10. Mencari sosok Angkasa

201 34 7
                                    


.
.
.
.
.
Kejadian di makam Angkasa kemarin membuat keenam pemuda itu memikirkan tentang Alder dan Angkasa, kedua manusia yang mereka kira harus mereka cari setiba nya di indonesia.

Adiran sendiri sudah menjelaskan jika dia pernah menghubungi Alder namun jawaban yang dia terima tidak memuaskan, hingga dia berpikir jika Alder hanya kebetulan terlahir serupa dengan Bayu, namun bukan merupakan reinkarnasi sahabatnya itu.

Namun bisikan yang di terima Adiran saat dimakam membuat pemuda cantik itu sadar jika Alder adalah reinkarnasi Bayu, sahabat nya.

Adiran sendiri meskipun memang berkumpul dengan yang lain namun dia sengaja memberikan jarak dan batas atas kedekatan mereka, tidak ada yang tau apa yang membuat Adiran seperti itu kecuali Arche.

Arche mengingat jelas sumpah Awan dulu, Adiran di kehidupan lalu adalah istri nya, yang selalu menemaninya dimana pun dia berada. Namun alasan Awan bukan lagi karena cinta tapi karena permintaan Angkasa, dan agar bisa selalu menatap mata mendiang sang sahabat.

Di akhir hidupnya, Awan bersumpah jika dia tidak akan pernah mau memiliki hubungan dengan Samudera dan Langit di kehidupan selanjutnya, kalau pun mereka terpaksa memiliki hubungan, maka Awan yang akan memastikan jika hubungan itu tidak akan lebih dari sekedar profesional kerja.

Ya, dan semua itu terbukti, Adiran menjaga jarak dengan Arche dan Tara. Sejak awal pertemuan mereka sebelum ke makam Angkasa, Adiran sudah mengatakan untuk tidak lagi mendekatinya, karena dia mau bergabung dengan mereka karena Gala dan juga Raiden.
.
.
.
.
.
"Hah..." Adiran menghela nafas panjang, dia sedang duduk sendirian di sebuah cafe, menunggu seseorang yang memintanya datang kesana.

Tak

"Maaf membuat mu menunggu lama." Adiran mengangkat kepalanya, menatap lekat pada pemuda tinggi yang baru saja mendudukkan diri dihadapannya.

"Alder." Adiran bergumam pelan saat mengetahui siapa yang duduk di hadapannya saat ini.

"Kau tidak berubah ternyata." Adiran rasanya ingin menangis saat mendengar suara berat Alder.

"Kenapa?" Alder tersenyum mendengar pertanyaan Adiran.

"Jangan menangis, aku tidak suka." Adiran merengut mendengar hal itu.

"Kenapa gak bilang dari dulu? Kenapa harus nunggu ketemu dulu baru kamu mau ngaku?" Alder kembali tersenyum.

"Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaan ku, jika aku mengaku saat itu maka kau pasti akan memaksa ku bertemu dan aku pasti tidak bisa menolak nya." Adiran menunduk.

"Kau akan kembali bersama nya?" Adiran menggeleng.

"Tidak!"

"Aku tidak akan kembali padanya, saat ini hubungan ku dengannya hanya sebatas profesional kerja, aku menganggap kalau aku sedang kerja sama dengannya, lalu kamu sendiri bagaimana?" Alder menaikan sebelah alisnya.

"Aku?" Adiran mengangguk.

"Aku lebih baik menikahi Angkasa ketimbang kembali dengan Langit. Meskipun sebenarnya Langit masih bisa dimaafkan, tapi aku tidak tertarik." Adiran tertegun mendengar jawaban Alder.

"Kamu juga nyari reinkarnasi Angkasa?" Alder meminum kopi nya sebentar.

"Apa ada alasan lain kenapa aku meninggalkan negara tempat aku tinggal kecuali untuk mu dan Angkasa?" Adiran tersenyum saat mendengar hal itu.

"Aku bersama mereka juga sedang mencari Angkasa, bang Rai dan Gala yang bikin aku mau gabung sama mereka." Alder menghela nafas panjang.

"Tinggalkan mereka Ran, kau bisa menemui Angkasa dengan ku saja." Adiran tersenyum manis dan menggenggam tangan Alder yang ada di atas meja.

"Alder, mereka juga ingin bertemu Angkasa, terutama bang Rai dan Gala. Kita boleh benci sama si kembar tapi kita gak bisa benci yang lain, karena tanpa mereka mungkin Angkasa sudah pergi lebih dulu tanpa punya kesempatan mendengar kata maaf dari Bayu dan Fajar."

"Alder, bergabunglah bersama kami, tidak perlu memikirkan ikatan kita di masa lalu dengan si kembar, tapi disini kita bersama untuk menemukan Angkasa." Alder menghela nafas panjang sebelum akhirnya mengangguk.

