{1}
"Dengan terbiasa, kau akan
baik-baik saja."_Ishana_
_____
_______________
_______________________________
Aku mencoba menelan bulat kenyataan, yang baru saja aku dapati. Bagaimana mungkin kehidupan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, terjadi sangat instan menimpa ku.
"Apa makna hidup menurutmu shana?"
"Tidak tertebak! Meliuk-liuk tidak pernah datar!"Obrolan singkat dalam kepalaku, menyudahi lamunanku di depan cermin. Harapku tetap sama yaitu dapat menggerakan kedua kaki ku. Kaki mulai ku gerakan, berharap ia menuruti perintah hati dan otakku. Namun apa boleh buat? ia tetap egois, tak mau bergerak sejengkal pun. Menangis, marah meronta, aku sudah lelah melakukan itu. Dan memang setelah di pikir, tak ada gunanya. toh tak ada yang berubah.
"MAK TINIII!!!!"
Aku tahu, tak pantas berteriak terhadap Mak Tini yang sudah tua. Namun jika tidak berteriak, aku tidak bisa melakukan apapun. Hanya Mak Tini yang selalu ku harapkan bantuannya, dan selalu berkenan membantu.
"MAAAKKKKK....
"BERISIK ISHANA!!!"
Belum sempat lengkap memanggil Mak Tini, aku sudah di hardik oleh bentakan ibu yang mungkin terganggu oleh teriakanku. Tak apa, memang sudah biasa. Walaupun begitu, aku tahu dia menyayangiku dan sayangku pun sangat besar tidak akan berkurang kepadanya. Karena di sini aku hanya punya ibu.
"iya maafff buuu... abisnya Mak Tini gak jawab hm..." ucapku dengan senyum lebar menatap ibu yang memandang tajam ke arahku.
"Gak usah manja deh! kamu pikir Mak Tini kamu yang gaji? hah?"
Walaupun rasanya perih sekali, aku meng-iyakan jawaban ibu. Aku sadar mungkin aku terlalu bergantung kepada Mak Tini, dan ibu tidak suka itu. Karena aku tahu ibu selalu ingin aku jadi anak yang mandiri tidak bergantung kepada siapapun termasuk dirinya.
"i-iyaa buu... maaf yah bu, Shana ganggu Ibu..."
Senyum lebar ku, selalu ku tunjukan kepadanya, berharap ia tersenyum dan meng-iyakan ucapanku. Seperti biasa, ibu berlalu tanpa mengucapkan apapun bahkan tanpa senyum indahnya.
"udahlah Shana! setiap hari kan ibu kerja, setiap hari juga capeknya..." ucap hatiku, yang rindu sekali sapaan ibu.
"Bisa Shana!! bisaa!!!"
Mulutku terus komat kamit menyemangati kaki untuk segera berpindah dari kursi roda menuju kasur. Kedua tangan ku eratkan ke pegangan kursi roda agar mampu menopang tubuhku yang sangat lemas, dengan kedua kaki yang bergetar aku terus mengucapkan semangat kepada kaki ku. "ayooo!! kaki shana!!! bisa yuk!"
Kedua kaki yang coba aku seret pelan menuju kasur tinggi ku, bergetar lebih hebat. Semakin ku paksakan semakin bergetar, tulang-tulang ku seperti bersahutan berbunyi pelan dari mulai kiri sampai kaki kanan, membuat otot tanganku lemas dan menyerah menopang tubuhku.
"Ya Allah NENG...."
"Maafiiin Emak Neng, Tadi ibu nyuruh Emak mijit. Maaf ya Neng Maaf..."
Suara gemetar Mak Tini menunjukan ia sangat khawatir terhadapku yang ambruk di karpet lantaiku. Dengan keadaan seperti itu aku sama sekali tidak merasakan sakit, aku malah tertawa melihat kerudung Mak Tini yang terbalik.
"Aduh ini si Eneng, malah ketawa atuh..." Ucapnya yang langsung memapahku menuju kasur.
"Makasih Mak.. kuat banget deh gemesh!"
ku cubit pelan pipi nya yang mulai keriput itu, lalu rambutku di elus pelan sebagai balasannya."Iya atuh Neng, masa gembrot-gembrot gini lembek, malu ah sama timbangan! beuratt!!!"
Katanya."Emak tuh gemoy, bukan gembrot! HAHAA"
"Gemoy naon deui Neng? Gembrot dan beuki moyoy kitu??"
Ucapnya membuat tawaku kembali pecah."ah emak mah, harus gaul atuh! biar dapet suami bujang!"
"adududuh si Eneng, mau atuh kenalin!!!"
"Mang Eko ma, yang jualan bakso aci HAHAA"
"ah nggak mau! si Eko mah udah pait Neng!!"
Katanya dengan raut wajah cemberut.Perkenalkanlah dia janda berumur 50 tahun, yang masih kasmaran, harapannya ada bujang tampan menikahi nya di masa depan. Jangan salah sangka, skincare nya lebih banyak daripada hutangnya haha... becanda Mak!!!
****
"Mak! saya gak suka Emak manjain si Ishana!"
"Maaf bu? kasian si Eneng, emak mah udah anggap dia kaya anak emak sendiri. Kan dari orok sama emak."
"Dia kan udah dewasa! Emak mau timang-timang terus sampe dia Tua kaya emak?"
Mak Tini yang bukan Ishana saja sangat hancur hatinya, daripada terus beradu argumen tentang Ishana yang menyakitkan, Mak Tini memilih diam seolah meng-iyakan opini majikannya itu.
Hatinya mengucapkan sumpah serapah kepada majikannya agar ia merasakan apa yang Ishana rasakan. "Gak pa-pa Ya Allah, kalo mau kasih azab ke bu tami mah, gak pa-pa banget ya Allah." sebagian ucapnya dalam hati.Di belakang pintu kamar Ishana yang terbuka, Mak Tini menangis pelan melihat perjuangan Ishana yang terus menyemangati kedua kakinya agar mampu bergerak. Sampai akhirnya Ishana ambruk, barulah Mak Tini menghampiri Ishana dengan penyesalan. Ia takut Ishana lebih parah dan bahkan tidak bisa seperti sebelumnya lagi.
"Terima kasih Mak, Jika boleh milih Ishana mau lahir dari perut Emak."
Ucap gadis berusia 17 tahun itu, senyumnya yang lebar, dengan mimik wajah yang polos, seolah Ishana baik-baik saja setiap hari."Ah atuh Neng, kalo Eneng lahir dari perut Emak yang bucitreuk ini, aneh mereun! masa Emak nya jelek putrinya Cantik. Entar Emak disangka culik kamu pas bayi lagi..."
"Andai Emak bukan pembantu, Emak udah adopsi kamu Neng... gak habis pikir Emak mah, gimana mungkin si Tami cerewet bisa punya putri setulus ini..." Hati Mak Tini terus berisik menjawab setiap pertanyaan Ishana yang tak mampu ia jawab langsung dengan bibirnya.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
BATAS AKSARA ISHANA (On going)
PoetryKAMU TIDAK AKAN MENGERTI, JIKA TIDAK SUKA DIKSI PUITIS DISINI:) SUNDANESE PRIDE "Apakah jika di alam abadi, aku akan di sayangi?" ______________________________________ CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI AUTHOR! DILARANG PLAGIAT:) FOLLOW, VOTE, KOMEN D...