06. Ternyata hanya bahan taruhan

279 51 12
                                    


.
.
.
.
.
Angkasa sama sekali tidak tau apa salah nya, dia tidak pernah menyakiti orang lain, tapi kenapa banyak orang yang menyakitinya.

Angkasa bahkan tidak menemukan alasan kenapa Bayu dan Awan jadi membenci nya, apa benar karena kehadiran nya menyusahkan keduanya? Apa benar selama ini Angkasa hanya menyusahkan orang lain?

Angkasa memutuskan bolos kelas setelah pertemuannya dengan Bayu tadi, ini pertama kalinya Angkasa membolos, dia tidak peduli lagi soal beasiswanya.

"Apa aku harus mati?"

"Nenek, apa Angkasa bisa nyusul nenek?"

"Nenek gak akan marah sama Angkasa kan?"

"Angkasa capek nek, Angkasa gak mau ada disini, semua orang jahat sama Angkasa. Mama sama papa juga mau Angkasa mati nek, kenapa mama harus lahirin Angkasa kalau akhirnya mereka mau Angkasa mati?"

Angkasa terus bergumam pelan, tatapan matanya kosong tanpa binar. Angkasa kehilangan semangatnya, selama ini hanya Awan dan Bayu yang menjadi alasan Angkasa tetap hidup, bahkan Bintang pun belum menempati posisi setinggi Bayu dan Awan.

Ddrrtt

Drrtt

Drrtt

Angkasa menatap ponsel nya, ada pesan masuk dari Bintang yang menanyakan posisinya, Angkasa sebenarnya tidak ingin membalasnya, namun dia takut jika Bintang marah padanya.

Angkasa kembali meletakan ponselnya di lantai rooftop setelah membalas pesan singkat Bintang, entah kenapa Angkasa merasa Bintang juga akan meninggalkan nya, sama seperti Bayu dan Awan.

"Bintang bakal ninggalin aku juga ya?"
.
.
.
.
.
"Ayo putus Sa, sorry gue udah gak bisa jadi pacar lo lagi." Angkasa tersenyum getir, dugaannya ternyata tepat.

"Kenapa?" Angkasa menatap Bintang yang terlihat mengalihkan pandangannya dari Angkasa.

"Gue bosen sama lo, lo nyusahin." Angkasa hanya mengangguk, tanpa berusaha menahan Bintang.

"Iya, maaf udah nyusahin kamu dua tahun ini." Bintang yang mendengar itu secara spontan menatap ke arah Angkasa.

Bintang mengepalkan tangannya di dalam saku celananya, bukan ini jawaban yang Bintang mau. Bintang mau Angkasa menahannya, memohon agar tidak di tinggalkan, bukan langsung mengiyakan.

Prok

Prok

Prok

Bintang melirik ke arah pintu rooftop dan menemukan keempat temannya berdiri disana.

"Mobil lo udah ada di rumah bang, lo menang karena udah bisa macarin sampah itu." Ucapan Langit membuat Angkasa menatap Bintang nanar.

"Apa aku bahan taruhan kamu selama ini?" Bintang mendengus dan menatap Angkasa lekat.

"Ya, lo bahan taruhan gue sama Langit juga Sam, jadi jangan berharap apapun." Angkasa hanya diam menatap ketiganya bergantian.

"Apa kalian senang?" Langit dan Samudera mengangguk dengan senyum lebar.

"Tentu aja, siapa yang gak seneng kalau dapet tontonan kegoblokan anak sampah miskin ini." Tanpa di duga oleh mereka yang ada di rooftop itu Angkasa mengangguk dan tersenyum tipis.

Senyum Angkasa jelas membuat kelima pemuda itu terkejut, seharusnya Angkasa menangis bukan tersenyum.

"Terima kasih, mau sebaik apapun aku, kalian tetap orang gak punya hati. Aku harap kalian tidak menyesal suatu saat nanti." Angkasa melangkah pergi setelah mengatakan hal itu, meninggalkan Bintang, Langit dan Samudera yang tiba-tiba merasakan sesak, juga Bumi dan Fajar yang menatap nanar pada punggung Angkasa.

"Taruhan kita udah selesai, setelah ini jangan pernah ikut campur lagi sama kehidupan gue. Karena kalau sampai kalian berdua ikut campur sama urusan gue, gue yang bakal pastiin kalian nyesel."
.
.
.
.
.
Angkasa berjalan meninggalkan sekolah, pemuda itu memutuskan mengunjungi makam sang nenek.

Angkasa tidak menyangka jika dia akan kehilangan tiga orang yang selalu dia anggap berharga di hari yang sama, belum lagi tentang dirinya yang ternyata hanya bahan taruhan Bintang.

"Nenek, Angkasa datang, maaf kalau Angkasa baru bisa datang." Angkasa memutuskan duduk di samping makam sang nenek.

"Nenek, Angkasa mau cerita ya."

"Awan sama Bayu gak mau lagi temenan sama Angkasa, mereka bilang Angkasa merepotkan. Mereka pasti capek ya nek, ngurusin Angkasa yang gak tau diri ini?"

"Nenek, Angkasa harus gimana? Angkasa sayang sama mereka, Awan sama Bayu itu udah Angkasa anggap saudara nek, tapu ternyata hanya Angkasa yang menganggap hal itu."

"Nenek, maafkan Angkasa juga ya. Dua tahun lalu Angkasa gak nurut sama nenek buat gak pacaran dulu, tapi Angkasa malah pacaran."

"Namanya Bintang nek, selama dua tahun ini Bintang perhatian sama Angkasa, Bintang juga sering ngingetin Angkasa soal obat dan jadwal check up. Bintang udah jadi salah satu alasan Angkasa pingin sembuh nek, meskipun itu gak mungkin."

"Tapi ternyata semua itu cuma kebohongan Bintang, Bintang jadiin Angkasa bahan taruhan sama Langit sama Samudera. Maafin mereka ya nek, terutama Langit sama Samudera, mereka gak tau apa-apa."

"Nenek, harusnya Angkasa nangis kan? Tapi Angkasa gak bisa nangis, dada Angkasa sesak, tapi air mata Angkasa gak bisa keluar."

"Angkasa memang sehina itu ya nek? Kenapa mereka semua tega ngelakuin ini ke Angkasa? Angkasa gak pernah nyakitin mereka, Angkasa selalu berusaha jadi anak baik nek, sama seperti pesan nenek."

"Angkasa gak ngelawan saat mama atau papa mukul Angkasa tanpa ampun, Angkasa juga gak balas semua yang udah Langit sama Samudera lakuin nek."

"Nenek gak mau jemput Angkasa? Angkasa capek nek, Angkasa pingin peluk nenek lagi."

"Angkasa kesakitan tanpa bisa mengeluh, karena memang tidak akan pernah ada yang mau mendengarkan keluhan seseorang secara suka rela."

"Nenek, maafin Angkasa karena udah cerita aneh-aneh ke nenek ya? Angkasa pulang dulu, hari ini Angkasa libur kerja, badan Angkasa udah capek banget nek, obat Angkasa juga tinggal tiga butir, Angkasa harus bisa jaga kesehatan biar gak perlu beli obat lagi."

"Angkasa pamit ya nek, nanti malam mampir ke mimpi Angkasa ya, Angkasa pingin di peluk sama nenek." Setelah mengatakan hal itu Angkasa beranjak dari sana.

Berjalan perlahan tanpa peduli jika hujan mulai mengguyur, Angkasa tidak lagi peduli, karena semua alasan nya untuk tetap hidup sudah tidak ada.

"Tuhan, boleh Angkasa minta jemput sekarang? Angkasa sudah lelah, Angkasa mau istirahat, karena mereka semua jahat."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat siang
Home up nih
Mau double up?
Siapa tau ada yang penasaran sama gimana Angkasa kedepannya...

Selamat membaca dan semoga suka

See ya

–Moon–

Home?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang