Teke-Teke (2)

2 0 0
                                    

Warning: Mengandung unsur kekerasan, dan sedikit bumbu penyedap berupa darah.



Malam telah tiba, saat ini Tsuki tengah sibuk mengayuh sepedanya dan 'tak lupa mengucap salam kepada Kana dan Ayana. "Sampai jumpa!"

"Em, sampai jumpa, Tsuki," balas Ayana 'tak bersemangat.

Setelah mendapat balasan, Tsuki pun pergi. Kini, tersisa mereka berdua. Sepanjang jalan Ayana terus diam membisu 'tak seperti biasanya. Kana pun merasa heran, apakah Ayana kerasukan teke-teke? Pikirnya konyol.

"Ayana? Aku lihat di sepanjang jalan kau hanya diam dan merenung. Apa ada masalah?" tanyanya pada Ayana.

Ayana berhenti melangkah, lalu berjalan ke arah kanan. "Sebaiknya kita berpisah. Aku tahu apa yang kalian bicarakan sore tadi, seharusnya kau 'tak aku bawa hari ini, Kana," pungkas Ayana lalu berjalan meninggalkan Kana.

Kana hanya terdiam. Ia 'tak akan mengejar Ayana. Karena ia tahu siapa Ayana, percuma jika ia meminta maaf bahkan sampai sujud sekalipun. Ayana 'tak akan memaafkannya sebelum emosinya kembali reda.

Langkah demi langkah Ayana pijakkan ke tanah. Sampai di mana ia baru tersadar bahwa kini ia telah melangkahkan kaki menuju lorong jembatan penghubung yang begitu gelap. "A-apa? A-aku ... tidak mungkin."

Teke teke teke teke teke teke

Karena panik, Ayana pun 'tak sengaja menoleh ke arah belakang. Sialnya, ia telah melanggar peraturan pertama ketika bertemu dengan teke-teke, jangan melihat. Teke-teke yang setengah membungkuk pun mengangkat badannya dan mulai menampakkan wajah buruknya ke hadapan Ayana.

"AAAAA!"

Ayana berusaha berlari namun ia 'tak bisa. Ketika teke-teke membelah badannya—terasa bagaikan ajal datang menjemputnya.

Srakkkk

Tubuhnya terbelah menjadi dua bagian, lagi dan lagi teke-teke kembali merenggut nyawa orang lain di lorong jembatan penghubung.

***

Keesokan harinya, Kana yang mendengar berita itu pun hanya bisa tersungkur lemah di lantai sekolah. Ia menangis meratapi nasib yang kini ia dapati.

"Kana, ikut ibu sekarang. Polisi ingin berbicara denganmu," ucap seorang ibu guru yang datang menghampiri Kana.

Sesampainya mereka di dalam ruang interogasi, Kana melihat Tsuki yang juga sedang memberikan kesaksiannya kepada para polisi. Dari informasi yang diberikan oleh Tsuki, terakhir kali Ayana berada di depan restoran ramen bersama Kana.

Kana pun menceritakan kesaksiannya dan mengatakan bahwa Ayana pergi meninggalkannya untuk melewati jalan berbeda dengannya. Dan dari situlah mereka berdua mulai terpisahkan.

Karena kejadian ini, pihak sekolah pun meliburkan para anak murid selama 5 hari. Sepulangnya Kana dari sekolah, ia pun duduk di sofa ruang tamu rumahnya. Saat itu TV tengah menyetel berita mengenai jasad Ayana yang kembali ditemukan di lorong jembatan penghubung.

Menurut saksi yang melihat, ia 'tak sengaja melihat setan berbadan setengah membelah badan Ayana dengan sangat cepat lalu pergi meninggalkannya.

Kana kembali emosi ketika sang reporter mengucapkan kata teke-teke. Di tengah emosi yang kini mencampuri pikirannya, tiba-tiba angin di luar rumah bertiup dengan kencang. Kana menutup matanya, dan tiba-tiba, "Kana?"

Suara sang ibu membuatnya tersadar dan mulai membuka matanya kembali. "I-ibu ... Ayana." Kana hanya bisa mengungkapkan kata itu dengan lirih. Sang ibu yang tahu bagaimana keadaan anaknya sekarang mulai memeluknya. "Sudah, jangan terlalu dipikirkan."

***

Jam menunjukkan pukul 12 malam tepat. Entah apa yang membuat Kana berada di lorong itu sekarang. Ia tergerak untuk mendatangi TKP Ayana kemarin. Setelah menaruh bunga mawar untuk Ayana, ia pun mulai berdoa.

Belum sempat ia berdoa, Kana seolah mengetahui bahwa saat ini teke-teke sedang berada tepat di sebelah kanannya.

Teke teke teke teke teke teke

"A-aku 'tak akan melihat wajahmu."

Teke teke teke teke teke teke

"A-aku 'tak akan melihatmu."

Suara itu menghilang. Kana bergegas berlari menuju ke luar. Sedikit lagi ia akan sampai ke luar. Namun, suara Ayana menghentikan langkahnya.

"Kana, hehehe."

"Ayana?"

Kana pun membalikkan badannya. "AAAAA!"

To Be Continued...

CapriciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang