Pecah

149 24 3
                                    

"Hallo, iya sayang" ucap Neji ketika menerima telepon dari kekasihnya.

"Hinata udah pulang?"

"Belum, bukannya dia bersamamu tadi?" Tenten pusing kemana Hinata pergi. Dia tidak sempat mengejar perempuan itu.

"Ceritanya panjang. Aku ke rumahmu sekarang"

Tuttttt

Neji menatap ponselnya. Ada apa dengan adiknya. Kenapa Tenten malah menanyakan padanya. Jelas jelas tadi mereka berangkat bareng untuk keluar. Neji kemudian menelepon Hinata tapi dia tidak menjawab. Sudahlah lebih baik dia tunggu Tenten terlebih dahulu.

Setelah Tenten menceritakan semuanya, Neji hanya memijat pelipisnya. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Hinata adalah orang yang keras. Perempuan itu pasti tidak mau memperlihatkan sisi rapuhnya dan malah seolah-oleh tidak terjadi apa-apa. Namun perubahan sikap yang dilakukan Hinata akan mencerminkan bahwa dia sakit hati. Sama seperti dulu.

"Ck"

Neji yakin semuanya tidak akan seperti semula. Dan akan sulit mengembalikan adiknya yang dulu. Laki-laki itu hanya menghembuskan nafas gusar.

"Sepertinya dia akan kembali meninggalkanku sendirian lagi disini" Neji hanya tersenyum miris.

"Maksudmu Hinata akan meninggalkan Jepang lagi?"

Neji mengangguk. Adiknya pasti akan memilih cara itu untuk menyelesaikan masalahnya. Neji sebenarnya tidak mau Hinata pergi lagi. Dia khawatir kepadanya. Meskipun disana ada Hiashi tapi laki-laki tua itu hanya peduli pekerjaan. Maka, dia tidak mau Hinata sendirian lagi.

"Maafkan kami" jujur saja Tenten merasa bersalah. Harusnya tadi dia tidak memaksa Sakura untuk ikut mungkin kejadian ini tidak akan terjadi.

"Sudahlah semuanya sudah terjadi" Neji melangkah menambil ponselnya untuk menelepon Hinata. Tapi perempuan itu tidak menjawab. Neji menatap kosong. Sepertinya dia akan menjauhkan Sasuke dan Shikamaru dari Hinata mulai hari ini demi kebaikan adiknya.
______________________________________
Hinata terbangun dari tidurnya. Dia sudah tidur selama kurang lebih dua jam. Sekarang ia sedang berada di dekat danau yang lumayan jauh dari kotanya.

"Aku lelah sekali"

Perempuan itu menatap danau yang tenang. Di pinggir danau tidak terlalu banyak orang jadi dia menyukainya. Pikiran Hinata sedang bising maka tempat yang tenang adalah obatnya. Dia berkendara cukup jauh dari kota. Neji pasti sudah tau kejadian itu dari kekasihnya. Dan kakaknya itu pasti khawatir. Sudahlah dia ingin sendiri dulu. Sendiri dulu? Bukankah dia selalu sendiri. Hinata tersenyum miris.

Hinata menyalakan ponselnya dan benar saja banyak chat dan panggilan disana.

Chat
U Sasuke hime
U Sasuke gue ke rumah lu ya
U Sasuke kata Neji lu gk ada. Lu lagi dimana?
U Sasuke jangan bilang lu lagi sama si rambut nanas
U Sasuke lu dimana hinata?

Shikamaru aku sudah dengar semuanya dari Ino
Shikamaru sekarang lagi dmana?
Shikamaru aku kesana ya?

Ino Hinataaaa kamuu dimanaaa
Ino Hinataaa
Ino Hinataaa aku mengkhawatirkanmuuu😥
Ino ayolahhh jawab aku Hinata

Tenten Hin dimana?
Tenten gue temenin ya?
Tenten Hin dimana?

H Neji dimana?
H Neji Nii-san khawatir
H Neji nanti pulangnya hati-hati

Dan begitu banyak panggilan yang masuk. Hinata kembali menatap air danau. Kenapa dia tidak bisa berteman dengan baik? Selalu saja berakhir seperti ini. Sakura benar dia tidak terlalu peka terhadap perasaan temannya. Sehingga secara tidak sadar ternyata dia sudah melukai orang lain. Jadi dia harus bagaimana? Tidak memiliki teman? Di jauhi? Apa itu yang sebenarnya yang orang lain inginkan darinya. Ya lebih baik mungkin seperti itu. Hinata akan menjauhi semua temannya termasuk Sasuke. Dia tidak mau berinteraksi terlalu banyak dengan orang lain lagi. Dia akan bersifat bodo amat sekarang. Mulai hari ini Hinata yang tersenyum manis akan mati. Mati karena Hinata membunuhnya. Selamat tinggal. Hinata tersenyum dan mengambil tasnya untuk beranjak pulang.

FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang