Bab 1

2.1K 139 31
                                    

Seorang anak remaja dan tentunya manusia biasa yang hidup di sebuah kota besar di dunia yang mungkin dirinya sendiri tidak tau. Kota dimana hidup para bangsawan, ada seorang raja atau kaisar yang memimpin kota itu. Anak itu Bernama Raven, anak itu tengah berjalan tergesah-gesah menuju ke rumahnya.

"Aduh, Maaf paman saya tidak sengaja." ujar Raven.

"Tidak apa-apa, lain kali perhatikan jalanmu. Kenapa kau tergesah-gesah sekali?" ujar paman itu.

"A-aku harus segera kembali kerumah ku paman." ujar Raven.

Paman itu mengangguk, Raven pergi dengan napas terengah-engah. Ketika sampai di rumahnya, disana sudah sangat ramai sekali. Raven berjalan pelan dan melihat kenapa ramai sekali, namun disana itu adalah prajurit atau anak buah dari seorang bangsawan kaya raya. Ibu tiri Raven berdiri sambil berkacak pinggang, sementara ayah kandungnya hanya berdiam diri saja.

Ibu tiri Raven berbicara. "Heh anak tidak tau diri, dari mana saja kau ha? Cepat kemari, Kaisar menunggumu."

Raven berjalan cepat menuju ke ibunya, Wajah Raven sangat imut, bibirnya merah Cherry, rambutnya panjang hitam terurai, kulit wajahnya sangat halus seperti wanita. Sebagai seorang anak laki-laki dia sangat cantik, Ibu tiri Raven sangat kasar dan mendorong Raven ke hadapan bangsawan itu. Bangsawan itu juga terlihat tampan, namun sedikit sombong.

Bangsawan itu melihat Raven atas bawah, dia tersenyum licik. "Baiklah, hutangmu lunas, dan ini bonus tambahan untukmu. Belilah rumah yang cukup bagus, selama anak ini menurut denganku, aku akan mengirim beberapa keping emas untukmu."

Raven yang mendengar itu langsung terkejut. "Apa? Ibu menjualku, ayah juga... Kalian?..."

Yang menjawab bukan ayah dan ibunya, melainkan si bangsawan muda dan tampan itu. "Ya, karena mereka tidak sanggup membayar hutang-hutang mereka padaku."

Bangsawan itu menatap wajah Raven, bangsawan bernama Hangnan itu terdiam saat melihat wajah tampan, cantik, dan manis secara bersamaan. Ia sedikit tertegun dan kagum, lalu Hang sadar. "Kau harus ikut denganku sebagai gantinya, malah aku akan memberikan bonus kepada mereka, karena telah menukarmu yang imut ini dengan beberapa batang emas dan koin emas."

Raven hanya tersenyum miris kepada keluarganya, Raven tidak tau lagi harus berbicara apa. Raven hanya menggelengkan kepalanya saat ia melihat Hangnan memberikan beberapa kotak hadiah atau uang kepada keluargamya yang tidak tau diri itu. Hangnan naik ke tandunya, sementara anak buahnya yang lain termasuk Raven berjalan kaki di belakang. Tangan Raven di rantai, ia tidak bisa lari atau kabur dari sana. Orang-orang menatap miris kepada Raven, paman Huang yang selama ini baik dengan Raven tidak bisa membantu.

Raven hanya tersenyum kepada paman Huang, setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, mereka pun sampai di istana atau kediaman Bangswan Hangnan. Kediaman itu cukup besar, lalu Hang memerintahkan prajuritnya untuk membawa Raven ke ruangan yang berbeda dari budak lainnya.

"Bawa dia ke kamar yang ada di ujung sana." seru Hangnan.

"Baik tuan..." ujar prajurit itu.

"Ayo cepat..." Desak mereka.

Mereka menyeret Raven dan mendorongnya untuk masuk kedalam ruangan itu. Prajurit itu sedikit heran, karena Raven di tempatkan di tempat yang bagus. "Kenapa tuan Hang menyuruh kita membawa dia kemari? Ini terlalu bagus untuk seorang Budak."

"Terserah saya mau menempatkan dia dimana, kalian bawa ini masuk ke dalam." seru Hangnan sambil membawa seekor hewan buas alias macan."

"Tuan untuk apa itu?" seru Raven.

"Untuk menjagamu jika kau macam-macam, dia akan mencabik-cabik tubuhmu jika kau tidak menurutiku." ujar Hangnan.

Raven menelan susah payah salivannya, Raven harus satu kamar dengan macan yang bahkan jauh lebih besar dari ukuran badannya. Saat hewan itu sudah masuk, mereka meninggalkan Raven hanya berdua dengan macan sialan itu. Meski di rantai dan jauh jaraknya, tapi siapa yang akan berani melihat macan yang galak itu.

Raven memperhatikan macan itu, ia menatap mata macan itu. Tatapan mereka bertemu, Raven berbicara. "Dengarkan aku, kita bisa menjadi teman baik, aku tidak akan menyakitimu. Tapi tolong jangan sakiti aku, aku akan melepas ikatanmu. Aku tahu kau juga sama tersiksanya denganku."

Saat Raven akan mendekat kemacan itu, Hangnan masuk dan menarik Raven kedalam pelukannya. "Tuan mau apa?"

"Aku hanya ingin memastikan dari dekat, benarkah kau secantik ini sebagai seorang pemuda? Bahkan kulitmu jauh lebih halus, bahkan kelima selirku dan istri sahku tidak semulus ini." ujar Hangnan sambil merobek baju milik Raven.

"Tuan tolong jangan..." ujar Raven sambil melawan.

"Aku akan membunuhmu jika kau melawanku, kau milikku. Maka aku bebas melakukan apapun denganmu." ujar Hangnan.

Hangnan semakin buas dan brutal, Hangnan melepas paksa pakaian milik Raven. Hang terung memaksa hingga terlihat kemulusan kulit Raven. Napsu Hangnan semakin menjadi, Hang menyumpal mulut Raven dengan kain agar tidak berteriak, lalu Hang memaksa menerobos  krisan Raven. Memasukkan secara paksa, Hang berhasil masuk. Ia melancarkan aksinya hingga berkali-kali, dalam satu malam. Setelah puas, Hang langsung meninggalkan Raven yang lunglai tanpa busana begitu saja lalu mengunci pintu dari luar.

Macan di dalam sana hanya terdiam dan tidak bersuara, Raven menarik pakaiannya, ia pergi sempoyongan dan ada bercak darah di sana. Aroma cairan Hang tercium jelas di hidung Raven. Raven berjalan menuju ke pemandian, ia menceburkan dirinya dan berendam disana. Ia menangis, ia ingin mati rasanya, Raven sudah tidak kuat kalau setiap malam harus di perkosa brutal oleh Hangnan.

Raven masih berendam, ia memejamkan matanya, ia merasa lelah. Raven pun tertidur di dalam bak air, tapi Hangnan masuk lagi kedalam dan membopong tubuh Raven dan mengenakan pakaian untuk Raven. Bahkan Hangnan tidur disana bersama Raven, saat Pagi hari Raven bangun, Hangnan tidak ada disana. Raven merasa kelaparan, karena dari malam ia tidak makan. Lalu seorang prajurit datang membawa makanan untuk Raven.

"Heh ini makananmu ambillah semua, tumbenan sekali Tuan Hang memberimu makanan sebanyak ini." ujar prajurit itu.

"Te-terimakasih." ujar Raven.

Raven mengambil makanan itu, lalu ia memakannya. Tapi saat melihat macan itu, Raven membaginya beberapa daging ke si Macan. Macan itu pun memakan daging pemberian dari Raven. "Aku belum bisa melepas rantaimu, nanti suatu saat aku akan melepaskannya dan kita akan pergi jauh dari sini."

Macan itu mengerang tanda setuju, mereka makan bersama. Saat tengah asik makan, seorang selir datang masuk kedalam kediaman Raven itu. Selir itu menutup pintu. "Raven, kenapa kau bisa disini?"

"Huh, kak Bailu?" ujar Raven.

Ya itu adalah Bailu, tetangga Raven saat itu. Mereka tumbuh bersama-sama, itu sebabnya mereka dekat. Raven berbicara. "Aku di jual oleh ibu tiriku,"

"Dasar wanita jalan itu, tenang saja. Aku akan membantumu keluar dari sini," ujar Bailu.

"Terimakasih, kak Bailu lebih baik keluar dari sini. Aku takut tuan Hang akan marah jika melihat kakak disini." ujar Raven.

"Baiklah, kau hati-hati... Sebenarnya, jika kau pandai mengambil hati tuan Hang, kau akan baik-baik saja." Ujar Bailu sambil berlalu pergi.

Raven mengangguk, lalu Raven melihat kearah macan itu. "Tapi, apa yang harus aku perbuat?"





Bersambung....


Hai ini adalah cerita baruku ya, jangan lupa mampir, komen, Vote, dan share ya... Maacih....

 Maacih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BXB - WHITE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang