Teke-Teke (1)

12 1 0
                                    

Warning: Mengandung unsur kekerasan, dan sedikit bumbu penyedap berupa darah.

By: Bobooo_23




Malam semakin gelap dan kian semakin larut. Homoni yang baru saja pulang dari tempat kerjanya, memutuskan untuk menaiki sebuah kereta api.

Setibanya ia di dalam kereta, ia pun memilih tempat paling belakang yang tepat di belakangnya, terdapat dua anak remaja yang asik bercanda dan tertawa di tengah jam 12 malam.

Blakk

Bantal mendarat tepat di atas kepala Homoni. Ia yang hampir terlelap kini kembali tersadarkan karena ulah mereka berdua.

"Ah, maaf, kak. Sengaja, hahahahaha," ucap gadis berambut pirang sambil tertawa terbahak-bahak.

Homoni yang mulai terganggu, kini membalikkan badannya dan mulai menatap kedua mata anak itu. Ia melihatnya dengan tatapan yang begitu sinis, yang membuat kedua anak tersebut terdiam dan merasa malu.

"Jika aku mendengar kalian tertawa sekali lagi, aku 'tak segan-segan membunuh kalian di sini.” Homoni memberikan peringatan pada mereka dan dibalas cepat dengan anggukan kecil.

***

Setibanya Homoni di lorong jembatan penghubung. Ia pun memutuskan untuk berjalan kaki melewati lorong yang begitu gelap. Bermodalkan sinar rembulan yang terang, ia pun mulai melangkahkan kakinya menuju lorong jembatan.

"Sial, harusnya aku 'tak lewat sini tadi. Mengapa ... aura sekelilingku kian mencekam?"

Homoni yang merasa diikuti, kini menambah kecepatan langkahnya. Setiap ia melangkah mengapa harus terdengar suara yang berbunyi seperti... teke-teke.

Teke teke teke teke teke teke

"A-apa itu?"

Homoni memberanikan dirinya untuk melihat ke arah belakang. Ia terkejut ketika melihat wujud setan yang begitu 'tak lazim untuk dilihat.

"AAAAAA!" teriak Homoni sambil berlari menghindari kejaran setan itu.

Teke teke teke teke teke teke

"A-apa itu?! Apa yang baru saja aku lihat? Apakah mitos itu benar adanya? A-apakah aku akan mati?"

Kaki panjangnya memacu dengan cepat. Kini Homoni tengah bersembunyi dari kejaran teke-teke. Ia bersembunyi di balik dinding lorong yang begitu sempit dan gelap, berharap semoga teke-teke telah pergi meninggalkannya.

Tap tap tap

"Hahaha, wanita itu sungguh psikopat!"

"Benar, sepertinya malam ini akan menjadi malam terakhirku menginjakkan kaki di atas kereta api."

"Hahahaha."

"Mereka yang di kereta tadi, kan?" Homoni sedikit merasa lega dan membaik. Ia pun memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyiannya dan mencoba untuk bergabung dengan mereka.

"Eh? Apa? Mengapa ... mereka 'tak ada?Jangan-jangan ... teke-teke."

Dengan cepat Homoni melihat ke arah belakangnya. Dan benar saja, bukan wajah remaja yang ia lihat. Melainkan wajah teke-teke yang begitu buruk dan menyeramkan.

Teke teke teke teke teke teke

Homoni kembali berlari sekencang mungkin agar ia dapat meninggalkan lorong jembatan penghubung. Di tengah pelariannya, ia 'tak sengaja menyandung sebuah batu besar berwarna hitam pekat.

Dughh

"Aakhh, sakit," rintihnya pelan.

Kali ini Homoni 'tak bisa berlari lagi. Ia hanya pasrah ketika teke-teke membelah badannya menjadi dua bagian.

CapriciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang