.
.
.
.
.
Angkasa menatap tidak percaya pada pemuda yang tengah berdiri di luar cafe tempat nya bekerja, pemuda itu tersenyum saat Angkasa mendekatinya."Kenapa kamu ada disini?" Angkasa tentu bingung, karena seingatnya pemuda dihadapannya itu mengatakan baru akan pulang minggu depan.
"Memang gak boleh? Aku kan kangen sama kamu." Angkasa menggelengkan kepalanya.
"Bukan gak boleh, tapi ini udah malem." Pemuda itu tersenyum saat mendengar ucapan Angkasa.
"Mau semalam apapun aku gak akan keberatan kalau buat nemuin kamu." Angkasa memalingkan wajahnya yang terlihat bersemu.
"Gak usah gombal, awas aku mau pulang." Pemuda itu menggeleng.
"No.. no... kamu harus pulang sama aku, aku anterin." Angkasa menghela nafas panjang.
"Bintang, kamu pasti capek, baru pulang dari luar kota." Pemuda yang di panggil Bintang itu menggeleng.
"Iya aku capek, tapi aku kangen sama kamu." Bintang menatap lekat pada Angkasa.
"Aku nginep ya? Besok kan hari libur, aku males di rumah sendirian, mendiang aku peluk pacar cantik ku ini, gimana?" Angkasa merengut kesal karena mendengar kata cantik dari mulut Bintang.
"Aku cowok Bintang, aku gak cantik!" Bintang tertawa kecil dan menggeleng.
"Kamu cantik buat aku sayang, Angkasa ku yang cantik."
.
.
.
.
.
"Angkasa.""Angkasa sayang."
"Angkasa, mau ya?" Angkasa yang sedang mencuci piring bekas mereka makan langsung menatap tajam ke arah Bintang.
"Gak usah aneh-aneh Bin, aku gak mau ngerusak masa depan ku sendiri." Bintang yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas panjang.
"Cuma minum aja loh Sa, gak akan ada aneh-aneh." Angkasa menggeleng.
"Bintang, aku sama kamu itu beda. Aku anak beasiswa, kalau sampai ada yang ngeliat aku disana dan ngelaporin aku ke pihak sekolah beasiswa ku bisa di cabut. Aku bukan kamu yang bisa lanjut sekolah tanpa beasiswa Bin, aku mau banggain nenek ku. Nenek mau lihat aku kuliah dan lagi aku gak sesehat itu buat ada disana." Bintang terdiam mendengar jawaban panjang Angkasa.
"Angkasa, selama ini kamu anggap aku apa? Aku pacar kamu loh tapi kayaknya kamu gak percaya sama aku." Angkasa menunduk.
"Aku bukan gak percaya sama kamu Bin, aku percaya. Tapi kamu tau sendiri gimana perlakuan temen kamu ke aku, mereka gak suka aku Bin." Bintang mendekat dan memeluk tubuh tinggi Angkasa.
"Okey okey maafin aku, kalau gitu aku disini aja sama kamu." Angkasa menghela nafas panjang saat Bintang mengatakan hal itu.
"Kamu boleh pergi, aku gak mau di bilang ngekang kamu sama temen-temen mu. Aku udah cukup capek ngadepin si kembar selama ini, aku gak mau nambah masalah lagi." Bintang menggeleng.
"Gak, aku mau disini. Mending aku ngabisin malam minggu ku sama kamu, kan lebih enak."
Plak
"Enak aja, maksud kamu apaan?!" Bintang tertawa kecil.
"Maksud ku kita tidur di depan tivi sambil nonton sayang, aku gak akan macem-macem kok."
.
.
.
.
.
"Bintang gak dateng?" Bumi menggeleng saat Langit bertanya."Dia lebih milih sama si sampah itu ketimbang ngumpul sama kita." Langit berdecih.
"Bintang di pelet kayaknya, bisa lengket banget sama si sampah itu."
"Udahlah gak usah ngomongin dia, biarin aja Bintang mau apa, kalian juga tau Bintang kayak gimana." Samudera yang sudah jengah akhirnya menghentikan pembahasan mereka tentang Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home?
FanfictionSebenarnya apa itu rumah? Apa itu hanya sebuah bangunan yang bisa dengan mudah di tinggalkan? Seperti apa rumah itu? Kata orang rumah adalah tempat yang nyaman dan hangat, tempat dimana kita bisa pulang dan beristirahat kala lelah. Rumah tidak hanya...