Rumit

128 25 3
                                    

Hinata terduduk diatas kasurnya. Dia tidak habis pikir kenapa kejadian seperti ini selalu terulang. Dia tidak mengerti apakah benar semua itu adalah salahnya. Hinata menunduk dan menangis. Apa dia harus pergi lagi? Apa dia harus mengalah dan mencoba membunuh perasaannya lagi. Membuang perasaan sukanya untuk Sasuke seperti dulu. Meskipun tidak bisa dipungkiri mustahil untuk dilakukan. Hinata harus memakan cintanya sendirian dan itu sangat menyakitkan. Kenyataan selalu membuat bunga yang dia siram terpaksa terbunuh sebelum dia petik.

Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Hinata dengan cepat menghapus air matanya.

"Boleh Nii-san masuk?" Hinata hanya mengangguk. Neji duduk disebelah adiknya itu. Dia merasakan kesedihan yang Hinata rasakan. Tapi Neji tidak bisa berbuat apa apa selain mencoba menghibur adiknya.

"Nii-san maafkan aku karena membuatmu khawatir tadi" ucap Hinata.

"Iya Nii-san juga mengerti" mereka terdiam.

"Hinata bisakah kau tidak memilih pergi lagi" Hinata menunduk. Dia menahan tangisannya.

"Aku selalu merasa menjadi kakak yang buruk ketika kau berada jauh dari ku"

"Aku adalah kakak yang tidak berguna untukmu Hinata"

"Aku tidak bisa melakukan apapun ketika kau merasa sendirian"

"Aku telah gagal menjadi kakakmu" Neji menangis. Dia tidak bisa menahan semuanya. Dia adalah kakak yang buruk bagi Hinata. Dia terlalu egois. Ketika adiknya memilih pergi dulu dia hanya bisa menyesali bukan malah mengejarnya kemudian menemaninya disana. Dia malah memilih untuk terus di Jepang.

Hinata tidak tahan lagi dia terus mengusap matanya yang tidak berhenti mengeluarkan air mata. Dia tidak pernah menganggap Neji seperti itu. Dia tidak pernah meminta kakaknya untuk menemaninya. Kenapa kakaknya itu menganggap dirinya tidak berguna. Semua itu membuat Hinata sedih.

"Harusnya aku menemanimu disana"

"Aku terlalu egois Hinata" kakak beradik itu menangis. Mencurahkan apa yang dirasakannya selama ini. Semenjak kematian ibunya tidak ada kesempatkan bagi mereka untuk saling terbuka. Mereka berdua berusaha untuk tegar dan kuat seolah-olah menangis adalah mengungkapkan kelemahan. Hingga akhirnya membuat mereka menyimpan lukanya masing-masing dan memakannya sendirian. Tapi hari ini dinding tinggi itu runtuh Neji tidak kuat lagi.

"Kenapa Nii-san berpikir seperti itu" ucap Hinata ditengah tangisannya.

"Nii-san adalah kakak terbaik yang Hinata punya" Hinata kemudian memeluk Neji.

"Jangan pernah berpikir seperti itu lagi" tangisan Hinata semakin menjadi. Neji membalas pelukan adiknya. Mereka berdua larut dalam tangisannya. Saling mengerti satu sama lain. Memperlihatkan kerapuhan mereka yang selama ini mereka sembunyikan.

"Nii-san sangat menyayangimu Hinata" perempuan itu hanya mengangguk.
______________________________________
H_Hinata

______________________________________H_Hinata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang