2

6K 650 44
                                    

24 November
1171 words.
.
.
.

Sifat sok pahlawan dan kebaikan hatinya.

Wei Wuxian merutuki dua hal itu.

Berbekal uang yang ada di dalam dompet yang ia temukan, saat ini ia sedang duduk bersandar di dalam bus tujuan Yunmeng-Gusu.

Provinsi Yunmeng ke provinsi Gusu memakan waktu sekitar sembilan jam perjalanan, dengan sekali beristirahat di rest area kota Yiling.

Terbersit pemikiran jahat di otaknya, hidup enak dengan kartu-kartu milik seseorang Lan Wangji ini. Tapi karena ayahnya sedari kecil selalu mengajarkan kebajikan kepadanya, dan Wei Wuxian sendiri adalah orang yang rendah hati– meskipun itu berujung bencana untuk dirinya sendiri –berakhirlah ia di dalam bus demi mengembalikan dompet kulit mahal itu kepada sang pemilik berbekal kartu identitas yang ada didalam dompet.

Dan karena posisinya ia kabur dari rumah tanpa persiapan selain tas selempang yang ia bawa saat kerja tadi, dimana isinya hanya telpon genggam, dompet miliknya dan Chenqing. Seruling giok hitam dengan rumbai merah miliknya.

Wei Wuxian sadar ia saat ini tidak mempunyai uang sepeser pun. Ia akan meminta maaf kepada pemilik dompet nanti karena menggunakan uang yang ada didalam sana untuk ongkos bus, meskipun dimasa depan ia harus kerja bagai kuda demi menggantinya.

"Orang ini. Terlihat seperti tuan muda sombong yang tidak punya belas kasihan". Gumam Wei Wuxian sembari menatap foto di kartu identitas si pemilik.

"Lan Wangji..". Kembali menggumamkan nama si tuan muda pemilik dompet.

"Semoga aku tidak bertambah sial setelah bertemu denganmu nanti. Aku sudah kabur dari rumah dan tidak punya tempat tinggal sekarang.

Aku iri denganmu, wajahmu ini sungguh bencana. Padahal aku juga seorang pria, tapi kenapa kita berbeda?

Haaahh~ leluhur ampunilah aku. Pria lemah ini kenapa sangat kesulitan untuk hidup tenang dan damai". Gumamnya.

Wei Wuxian kemudian menutup matanya. Ia merasa sangat lelah, hari ini begitu panjang untuknya. Lagipula perjalanan menuju Gusu masih lama.

.
.
.

(忘羡)

.
.
.

"Wangji, Xichen bilang dompet milikmu hilang?". Tanya Lan Qiren.

"Mn". Jawab Lan Wangji.

"Saat di bandara?". Tanya Lan Qiren lagi dengan dahi mengerut tidak yakin.

"Mn".

Lan Qiren menghela nafas pasrah, keponakannya yang satu ini memang sesuatu.

Dimana Lan Xichen sekarang?

Ia sungguh membutuhkan translator.

"Baiklah, kalau begitu kau tidak perlu khawatir. Kakakmu akan mengurus semuanya nanti". Lanjut Lan Qiren.

"Dari ibu". Sahut Lan Wangji.

Lan Qiren kembali mengernyit.

"Ibu? Ibumu?".

Lan Wangji mengangguk.

"Kenapa dengan kakak ipar? Aku tahu kau merindukannya, tapi kau tidak boleh meratapinya Wangji. Itu melanggar aturan". Ujar Lan Qiren.

"Pemberian". Ujar Lan Wangji.

"Astaga ya dewa, Wangji bicaralah dengan jelas jangan setengah-setengah. Pamanmu ini sudah tua jadi tidak paham". Lan Qiren benar-benar frustasi, ia membutuhkan Lan Xichen sekarang juga.

Me To You [WangXian] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang