"Mencintai itu adalah pilihan. Dan aku memilih dirimu!"
-Cathrine Elliyn De Allison-
**************
Pagi telah menjelma. Cahaya menembus tirai dan menyinari kamar Cathrine. Wanita itu benar-benar tidur pulas hingga melewatkan makan malam.
Mungkin efek kelelahan setelah penikahannya. Meski tergolong tidak mewah dan tidak meriah, namun memaksakan senyum pada bangsawan WillBrave sangat melelahkan.
Tak sedikit dari mereka menyiyir Cathrine. Namun pesan kakak lelakinya tengiang. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri.Anna yang melihat nyonya barunya masih bergelung dengan selimut menghela nafas. Cathrine benar-benar definisi kebo sesungguhnya.
Lihatlah bagaimana frustasinya Anna yang sejak tadi membangunkan Cathrine baik secara kasar maupun halus. Namun ia masih tidak menggunakan metode air karena sungkan.
"Nyonya, bangun. Anda telah melewatkan sarapan." Anna menguncang tubuh Cathrine pelan. Tapi berdaya. Ia putus asa.
Heran bin ajaib. Mendengar kata makan tubuh Cathrine terbangun dengan sendirinya. Wanita itu duduk menatap ke arah depan.
"Jadi tidak ada makanan lagi?"
"Nyonya!" teriak Anna antusias.
Cathrine menggosok-gosok telinganya yang berdengung karena suara nyaring Anna. Dia melirik Anna yang seperti anak anjing memelas.
"Jangan berteriak. Aku bertanya, apa tidak ada makanan lagi jika melewati sarapan?"
Cathrine adalah penyuka makanan. Meski begitu tubuhnya tidak gemuk. Gen dari ibunya yang kurus menurun sempurna pada Cathrine.
Jadi dia merasa bebas ingin memakan sebanyak apapun. Terutama makanan manis dan pedas!
Anna menggeleng kecil. "Tidak, anda masih bisa meminta makanan kapanpun. Tidak ada batasan disini."
Cathrine menghela nafas lega. Di kerajaan Anderdon, jika ia telat makan maka tidak ada makanan lagi hingga makan selanjutnya.
Itu peraturan yang di tetapkan ayahnya pada dia. Namun terkadang kakaknya diam-diam memberikannya ia makanan yang di beli dari pasar. Hah, Cathrine jadi merindukan Gayden.
"Baiklah jika begitu. Aku ingin melanjutkan tidur." Kata Cathrine.
Wanita itu ingin kembali merebahkan tubuh namun Anna segera menahannya tubuhnya. Anna menggeleng kecil.
"Anda harus bersiap untuk menemui Tuan Duke." Kata Anna.
"Untuk apa? sepagi ini?"
"Iya nyonya. Tuan Allianz mengatakan bahwa anda di minta Duke untuk menemuinya setelah sarapan." Balas Anna.
Ia membantu Cathrine mandi. Setelah selesai dengan ritual mandinya. Anna memakaikan nyonya nya gaun biru tanpa korset sesuai perintah Cathrine.
Surai abu-abu itu di gerai dan diberi pita biru senada dengan gaun yang di pakai. Wajah dipoles tipis menambah ke anggunan dan kecantikan yang wanita itu punya.
"Anda sungguh cantik." Pujinya tulus.
Cathrine tersenyum kecil. Dia adalah tipe jika dipuji sedikit akan merasa tersanjung.
"Terima kasih. Ini juga karenamu yang pintar meriasku."
Mereka berdua tertawa bersama. Anna bersyukur bahwa nyonya yang ia layani tidak seperti bangsawan atau putri yang jahat dan sombong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Duke! I Love You!
FantasyBuku kedua dari LADY AND HER PAIN Gellen De Axerlion, Duke muda yang menjadi perbincangan para bangsawan karena masih melajang di umur 29. Lelaki yang memiliki aura dingin itu di rumorkan menyukai sesama jenis. Alias tangan kanannya hingga baik L...