CANDU WAKTU

19 5 2
                                    

{4}

"Waktu singkat denganmu lebih berkesan,  daripada waktu luang disaat sendirian."
to....
from Ishana Airumi

_________
_______________
_____________________


"Cepet sembuh ya..." ucap Abim lembut menatapku dengan senyum tipisnya.

degh.

"dum tanana dum tanana dum tanana dum
"terena terena terenaaa dum tanana dum...
"dumm... (PLAKKK!!!) Nando kembali di cium bantal sofa ku, akibat kecepatan tangan Abimanyu. Entah apa maksudnya ber instrumen seperti itu sehingga Abimanyu ingin menerkamnya.

"HHAHHA sama kek di felm india anjir, Nando!!!"

"Ampun sepuh ampuuuu... (BRAKH)" sekali lagi timpukan yang pas dari tangan lenjang sepuh Abimanyu, kali ini bukan bantal sofa melainkan tas gendong Abimanyu yang menimpa tangan dan menutupi muka dzolim Nando. Pasrah? oh tentu tidak, Nando tetaplah dzolim kepada kami semua. Tapi berkat Nando aku tidak terlalu canggung dengan keanehan Abimanyu saat menatapku senyum. Aku lebih siap menjawabnya kali ini walaupun sambil dag dig dug prett.


"Makasih Bim, udah... ehm... itu.. apa si ya... NENGNONG!!!
"Eh NENGOK!!! hihii" jawabku sembari menggaruk rambut yang sebenarnya tidak gatal. Aku gagal untuk tidak salah tingkah, gagal aesthetic dan gagal jual mahal. huh Ishana ceroboh!!!

"Apasih anjir malu-malu banget Sabim!"

"Tuh Shana, Abim ngacungin jempol ke kamu. berarti...

"Berarti APA HAH???" Abimanyu memotong pembicaraan Eva dengan tajam.

"yaa berartii lo emang bener-bener peduli!!! PUAS??" timpal Eva dengan gas LPG nya.

"Iyalah, secara jempol Abim tuh mahal banget! Lo dapet jempol Abim, Lo punya kuasa!!!"

Kami tergelak LAGI mendengar lelucon aneh Nando, Tapi tidak dengan Abimanyu. Ia terus memainkan ponselnya seakan kami tidak ada, dari dulu dia memang sibuk dengan dunia nya sendiri. Bahkan ketika ada ular sawah nyasar di dalam kelas kami, Abimanyu tidak peduli. Ia malah santai rebahan sambil memainkan ponselnya. Jika tidak di tarik Nando, mungkin Abimanyu sudah bestian dengan racun ular.

"Makasih ya semua... Gue seneng! BANGET!
"Gue tau, kaki gue emang gak beruntung tapi kehidupan gue beruntung! punya temen kaya kalian yang gak nunjukin jijik atau belasungkawa ke gue. Makasih yaa, udah jadi suasana kelas yang selalu gue rinduin... dan..."

"Yang harus lo lakuin cuma satu Shan, SEMBUH!" Abim menghentikan pidato perpisahan ku dengan ucapan yang ingin terus ku dengar. Aku tahu, dibalik sikap dinginnya Abimanyu tetaplah manusia yang punya sisi kehangatan dan kepedulian, dan aku senang walaupun itu hanya sebuah ungkapan kasihan.


"eh...mau kemana Bim? Neng kan belum selesai bewara nya."

"mau pulang Mak, capek..." ucapnya yang sudah tak bisa di ganggu gugat lagi. Ia berlalu tanpa berpamitan. syeperti dalam syebuah lagu yah... "pergi tanpa berpamitan..." aaseek


"Shan, urang bakal setiap hari kesini. Kita belajar bareng, walopun kamu cuma belajar online tapi harus tetep belajar ok?"

"Iyaaa Egiiii..."

"Awas hati-hati, janganlah kau tergiur oleh sang kunci jawaban google. karena itu akan menjerumuskan mu kepada KE..BO..DO..HAN! paham sampai sini?"

"NGACA NANDO! maneh tuh yang gak pernah ngisi pake otak sendiri. Ishana mah pinter!!!"

"Biarlah Nando saja yang nyontek, kamu jangan!"

"Kenapa jangan?"

"Kamu gak akan kuat...
"NANGGUNG DOSANYA Shana..."

"iyaaa hhaa... udah sok kalian pulang ajah, udah jam 5 njir!"

"Yuk ah...

"Mak duluan ya...

"Take care brot!!!"

***


Laki-laki tinggi itu, menghentikan motornya setelah 2 meter jauh dari pekarangan rumah Ishana. Kali ini ia tidak fokus memainkan ponselnya, ia terlihat sedang memikirkan sesuatu sampai tidak sadar bahwa teman-temannya yang lain membunyikan klakson mereka sekencang speaker caleg.

"(DIDD DIDDD DIDDD)"
"Mari semuaa
"(TAK TAK TAK)
"Rakan dan taulan...
"BORIA SUKA-SUKA KAMI DENDANGKAN
"(JENG JENG JENG)
"Ini hanyalaaaah...
"Sekadar gurauaaaan...
"Untuk semuaa... sebagai HI..BU..RAAAAN..."
"(JENG JENG JENG JEEEEENG....)


Tidak berhasil, kali ini lelucon Nando yang meniru sound serial kartun tidak membuat teman-temannya tertawa. Terlebih Regi, dan Caca yang menangis sesenggukan dan Eva yang sibuk menepuk-nepuk pundak mereka.

"Gue tauu, kenapa Tuhan kasih sakit ke Ishana...
"(hffuuuhh) karena Ishana kuat, mentalnya udah mateng buat nerima itu semua."

"Tapi...(hiks...hiks) gue gak bisa bayangin se-menderita apa Shana (hikss..)"

"MAKASIH!"
"Kalian udah mau ngehibur Shana, dan buat dia gak ngerasa di kasianin." Ucap Abimanyu yang segera melajukan motor nya dengan kencang.

"udah guys, pokoknya kita harus sesering mungkin tengok Ishana, dan bikin suasana kelas di rumahnya. Biar dia gak ngerasa bahwa dunia berubah ketika kakinya berubah.. OKE???" Ucap Nando yang segera berlalu menyusul Abimanyu.


"Busett si Nando kemasukan makhluk apa weyy??"

"Gak akan ada yang mau nempatin badan bau nya si Nando guys!!! BAUU ANJIRRR!!!"

"BAU DOSAAAA!!!!" timpal Eva yang sibuk mengatur aliran ingusnya sambil tertawa.



Anak-anak SMA itu satu per-satu mulai berpencar menuju rumahnya masing-masing untuk pulang. Namun berbeda dengan Abimanyu, ia datang dengan motor tampannya ke rumah tempat berpulang membawa bunga warna warni. Tangan lenjang nya ia gunakan untuk menaburi setiap gundukan tanah yang menumpuki jiwa yang ia cintai. Sesekali tangan kiri menyeka airmata yang mulai hangat menjaluri tulang pipinya yang menonjol.


Tidak ada ucapan seperti halnya orang lain ketika mengunjungi jiwa yang tiada, tidak ada hal yang di lakukan setelah Abimanyu selesai menaburi seluruh bunga yang ia bawa. Kaki nya mulai pelan melangkah menjauhi rumah berpulang itu, segera ia berlalu dengan motornya entah menuju kemana lagi, yang jelas bukan ke tempat tinggalnya.



"Aduh siapa nih yang dateng???....

BATAS AKSARA ISHANA (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang