Bab 4

1K 98 30
                                    

Beberapa hari setelah Raven pergi bersama Titi melesak kedalam hutan, Raven tidak sanggup lagi menahan sakit di tubuhnya. Mereka berada di dalam gua yang sangat gelap, Titi menemani Raven dengan setia. Rasa lapar pun menyelimuti Raven, namun mau makan apa? Raven merasakan kepalanya sangat pusing, pandangannya mulai mengabur dan gelap.

"Mungkinkah ini kematianku? Sangat tidak cantik dan elegance, aku mati dalam keadaan tubuh dan wajahku hancur seperti ini.... Ciiih, lihat saja, aku akan menghantui kalian semua yang berbuat jahat kepadaku, aku mati membawa dendamku kepada kalian semua!" ujar Raven.

Raven perlahan-lahan menutup matanya, namun sekilas dia melihat ada sosok yang tidak dia kenal. Raven tersenyum sinis kepadanya, saat Raven menutup matanya orang itu langsung membawa Raven pergi entah kemana bersama Titi yang juga mati bersama Raven.

"Menarik sekali, macan ini mati bersama tuannya, baiklah..." Gumam orang itu.

Orang itu terus membawa Raven dan macan yang mati bersamaan. Ketika sampai di suatu tempat yang nun jauh disana, tempat itu sangat cantik dan indah. Titi hidup kembali saat di beri setetes air dari orang tersebut, beda hal dengan Raven, Raven di bungkus layaknya ke pompong dan di gantung di pohon yang berbunga kristal. Orang itu berbicara. "Bukankah dia tuan mu? Kau jaga dia, hingga saatnya akan tiba, dia akan keluar dari cangkangnya.

Titi menjaga Raven sepanjang hari, tiap detik, tiap menit, bahkan sampai bertahun-tahun lamanya. Sementara itu di ibu kota Glarenoth, seseorang sedang memburu iblis kecil yang lincah.

Sriiiing
Wuuusssh
Cetaaaas

"Dasar iblis tidak tau malu, kemari kau." seru orang berbadan tegap dan kekar.

"Ahahahaha, dasar bedebah bodoh. Menangkapku saja tidak bisa, aaaah sayang sekali kau yang tampan ini harus mati di tanganku." seru iblis anak kecil bernama Ning.

Sriiiing
Wuuush

Suara kegaduhan itu memekakkan telinga semua orang, orang-orang biasa merasa takut, namun takjub dengan sang pemburu iblis. Pemburu iblis itu bernama Rick, dia emang suka bertele-tela dan lama.

Wuuusssh
Sriiiing

Serangan dari arah lain, Itu adalah Master Lunye. "Kau lama sekali Rick, tolong jangan suka bermain-main dengan iblis."

"Aku hanya bersenang-senang, lagi pula dia juga sudah mati di tanganmu." ujar Rick.

"Mana yang lain? Sinye dan Sifu?" ujar Lunye.

"Tuuuuuuh.... 😗" ujar Rick sambil menunjuk Sinye yang sedang membawa iblis besar di tangannya.

Sementara Master Sifu membawa iblis yang jauh lebih besar lagi jiwa dan raganya, namun mendadak hancur jadi debu karena memang sudah di musnakan.

Sinye yang imut menyapa. "Halo kakak Rick, kakak Lunye... Kak Sifu..."

"Halo Sinye, kau makin imut saja." ujar Lunye.

"Hiihihi, kak Lunye bisa aja, Sinye gigit nih." ujar Sinye kecentilan padahal dia laki-laki.

"Jangan disini, ayo kepenginapan." ujar Lunye.

"Ekheeeeem... Kalian bisa serius tidak? Aku lapar, lebih baik kita cari makan dulu." ujar Sifu.

"Baiklah, itu disana." ujar Rick.

Mereka berempat pergi ketempat makan yang sangat ramai pengunjungnya, bagaimana tidak sang pemilik kedai makan itu sangat tampan dan juga cantik secara bersamaan. Ketampanannya bagaikan di pahat, dia nampak anggun, kulitnya mulus putih bersih bagaikan salju yang sedang turun saat ini. Bibirnya merah semera Cherry, bulu mata lentik, rambut hitam bergelombang, matanya bulat, dan hidungnya mancung, bibir mungilnya sesekali bergerak menyapa pelanggan.

BXB - WHITE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang