Trapped?

1.5K 117 8
                                    

Tiga minggu kemudian

Jennie yang baru saja bangun tidur, tiba-tiba saja badannya terasa lemas dan mual. Ia berjalan perlahan ke kamar mandi, lalu memuntahkan makan malamnya di kloset.

"Sayang..?" Rose yang mendengar calon istrinya muntah-muntah pun segera menghampiri Jennie lalu mengelus-elus lembut punggungnya.

"Kamu kenapa, baby?" Tanya Rose dengan nada penuh kekhawatiran.

Jennie menggeleng pelan. "Aku gak tau, by. M-mungkin..."

"Mungkin..? Mungkin apa? Oh god kita harus ke dokter sekarang. Aku gamau kamu kenapa-napa sayang." Panik Rose.

"Hubby... " Jennie menggenggam tangan calon suaminya, mencoba menenangkannya.

"Aku rasa... Aku hamil." Ucap Jennie sembari menggigit bibirnya, nervous akan respons sang tunangan.

Rose pernah berkata padanya kalau jika Jennie hamil, Ia akan menerima dan mencintai anak itu. Tapi tetap saja ada sedikit keraguan di hatinya lantaran Rose yang hingga kini belum ingin menceritakan tentang keluarganya pada Jennie. Hal itu membuat Jennie sedikit mempertanyakan seberapa dalam rasa cinta Rose padanya.

"Ha-hamil? Are-are you sure baby?"

Jennie menatap manik cokelat muda Rose dan menemukan cinta, bahagia sekaligus kecemasan disana.

"Not yet. Tapi sedari aku disini... Aku belum pernah mens. Dan kita kan ga pernah make protection tiap kita making love, by. Kamu juga selalu cum di dalem." Ucap Jennie.

Rose tersenyum tipis. "Heheh. Habis kamu enak banget si, jadi aku ga bisa nahan tiap lagi di dalem kamu."

Jennie mendorong pelan dada tunangannya. "Kamu tuh ya. Udah ah aku sikat gigi dulu. Enek rasanya abis muntah." Rose mengangguk. Lalu mengikuti Jennie ke wastafel (atau lebih ke ruang cuci muka?).

Wastafelnya ada dua jadi mereka berdua bisa mencuci wajah dan sikat gigi secara bersamaan. Setelah mengganti baju, pasangan muda itu berjalan kebawah untuk menyantap sarapan.

Sesampainya di ruang makan...

"Pagi, oppa."

"Pagi, kak."

Sapa Ryujin dan Karina bersamaan. Dan dibalas oleh Rose dan Jennie.

"Pagi, dek."

"Pagi Ryu, Rin."

Saat Rose tengah mengunyah honey toast-nya, Ryujin dan Karina saling menatap satu sama lain. Memberi kode agar salah satu dari mereka mau angkat bicara. Akhirnya, Karina memenangkan perang mata itu dan Ryujin dengan nervous membuka mulutnya sambil menatap sang kakak.

"E-eh. Eon-eonnie... "

"Nde?" Jawab Rose tanpa menatap sang adik.

"Eh... " Glek 'fuck. Sialan si rina masukin gue ke kandang harimau. Adek durhaka emang' runtuk Ryujin dalam hati, sebelum melanjutkan ucapannya (rapnya) lagi.

"Menurut kakak... Apa ga sebaiknya kita undang grandma grandpa juga. Ta-tapi kalo ga juga gapapa si. Gue sans kok. Si rina nih yang pengen kakak ngundang mereka."

"Lah? Kok gua sih jin?! Ga gak. Boong dia oppa!"

"Dih. Kan lo yang bilang-"

"Stop!"

Rose mendecak kesal mendengar ocehan adik-adiknya itu. Sudah besar tapi tingkahnya masih seperti anak TK, ribut terus.

"Ngomong tu yang jelas. Rin, maksud kamu apa nyuruh kakak undang grandma grandpa? Hmm?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Revenge (Chaennie SMUT 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang