Begitu selesai salat subuh Pamela bergegas untuk ke luar kamar dan pergi ke tempat cuci baju di belakang rumah. Hari ini dia berencana untuk mencuci baju agar tidak terlalu banyak yang harus dicuci.
Jadwal ini Pamela buat sendiri karena dia yang bertugas mencuci semua baju penghuni rumah ini jadi biar tidak terlalu banyak maka dua hari sekali adalah saat yang tepat untuk mencuci. Walaupun dibantu dengan mesin cuci tapi Pamela masih harus mengeluarkan tenaganya untuk memilah baju per kategori untuk dicuci sendiri-sendiri dan dia pun harus menjemur pakaian-pakaian tersebut di teras belakang rumah.
Jangan tanya apakah Pamela tidak takut mencuci subuh-subuh begini disaat keadaan masih gelap gulita bahkan suara jangkring saja masih terdengar, bagi Pamela keadaan seperti ini sudah biasa. Ia terbiasa mencuci selepas subuh begini sejak dia masih di bangku SMP dan hingga sekarang tidak pernah sekali pun dia mendapatkan gangguan dari makhluk halus apapun.
Amit-amit jangan sampailah dia diganggu, sudah hidupnya susah begini masa iya setan masih mau mengganggunya yang ada itu setan akan ikutan susah juga.
"Baju kotormu yang masih ada di kamar sama kaos kaki kotormu bawa sini Gas!" Ujar Pamela pada Bagas adiknya.
"Malas.. Ambil sendirilah Mbak di kamarku."
"Nggak mau. Yang butuh kamu kok aku yang disuruh ngambil. Jangan malas ya udah dicuciin tinggal ngambil aja nggak mau!" Ujar Pamela kesal.
Kesal sekali rasanya dia sudah mencuci semua baju di rumah ini sejak pagi buta lantas adiknya yang hanya tinggal mengambil baju kotornya di kamar dan diserahkan pada Pamela untuk Pamela cuci saja tidak mau. Kenapa semua-semuanya harus Pamela yang kerjakan.
"Nggak perduli."
Rasanya ingin Pamela lempar bak kecil ini pada adiknya yang sangat menyebalkan itu.
"Kenapa pagi-pagi sudah ribut begini. Malu didengar tetangga!" Ujar Ibu.
"Mbak Pam itu loh ngajak ribut aja."
"Heiii... Siapa yang ngajak ribut? Kan kamu yang mulai, aku cuma nyuruh kamu ambil baju dan kaos kaki kotormu di kamar ya buat dicuci tapi kamu nggak mau dan malah membantah saja bisamu!"
"Kenapa harus aku yang ambil kan bisa Mbak ambil sendiri."
"Nggak kau lihat aku sedang ngapain hah?? Aku ini juga sedang sibuk mencuci."
"Halah."
"Heii.. Sudah-sudah mengapa malah makin ribut begini? Kamu juga Pam sudah tua tidak ada dewasa-dewasanya. Mengalah lah pada adikmu. Ini cucian kan bisa ditinggal, kau ambil pakaian kotornya di kamar."
Tanpa menjawab perkataan ibunya, Pamela segera pergi dari ruang cuci tersebut. Mengambil pakaian kotor adiknya dan sesegera mungkin menyelesaikan proses mencuci dan menjemur pakaian ini. Pagi-pagi suasana hati Pamela sudah buruk saja.
Ya terus saja bela dan manjakan anak bungsumu itu, biar dia tidak tahu arti disiplin dan tanggung jawab. Gerutu Pamela di dalam hati.
Begitu kegiatan mencuci dan menjemur telah selesai. Pamela bergegas memasuki kamar tidurnya untuk mandi. Dia ingin mendinginkan hati, kepala, dan badannya yang rasanya telah berasap akibat kejadian tadi.
Berlama-lama di kamar mandi bukanlah hal yang baik dilakukan tetapi Pamela memilih itu, lebih baik dia lama di kamar mandi untuk merawat tubuhnya dari pada harus keluar sekarang dan semakin sakit hati melihat keluarganya yang pasti saat ini sedang sarapan bersama dan melupakan keberadaannya.
Masalah sarapan bisa diurus nanti. Jika di meja makan sudah tidak ada makanan yang bisa di makan maka Pamela akan membeli di luar.
Dia punya uang, hasil menabung dari uang sakunya selama kuliah dan juga pendapatannya dari pekerjaan sampingannya sebagai joki skripsi yang baru-baru ini dia geluti.
Sejujurnya Pamela tidak mau bekerja sebagai joki skripsi seperti ini, namun atas paksaan temannya dia akhirnya mau. Niat Pamela pun hanya membatu temannya agar bisa segera lulus, bukan apa Pamela hanya kasihan pada orang tua temannya yang masih harus membayar biaya kuliah anaknya di saat seharusnya sudah selesai.
Namun ternyata bayaran yang diberikan temannya ini setelah berhasil lulus di semester sembilan jauh di atas ekspektasi Pamela. Hasil kerja keras Pamela menjadi joki skipsi selama kurang lebih enam bulan ini lumayan bisa menjadi dana daruratnya.
Tentunya keluarga Pamela tidak ada yang tahu mengenai pekerjaan sampingannya ini. Mereka hanya tahu Pamela sibuk bermain laptop dan tidak ingin diganggu setelah selesai salat magrib sampai tengah malam yang mereka kira Pamela sibuk bermain game atau menonton film. Tak ayal Pamela pun sering terkena omelan ayah maupun ibunya jika sampai tengah malam dia masih terpergok bermain laptop.
Padahal saat itu Pamela sedang bekerja keras memeras otak dan tenaganya demi mengerjakan skripsi temannya. Pamela bukan lah mahasiswi yang sangat pintar saat kuliah, dia hanya mahasiswi biasa-biasa saja. Namun dia merasa cukup beruntung di beberapa hal. Berbekal pengalaman organisasinya selama masa SMA maka saat selesai ospek dia langsung mendaftar organisasi kampus. Dia memilih mengikuti salah satu organisasi kampus yang bergerak dibidang olahraga lebih tepatnya pada olahraga bola voli.
Dia sama sekali bukan orang yang hobi olahraga namun untuk voli dia merasa dia masih sanggup jika diminta untuk ikut latihan. Selain itu tujuannya adalah mendapat pengalaman berorganisasi bukan tentang volinya. Organisasi ini dirasa cocok untuknya karena seperti dugaanya organisasi tersebut tidak akan mengadakan banyak kegiatan yang akan menguras waktu, tenaga, dan uangnya. Dia tidak mengikuti himpunan jurusan atau pun BEM karena dia merasa organisasi itu akan amat sibuk dengan banyaknya kegiatan yang menurutnya akan amat sangat melelahkan.
Selain organisasi dia juga pernah dipilih langsung oleh dosennya untuk ikut serta dalam pertukaran mahasiswa dengan kampus lain ya walaupun hanya satu semester tetapi Pamela cukup bersyukur karena dengan itu dia jadi memiliki teman di kampus lain.
Lalu pernah juga Pamela melakukan penelitian sebagai tugas akhir magangnya yang harus menulis artikel penelitian yang kemudian disubmit ke jurnal nasional. Dan betapa beruntungnya Pamela, di antara teman-teman sekelasnya hanya artikel penelitian Pamela yang berhasil lolos dan dipublikasikan di jurnal nasional tanpa harus membayar biaya apapun.
Saat skripsi pun begitu, hanya dengan satu kali mengajukan judul skripsi dia langsung mendapat acc dari dosen pembimbingnya. Walaupun tidak bisa menyelesaikan kuliah di semester tujuh karena terkendala kurikulum jurusan yang mengharuskan mahasiswanya magang di semester tersebut. Pamela tetap berhasil menyelesaikan kuliahnya di semester delapan atau tepat waktu yaitu empat tahun.
Mungkin hal-hal tersebut menjadikan temannya berani mempercayakan skripsinya untuk dikerjakan oleh Pamela. Dan memang Pamela kerjakan dengan baik sehingga temannya itu berhasil lulus di semester ini. Entah Pamela harus bersyukur atau tidak dengan keadaan ini. Di satu sisi dia senang bisa membantu temannya dan mendapat uang.
Selain itu, Pamela anggap ini adalah salah satu jalannya menyalurkan ilmunya agar menjadi ilmu yang bermanfaat. Namun di satu sisi sejujurnya dia takut apa yang dia lakukan ini akan menimbulkan dan menambah dosa-dosanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay, Pam
ChickLitHidup Pamela sejak kecil tidaklah mudah, lalu sekarang saat ia beranjak dewasa kemudahan itu tetap tidak ada dalam hidupnya. Setelah lulus kuliah ia masih saja menganggur ditambah mendapat perlakuan kurang mengenakan dari orang tuanya membuat Pamela...