"Ya ya, kau memang sangat tau bagaimana cara nya agar aku menuruti mu." Adiran tersenyum tipis.

"Aku bersedia bergabung, tapi dengan satu syarat, apapun yang aku ketahui sebelum bergabung bersama kalian, mereka tidak berhak tau ataupun memaksa ku memberitahukannya." Adiran mengangguk.

"Tentu saja, lalu bagaimana dengan ku?" Alder tersenyum.

"Aku akan memberitahu mu nanti, saat aku sudah yakin."
.
.
.
.
.
Jenggala meninggalkan rumah nya saat Dalfon menjemputnya, tujuan mereka adalah keliling kota, menikmati suasana yang sudah lama tidak mereka rasakan juga mencari Angkasa.

"Lo mau kemana?" Gala mengedikan bahunya.

"Gak tau, cari cafe yang enak aja deh." Dalfon mengangguk, sepertinya sifat Jenggala tidak akan berbeda dengan Fajar.

"Dalfon, kita bakal nemuin kak Angkasa kan? Kak Angkasa orang baik, dia pasti akan reinkarnasi jadi orang yang beruntung kan?" Dalfon mengangguk kecil.

"Ya kak Angkasa orang baik, dan orang baik pasti dapat hal yang baik pula. Kita hanya bisa berharap jika saat ini kak Angkasa memang ikut bereinkarnasi, sama seperri kita. Agar kita bisa menjaga dan memastikan kak Angkasa bahagia." Gala tersenyum.

"Kalau gue ketemu sama kak Angkasa, gue bakal pastiin kak Angkasa gak kekurangan makan, gue sendiri yang akan masakin buat dia." Dalfon tersenyum mendengar hal itu.

"Gue juga bakal pastiin kak Angkasa aman, gue bisa ngehajar siapa aja yang berani gangguin dan nyakitin kak Angkasa." Gala tertawa kencang mendengar hal itu.

"Ya habis itu lo di pecat, lo atlet cok! Lo gak bisa seenaknya ngehajar orang." Dalfon mengedikan bahunya.

"Ya selama orang itu berani nyenggol kak Angkasa, gue gak peduli apapun. Gue bisa aja mundur jadi atlet dan milih ngurus bisnis orang tua gue, kalau itu bisa bikin gue ada di deket kak Angkasa terus."

Lain Dalfon dan Jenggala, lain pula tentang Tara dan Arche. Mereka berdua sengaja pergi berdua menghafal jalanan ibukota yang banyak berubah juga berbicara tentang keluarga mereka.

"Gue gak nyangka kalau kita bisa ketemu lagi kayak gini, dan yang bikin gue gak nyangka ternyata lo pewaris tunggal dari keluarga Adirajada." Tara menghela nafas panjang mendengar ucapan Arche, reinkarnasi dari adik kembarnya di masa lalu.

"Ya gue juga gak nyangka kalau ternyata pembalap dunia yang ada di sebelah gue adalah putra sulung keluarga Dharmendra." Arche tertawa pelan.

"Kalau bisa nama keluarga itu gue singkirin dari belakang nama gue." Tara menatap ke arah Arche yang sedang menyetir.

"Kenapa?"

"Keluarga sialan itu serakah, mereka masih berusaha buat menguasai harta warisan keluarga Kama." Tara tau jelas kenapa Arche terlihat semarah itu.

"Ya gak jauh beda sama keluarga gue, makanya gue mutusin buat gak lagi berhubungan sama mereka." Tara tersenyum sendu.

"Apa ini hukuman buat kita karena kita udah jahat sama kak Angkasa ya Ar? Dulu kita tumbuh di tengah keluarga harmonis, meskipun nyatanya orang tua kandung kita bercerai. Tapi sekarang kita sama-sama punya orang tua kandung yang serakah." Arche mengangguk setuju.

"Gue penasaran gimana kabar dan keadaan anaknya om Keanu ya? Dulu waktu gue lihat dia dirumah nya setelah pemakaman dia masih kecil." Arche menoleh pada Tara dan mencoba mengingat kejadian itu.

"Nanti gue cari tahu soal dia, gue juga mau tau kabar nya gimana."
.
.
.
.
.
"Aku kangen Sa, kamu dimana sekarang?"

"Aku udah pulang, kita semua udah kumpul disini, apa kamu gak mau ketemu sama kita juga?" Raiden berguman pelan sembari menatap langit malam berbintang.

Pemuda tampan itu terus mencari informasi tentang orang yang mempunyai wajah mirip dengan Angkasa, karena menurutnya Angkasa pasti terlahir dengan wajah yang sama.

"Aku janji gak akan ninggalin kamu lagi kalau kita ketemu, mau seperti apapun nanti hubungan yang akan terjalin diantara kita, aku akan pastikan kalau aku yang akan ada di sisi mu."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

Home?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang