakan.
Adinata yang sedang berkutat dengan pisau dan sedang fokus memotong sesuatu, lantas mendongakkan kepalanya dan melihat raut wajah terkejut Andhira yang masih berdiri di tengah-tengah anak tangga. Sampai ia tidak sadar tangannya masih bergerak memotong sesuatu, sampai salah satu jarinya mengeluarkan darah.
"Tangan lo!" Langkah kaki gadis itu berjalan cukup cepat dan langsung meraih jari Adinata yang tidak sengaja tersayat pisau, lalu gadis itu menggunakan helaian baju piyama miliknya untuk menyeka darah Adinata.
"Lo ceroboh banget!"
Adinata hanya diam.
Andhira lantas mendongak dan menatap Adinata. "Lagian lo ngapain sih, sampai dapur berantakan begini?"
Adinata lantas menunjukkan sebuah buku resep pada Andhira sebagai jawaban dari pertanyaan gadis itu.
Resep Carbonara Pasta
"Buat pasta doang sampai kena pisau gini? duduk dulu sana!" Andhira mendorong bahu Adinata untuk duduk di kursi yang terletak dekat meja pantry. Lalu gadis itu mengambil kotak P3K dan langsung mengobati luka Adinata.
"Apa gue terlalu cantik sampai membuat lo gak fokus kalau tangan lo lagi motong bawang?" Andhira begitu percaya diri berkata seperti itu. Entahlah, mulutnya tiba-tiba berkata demikian.
Sebuah jawaban yang tidak terduga, ia melihat Adinata menganggukkan kepalanya. Membuat wajah Andhira sedikit bersemu.
"Padahal gue gak mandi" celetuknya.
Adinata tertawa tanpa suara. Sampai-sampai matanya menyipit membentuk seperti sebuah senyuman.
"Ngapain ketawa? gak lucu!"
"Nih, udah selesai gue obati. Lanjut sana bikin pasta, gue laper!" ia berkata seperti itu karena kesal.
Adinata tentu menurut, karena sejak awal tujuannya di dapur adalah untuk membuat pasta. Ia tidak terlalu suka sarapan bubur yang dibuat oleh asisten rumah, jadilah ia berinisiatif untuk membuat pasta sebagai pengganti sarapannya sekaligus melepaskan rasa jenuh setelah dua hari berada didalam kamar dengan tidak berdaya.
Setelah pastanya matang, Adinata segera meletakkan pasta buatannya di meja makan. Dia menyodorkan piring bagian Andhira untuk gadis itu makan. Tak lupa ia menyiapkan sendok dan garpu juga air minum untuk gadis itu tanpa disuruh. Perilaku kecil ini memang tidak berarti apa-apa bagi orang lain, tapi tindakan seperti itu membuat Andhira terdiam dan menatap Adinata begitu lama. Tatapannya sulit diartikan. Hingga sepuluh menit berlalu, Andhira masih sibuk memandangi Adinata yang sedang melahap pastanya. Sampai akhirnya gadis itu tersadar dan langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian dia segera menghabiskan pasta miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adinata, Hujan, & Andhira
Fanfic[ Semua media yang ada didalam cerita ini saya ambil dari pinterest ] Adinata tahu betul kesalahan yang ia perbuat. Menyukai saudara tirinya sendiri adalah sebuah kesalahan yang fatal. Namun tanpa ia tahu, bahwa Andhira, saudara tirinya juga menyuka...