BAB 15

673 113 15
                                    

 Rasanya kematian mendekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 Rasanya kematian mendekat. Itulah yang dipikirkan sosok pria yang masih tertidur di atas kasurnya. Tak ada penghangat yang menyala hingga ruangan tersebut menjadi lebih dingin dari pada ruangan lainnya. Walaupun tampaknya pria itu tidak terganggu dan tertidur lelap di dalam selimut. Mungkin, cukup hangat setelah ia berhasil meminum beberapa obat karena demam nya tak juga turun.

Kim Taehyung bahkan sampai mengigau entah apa, entah mengenai pekerjaannya yang kian menumpuk, masa lalunya yang selalu mampir untuk mengganggu ataupun mengenai dunia yang berjalan begitu lambat dan sepi. Rasanya satu hari seperti satu tahun. Jika boleh memilih, Taehyung akan memilih untuk kembali tertidur. Koma seperti tahun sebelumnya. Ia begitu tenang dengan mimpi yang tak pernah ia impikan sebelumnya. Tak bisa dijelaskan, hanya mimpi yang terasa begitu nyata.

"Jungkook," gumamnya dengan mata yang masih terpejam. Sekilas bayangan pemuda yang melambaikan tangan sambil menangis itu memasuki ingatannya. Dengan brengsek nya ia hanya berlalu pergi tanpa peduli bagaimana sakitnya Jungkook saat itu. Saat salju turun begitu lebat, di stasiun tempat pemuda itu menunggunya, ia mengukir luka baru. Luka Jeon Jungkook sudah banyak dan seharusnya Taehyung menghilang tanpa pernah mengatakan kata terakhir. Mungkin, itu lebih baik.

Namun, ada rasa ingin bertemu. Ada rasa ingin mengetahui kabar pemuda itu. Ada rasa penasaran apa pemuda itu benar- benar bahagia. Akhir- akhir ini perasaan tidak pernah terduga. Terkadang tiba- tiba bahagia dan terkadang tiba- tiba ada rasa gelisah karena berpikir Jungkook tengah menangis entah di mana. Tampaknya, demam kali ini membuat pikirannya melayang kemanapun mereka mau.

"Dingin," gumam nya lagi dengan tubuh yang perlahan mencoba untuk bersembunyi di balik selimut. Tubuhnya berkeringat, tetapi ia merasa dingin luar biasa. Jika Taehyung boleh mengeluh, ia sama sekali tidak menyukai demam. Mungkin, sakit yang lain Taehyung masih bisa bertahan, tetapi tidak dengan demam. Ketika dirinya demam biasanya Jungkook akan menggenggam jemarinya begitu erat dan mengatakan semuanya baik- baik saja.

Taehyung masih tidak mengerti mengenai dirinya sendiri. Sejak kembali dari desa kecil itu semuanya berubah, bahkan kehidupannya berubah. Rasanya sebagian dari dirinya hilang dan kini Jungkook juga menghilang dari hidupnya. Ia tidak mencintai pemuda itu dan Taehyung begitu yakin, bahkan sangat yakin. Mau dipikirkan ribuan kali pun Taehyung tidak lagi mencintainya, tetapi Taehyung tidak ingin pemuda itu pergi.

Jika berhenti mencintai Jungkook sesakit ini, mengapa perasaan gemar menyakitinya seperti ini? Taehyung tak mengerti membuatnya ingin mengharapkan kematian saat ini juga. Namun, perlahan kedua mata nya terbuka, memperlihatkan iris berwarna cokelat yang kini begitu sayu. Mata nya berpencar di tengah ruangan yang begitu gelap. Taehyung mencari sesuatu yang bisa menghentikan sakitnya.

Ini gila. Taehyung merasa dirinya benar- benar gila. Taehyung tidak tahu jika berhenti mencintai seseorang bisa segila ini. Namun, Taehyung benar- benar tidak menyukai rasa sakit dan bingungnya hingga tubuhnya pun perlahan bangkit dari kasur, mata sayu nya kembali mencari sesuatu yang belum terlihat di hadapannya. "Dimana obat itu?" gumam nya yang masih mencoba untuk bangkit dari kasur, mencoba untuk melangkahkan kakinya yang terasa begitu berat.

Train To Soul - Taekook VerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang