MISTERI HATI

21 4 2
                                    

{5}

"Bahkan misteri hati manusia, mengalahkan teka-teki Palung Mariana."
_Ishana_

____________
___________________
______________________

Bandung di jatuhi hujan deras, sehingga membuat lelaki tinggi itu di peluk kedinginan. Ia mengibaskan hoodie tepat di halaman rumah sederhana, berharap hoodie hitam nya tidak terlalu basah kuyup. Rambut gondrong nya yang basah, sekuat tenaga ia keringkan dengan handuk kecil pemberian Ibu separuh baya yang menyambutnya. Dingin yang amat sangat ia rasakan, seketika berubah menjadi hangat disaat tangan lembut memegang kedua pipinya.

Walaupun di kelilingi kerutan halus, binar mata indah itu tak berubah ia tetap meneduhkan. Jika basah kuyup tidak memeluknya, mungkin tubuh tinggi Abimanyu telah mendekap erat wanita paruh baya yang ada di hadapannya.

"Aduhh.. siapa nih yang dateng?"

"Ini bujang Mak nini??" ucapnya yang segera mencium dahi Abimanyu, dengan berjinjit.

"Mak ninii... dingiiin..." Balas Abimanyu dengan manja, sambil bersikap seperti anak kecil yang sangat kedinginan.

"Hangat sekarang???"

"hmm...

"Aa ngapain ujan-ujanan kesini?
"Ini kan bukan hari libur, tumben.. abis ngapain?"
"Jangan bilang bolos ah! sebel Mak nini kalo Aa nakal teh!"

"hmm...

"hm-hm terus Aa mah!"

"Mak.. Aa kok gini-gini aja yah?"
"Kok cuma Aa yang ngerasain ini?"

Tidak ada respon ucapan dari Mak nini, ia hanya sibuk mengeringkan rambut basah Abimanyu dan menyelimuti badannya menggunakan selimut buludru hangat. Begitupun Abimanyu yang akhirnya terlelap karena kehangatan.

"Maafin Mak nini A, Mak nini gak bisa bikin Aa bahagia..." ucap Mak nini lirih dalam hati.
"Pasti A, Allah pasti kasih jawabannya nanti.. Sabar yaa kaseep..."

"mm.. iya Mak.."

"eh kirain tidur"

"Mak, temen Aa ada yang kaki nya lumpuh sementara,"

"INNALILLAH SIAPA A??"

"Ishana Mak... Ishana Airumi."

"Aduh Neng Nana, mm kasian A, Mak nini mau nengok pokonya A!! Aa juga harus nengok ya!"

"Pasti Mak, temenin Aa yah..."

Abimanyu kali ini benar-benar terlelap di pangkuan Mak nini, matanya sudah terbius hingga ia terpaksa menginap tanpa memberi kabar orang rumahnya. Toh tidak ada yang mencari pikirnya.

***


"IYAA BU??"

"KAMU NIH, TEMEN-TEMEN DATENG GAK BANGUNIN IBU!"

"Maaf bu, Shana cuma takut ganggu..."

"BILANG AJA MALU PUNYA IBU!!!"

"Bukan gitu Bu...maksud Shana...
"Hmm.. yaudah deh Bu, Shana minta maaf yah?"

Ke-kanakan memang, Ibu Ishana memang sedikit sulit di tebak. Entah apa love language nya terhadap putri semata wayangnya itu. Dia ingin di libatkan dalam segala hal tentang Ishana, namun terkesan tidak peduli juga. Tidak ada yang bisa menebak alur pikirnya, sudahlah memang hanya Tuhan yang mengerti.

Di keadaan lain, Ishana sedang sibuk menuliskan rangkaian kata yang ber-tebaran dalam otak dan hatinya. Hanya ada Ayah, dan Abimanyu saja di note book bergambar rapunzel itu. Untuk Ibu, ia tulis khusus di buku yang terdapat gembok dan kunci nya. Ia selalu berharap tidak akan ada yang membacanya, kecuali atas izinnya entah kapan.

BATAS AKSARA ISHANA (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang