Teke-Teke (3)

2 0 0
                                    

Kana berlari secepat mungkin, dan kini ia telah sampai di luar lorong. Namun, teke-teke masih mengejarnya dengan cepat, untunglah Tsuki datang di waktu yang tepat. Ia pun memutuskan untuk nebeng pulang dengan Tsuki.

"Tsuki! Tsuki! Cepat! Ke sini cepat! Tsuki tolong aku!"

"Ada apa? Apa yang terjadi denganmu?"

"Cepatlah kayuh sepadamu! Cepat! Teke-teke mengajarku."

"Teke-teke!? Hei! Astaga, Tuhan aku belum menikah, mengapa harus bertemu dengan ajal."

Teke teke teke teke teke

"Cepat kayuh, Tsuki!

"Bagaimana bisa, ti-tidak! Arrrgh."

Brakkkkk

"Arrghhhh, sakit."

***

Saat ini Kana tengah menemani Tsuki yang terbaring lemah di rumah sakit. Karena kejadian malam tadi, Tsuki mengalami patah tulang di bagian kaki kiri.

"Tsuki, aku minta maaf," ucap Kana merasa bersalah.

"Santai, yang penting kita selamat."

"Tapi ... ini sudah tiga hari setelah kejadian kemarin."

Kana tertunduk lesu di hadapan Tsuki, ia pasrah akan nasib yang akan menentukan takdirnya. Hidup atau mati? Ia 'tak tahu harus berbuat apa, yang jelas sekarang ia pasrah. Menunggu teke-teke membelah tubuhnya seperti yang dirasakan oleh Ayana, sahabatnya.

Tsuki terkejut, ia tersadar bahwa ia telah koma selama 3 hari dan tersadar di hari terakhir menurut peraturan teke-teke. Namun ia berusaha untuk menyembunyikan rasa takut itu di hadapan Kana.

"Jam berapa sekarang, Kana?"

Kana menjawab dengan cepat, "Sekarang jam 12 malam. Dan besok sudah hari yang ke empat."

"Ta-tapi menurut peraturan, Teke-teke akan datang kepada kita di jam 10 malam. Dan sekarang sudah jam 12 malam, berarti kita terbebas dari kutukan itu."

Sebelumnya...

Kana berdiri menghadang kedatangan teke-teke. Ia pun berteriak sekencang mungkin sambil mengatakan, "Berhenti, Namira!"

"Aku tahu kau adalah gadis polos yang baik, aku tahu kalau kau adalah seorang korban pemerkosaan tentara Amerika 60 tahun yang lalu!"

Teke-teke berhenti berlari, ia terdiam menunggu penjelasan Kana. Dengan ilmunya ia mampu menebas pergelangan tangan Kana dengan cepat.

"ARGGGH! Namira! Ka-kau adalah gadis yang baik. Aku tahu itu. Aku tahu kau ingin mengakhiri hidupmu tepat di lorong jembatan penghubung. Namun, kau malah terlindas kereta api dan meninggal secara 'tak lazim."

"Da-dan kau membenci warna merah, bukan? Apa kau mengingat partai? Pasti kau mengingat warna merah yang berada dilambang partai tentara Amerika itu, kan?"

"Lihatlah, kami berdua sama sekali 'tak ada memakai bahan ataupun barang yang berwarna merah di sini. Aku mohon, pergilah dari sini," pukas Kana, ini adalah cara terakhirnya agar bisa selamat dari teke-teke.

Kana pasrah, ia pun sujud dan meminta maaf kepada sang teke-teke. Lambat laun suara teke-teke mulai menghilang dari pendengarannya. Kana pun hanya bisa terbaring lega, walaupun hanya sebentar.

Setelahnya...

"Tsuki, kau tahu alasanku mengapa aku terus menunduk sedari awal?" tanya Kana, dengan sangat pasrah.

"A-ada apa, Kana? Apakah teke-teke ada di sini?"

"Lihatlah di atas, ia menunggumu melihatnya."

Ketika Tsuki mendongakkan pandangan ke atas, ia begitu terkejut karena baru menyadari bahwa sedari awal mereka telah ditunggu oleh teke-teke.

Srakkkk

Teke teke teke teke

End

CapriciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang