Musim gugur beberapa tahun lalu merupakan saksi kepedihan dari sosok Kim Namjoon. Kehilangan kekasihnya merupakan satu kenangan yang mampu membuat dunianya runtuh walaupun Namjoon telah membangunnya berkali- kali. Kenangan yang bahkan tak bisa dilupakan walaupun Namjoon mengemis pada semesta. Mencoba membenci, tetapi tak memiliki alasan, mencoba melupakan, tetapi terlalu banyak kenangan. Namjoon menyerah dan terus mengingat seumur hidupnya.
Aroma musim gugur waktu itu masih terasa, udara yang kering, daun yang berguguran dan suhu yang begitu dingin. Namjoon masih mengingat segalanya satu hari di musim gugur waktu itu. Bahkan, sesekali dirinya masih menangis ketika musim gugur terlewati begitu saja. Kakinya masih setia menginjak rumah duka di mana abu kekasihnya disimpan.
Tubuhnya berdiri tegap menghadap ke arah guci dengan bunga sakura kesukaan kekasihnya itu. Namjoon tidak pernah berpikir jika hubungan nya dengan Kim Seokjin berakhir. Ia hanya berpikir, Seokjin terlalu tertekan karena sebelah pendengarannya tak lagi berfungsi karena kecelakaan yang terjadi tengah malam. Namjoon menyakini jika Seokjin mencintainya dan selalu seperti itu.
Mungkin ini musim dingin, tetapi Namjoon terjebak di musim gugur tahun lalu. Ingatannya tak mampu lagi mengikuti dunia yang bergerak begitu cepat, walaupun Namjoon berusaha hari- hari nya akan dimulai dengan kejadian di mana ia melihat kekasihnya menggantungkan diri di apartemen dan meninggalkan secarik keras. Namjoon bahkan masih menyimpan suratnya, surat dengan tulisan yang berantakan dan basah karena air mata.
'Jika aku tidak bisa mencintaimu lagi, maka aku memilih mati dengan kenangan bersamanya.'
Satu baris yang cukup membuat Namjoon menangis dan menjerit, memohon pada semesta jika yang dilihatnya adalah bohong dan mimpi belaka. Namun, sayangnya, dunia di mana Kim Seokjin meninggalkannya dengan cara seperti itu tetap berjalan begitu cepat dan tak menunggu dirinya yang terjebak. Namjoon berusaha untuk melepaskan ingatan dan ketakutan di hari itu, tetapi semua yang dilakukannya hanyalah sia- sia.
Air matanya menetes begitu saja dihadapan guci yang terlihat indah. Seokjin menyukai keindahan, senja, fajar, musim semi. Namjoon merindukannya, sangat merindukan Kim Seokjin sampai rasanya Namjoon ingin berteriak pada semesta agar segera menjemputnya untuk bertemu Seokjin. Namun, semesta masih memberikan kehidupan untuknya, setiap hari, melewati musim- musim yang tak lagi indah di pandangannya.
Namjoon mengulurkan jarinya, mengganti bunga yang telah layu di sana. Air mata mulai menetes lebih banyak dari sebelumnya, tanpa izinnya. Ingin Namjoon terisak, tetapi Namjoon khawatir jika Seokjin akan mendengar tangisnya dan turut sedih akan keadaannya hari ini. Namjoon ingin mengatakan sesuatu, tetapi rasanya begitu sulit karena dirinya mulai terisak.
Penyesalannya mulai kembali, masuk begitu saja ke dalam perasaannya yang kembali hancur hari ini. Namjoon berandai, jika saja dirinya mengantarkan kekasihnya kembali ke kota, mungkin kecelakaan itu tidak akan terjadi. Mungkin Seokjin masih berdiri di sampingnya, memberikan semangat dan senyuman yang tak pernah bisa Namjoon lupakan. Senyuman terakhir Kim Seokjin dan lambaian tangan itu. Namjoon tidak tahu jika itu senyum terakhir yang diperlihatkan kekasihnya.
Namjoon terisak, membiarkan bunga yang layu itu jatuh ke lantai. Namjoon mencoba untuk menghentikan isak tangisnya dan menatap pada potret seokjin yang tersenyum di sana. "Bagaimana kau bisa tersenyum seperti itu?" tanya Namjoon dengan suara yang terdengar begitu berat, tangis yang bahkan belum juga berhenti. Senyuman itu terlalu menyakitkan untuknya karena nyatanya Seokjin membenci dunia dan memilih pergi lebih dulu.
"Bagaimana kau bisa meninggalkanku sendiri seperti ini?" tanya Namjoon yang kini mengepalkan jemarinya, jemari yang masih menggunakan cincin pertunangannya bersama Seokjin. Namjoon tidak pernah melepaskannya. Mungkin ini gila, tetapi Namjoon selalu berharap jika Seokjin kembali ke dalam hidupnya, bahkan jika dirinya harus bermimpi sepanjang hidupnya. Namjoon tidak akan menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Train To Soul - Taekook Ver
Romansa"Orange itu hangat, merah itu terang dan biru itu dingin." Seseorang mengajarkanku bagaimana cara merasakan warna tanpa pernah melihat, seseorang mengajarkanku menggambar dunia lewat kata dan seseorang mengajarkanku mencintai tanpa pernah melihat. ...