4

6.1K 638 28
                                    

25 November
1191 words
.
.
.

"Selamat datang di kediaman utama keluarga Lan, adik Wei".

Satu kata!

Satu kata untuk mewakili berbagai macam perasaan Wei Wuxian saat ini. Gila.

Ini gila!

Di gerbang pertama tadi Wei Wuxian sudah melihat tembok besar yang berisi peraturan keluarga Lan. Dan di balik gerbang kedua– gerbang kediaman keluarga inti Lan –Wei Wuxian melihat tembok itu lagi. Dan sepertinya bertambah dua kali lipat.

Ia menarik lagi kata-katanya yang dengan senang hati ingin tinggal disini. Ini tidak baik untuk jiwanya yang bebas.

Namun tak dapat Wei Wuxian pungkiri, tempat ini benar-benar indah.

"Adik Wei bisa beristirahat serta membersihkan diri terlebih dahulu. Para pelayan akan menyiapkan segala keperluan yang adik Wei butuhkan—

Suara Lan Xichen membuyarkan lamunannya.

Lan Xichen berjalan menuntun Wei Wuxian ke kamar tamu, diikuti beberapa pelayan di belakang mereka dengan berbagai macam bawaan.

—ini kamar yang bisa adik Wei gunakan. Bibi Mo, tolong urus semuanya". Ujar Lan Xichen.

Wanita berusia lanjut yang masih terlihat gagah dengan setelan dan pin awannya mengangguk tegas. Bibi Mo ini merupakan kepala pelayan keluarga Lan.

Ah, sekarang ia mengerti apa arti dari pin awan itu.

Sepeninggal Lan Xichen, Wei Wuxian di tuntun memasuki kamar tamu itu. Kamar yang sangat luas, sepertinya luasnya sama dengan ruang tamu dirumahnya. Ah- rumah itu, biarkan saja. Anggap saja ia sedekah kepada seorang wanita tua yang hidup sebatang kara. Lagipula ia sudah tidak mau kembali lagi ke sana, walaupun sangat banyak kenangan di rumah itu.

Otak pintar Wei Wuxian tiba-tiba saja kosong.

Entah bagaimana ceritanya, tahu-tahu dirinya sudah berendam di dalam air yang ditaburi kelopak mawar. Wei Wuxian yang terbiasa mengurus dirinya sendiri dan mengurus orang lain, jika diurus seperti ini hanya bisa nge-blank.

'Jadi ini yang dirasakan para tuan dan nona muda? Sungguh sepertinya hidup mereka tanpa beban'. Batin Wei Wuxian.

"Aku akan tidur sebentar setelah ini. Lagipula tuan Lan menyuruhku beristirahat, biarlah kedepannya setelah ini kupikirkan nanti". Gumam Wei Wuxian sambil beranjak dari bathtub berukuran besar itu.

Melangkah gontai kemudian melemparkan dirinya ke atas kasur hanya dengan mengenakan bathrobe. Sedetik kemudian yang terdengar hanya dengkuran halus dari pemuda berwajah cantik itu, dalam tidurnya ia bermimpi main kuda-kudaan dengan Lan Wangji.

.
.
.

(忘羡)

.
.
.

Lan Xichen tersenyum, bukan hal yang aneh.

Namun kali ini senyumannya menyimpan sejuta makna.

Menikmati makan malam sendirian di rumah besar itu, sang adik belum pulang, juga sang paman tidak akan pulang selama tiga pekan kedepan. Sementara itu seseorang yang ia pungut sore tadi tidak terlihat batang hidungnya.

Bibi Mo bilang, pemuda itu tengah tertidur. Dan sangat pulas.

Saat ini kepala keluarga Lan itu tengah bersantai di ruang tengah dengan segelas teh herbal di hadapannya.

Menyadari hawa keberadaan seseorang, Lan Xichen mendongkak. Mengalihkan tatapannya dari tab di pangkuannya. Itu adiknya, Lan Wangji.

"Ah Wangji, kapan kamu pulang?". Tanya Lan Xichen.

Me To You [WangXian] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang