3

3.9K 205 24
                                    

3

P.O.V Patricia/Rebecca

Pelayan sudah menyiapkan air hangat dan taburan bunga ketika aku (dengan terpaksa) kembali ke kamar. Mereka juga sudah menyiapkan satu set pakaian lelaki (yang juga terpaksa kupakai meski aku tidak menyukai warnanya). Tapi apa boleh buat? Untuk sementara waktu aku harus bersikap lebih sabar dan tenang. Ini bukan rumahku. Dan aku juga sedang tak bisa pulang ke rumahku yang sebenarnya. Oh, aku tidak bisa membayangkan bagaimana marahnya ayahku karena aku kabur dari pernikahanku sendiri.

Aku bukannya tidak menyukai suasana di sini. Aku hanya tidak terbiasa. Sekali lagi. Ini bukan rumahku. Ini rumah seorang perempuan yang dengan lancang mencuri ciuman dariku.

Sebenarnya, kekhawatiranku bukan hanya soal wanita itu. Memang agak memalukan kalau harus menceritakan awal mula terjadinya insiden tadi pagi. Tapi ya... Begini, saat aku bangun, seorang pelayan datang dan menyapaku. Penuh senyum dan nada suara yang menyenangkan. Sangat biasa, sampai ia membuka tirai dengan ilmu sihirnya.

Ia menggunakan batu (atau entah apa) dan menunjuk ke arah jendela. Lalu, kain penutup jendela terbuka dan sinar matahari masuk begitu saja. Ia juga menggunakan hal yang mirip, batu putih yang bisa membuat balok di dinding atas bergerak dan meniupkan angin. Apa lagi itu kalau bukan sihir?

Tentu saja aku terkesiap. Di tempatku, penyihir hanya menggunakan ilmunya untuk meracuni orang. Membunuh. Itu sudah yang paling sakti (jujur ini hanya desas desus, aku bahkan tak pernah melihatnya sendiri). Dan sekarang aku melihat langsung sihir itu dengan mata kepalaku sendiri. Begitulah! Lalu aku lari, mereka mengejarku. Dan yah...

Sekarang aku sedang berdiri di depan sebuah lukisan pemandangan laut yang lebih luar biasa lagi. Tidak tampak sama sekali jejak kuas di sana. Mulus. Semuanya nampak asli dan nyaris membuatku merinding karena sangat mirip realita. Kalau benda ini juga bisa bergerak, aku pasti sudah pingsan. Syukurnya tidak. Tapi aku ingin tahu siapa dan berapa lama lukisan ini dibuat. Aku juga penasaran pada harganya.

"Rebecca... Dokter sudah datang. Silahkan kembali ke tempat tidur untuk diperiksa." Seorang wanita tua memasuki kamar tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Dia adalah orang yang memakai seragam hitam kemarin, dan dia juga yang berani membentakku tadi pagi di depan semua orang. Aku menolak untuk menoleh dan hanya meliriknya dari sudut mata. Aku bersikap begini hanya karena ia tidak memanggilku dengan nama yang benar.

"Ya, terimakasih," jawabku dengan suara kaku.

Setelah ia berbisik-bisik dengan lelaki yang disebut dokter, ia meninggalkan kamar. Lelaki itu duduk di sebelahku dan mengeluarkan benda-benda yang tak pernah kulihat seumur hidupku. Si lelaki memperhatikanku dan memasukkan kembali alat-alatnya. Tapi, ia meninggalkan sebuah tali yang ujungnya bercabang dua, ia memakainya di telinga dan menempelkan ujung yang lain di bagian dalam pergelangan tanganku.

"Apa itu?"

"Uhm... Aku bisa mendengarkan denyut nadi dan detak jantung dengan ini," jawabnya sederhana.

Aku menyipitkan mata dengan penuh curiga. Namun ia hanya tersenyum.

"Apa dadamu terasa tak nyaman? Apa nafasmu sesak?" tanyanya sambil melirik arlojinya.

Aku menggeleng. "Boleh aku mencobanya?"

Ia mengulurkan benda itu padaku. Aku meniru apa yang ia lakukan tadi, dan ia mengarahkan ujung tali ke perutku dengan gerakan lembut.

"Dengar?"

Aku melebarkan mata. "Apa aku kerasukan setan?"

"Itu suara ususmu," jawabnya, ia kemudian mengarahkan benda itu ke dadaku. "Tarik nafas..."

You Me Her (FREENBECKY) GXG (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang