BAB O3

269 33 4
                                    

Sean menghempaskan tubuhnya kasar pada kasur apartemennya. Pikirannya kembali pada apa yang terjadi dipertemuan sore tadi.

Xuan'er jelaskan siapa lawan mainku. Namanya terdengar asing di telingaku. Pendatang baru?”

“Biar aku saja. Yibo baru debut 3 tahun lalu di dunia akting sebagai tokoh utama. Tapi, Yibo sudah memerankan banyak drama sebelumnya sebelum resmi terjun sebagai aktor, Yibo hanya model, dancer, dan pembalap moto GP. Dan tenang saja, umurnya sudah menginjak 20 tahun sebentar lagi 21, dan dia seorang pria.” Haikuan dengan tenang menjelaskan tentang artisnya.

Sean menatap Yibo dengan lekat, “Apa kau sudah membaca keseluruhan naskahnya?” Yibo menganggukkan kepalanya, “Hum, kurang lebih aku sudah memahami alur ceritanya. Hanya saja, aku cukup terkejut.” Sean menaikkan satu alisnya, menuntut penjelasan lebih dari yang lebih muda.

Eumm, secara keseluruhan ceritanya sangat bagus. Konflik yang dibawakan sangat ringan tapi sangat sesuai dengan kenyataan dan tidak terlihat dipaksakan. Alurnya mudah dipahami namun tidak monoton, hanya saja, kenapa penyelesaian konflik terlihat menggantung? Saat membacanya aku kesal. Apa-apaan Shi Ying itu, dia meninggalkan Xie Yun tanpa sepatah katapun. Padahal katanya cerita ini happy end, tapi apa?! Menyebalkan!”

Sean mengernyitkan keningnya heran, menggantung? Dia menatap Haikuan dengan tatapan yang menuntut penjelasan. Karena dia yakin, pasti ada kesalahan disini.

“Berikan naskahmu.” Dengan patuh, Yibo mengambil naskah miliknya dan memberikannya pada Sean. Sean mengambilnya dan langsung membuka halaman terakhir. Alangkah terkejutnya dia saat mengetahui, jika naskah itu tidak lengkap. Dengan kasar dia menghempaskan naskah itu ke lantai.

Yibo terperanjat kaget, dengan kesal dia bertanya dengan kasar, “Yak, pak tua! Sebenarnya apa yang salah dengan temperamenmu itu! Kenapa kau suka sekali marah-marah?! Tenanglah sedikit. Kau membuatku takut…” Yibo berkata dengan lirih untuk kalimat terakhirnya.

Sean terkesiap, “Maaf.” Dia kembali duduk, mengambil naskah miliknya dan memberikannya pada Yibo. “Naskah milikmu tidak lengkap. Baca itu dengan seksama.” Yibo dengan ragu menerima naskah yang diberikan Sean, dia membacanya dengan seksama. Dan ketika hampir mencapai ending, wajah putih itu sepenuhnya berubah merah.

“Kuan-ge, apa aktormu itu bisa berperan untuk ending dari drama ini?” Haikuan mengangguk ragu, matanya fokus pada Yibo yang tertunduk dengan kedua tangan menggenggam erat naskahnya.

“Ge… Emm… Yi-yibo…” Lidah Yibo terasa kelu. Pikirannya menjadi liar membayangkan adegan terakhir itu dengan pria dihadapannya. Ah, bisa dia rasakan pipinya yang panas. Bukan, bukan hanya pipinya tapi seluruh tubuhnya.

“Apa dia pernah berciuman sebelumnya?” Haikuan menggelengkan kepalanya, “Dia tidak pernah berciuman di semua dramanya.” Kali ini bukan hanya Sean yang terkejut, tapi semua orang yang berada disana. Sean merasa kesulitan merangkai kata kali ini. Entah, umpatan seperti apalagi yang harus dia keluarkan kali ini.

“Haikuan, kau yakin Yibo bisa berperan sebagai Xie Yun dengan baik? Dia seperti kertas putih tanpa cacat. The cold prince and his cross dresser boy, mungkin akan membuat noda di kertas putih itu. Kalian bisa memikirkannya kembali, bagaimana? Karena aku tidak ingin drama ini gagal atau mendapatkan rating buruk. Aku tidak ingin menghancurkan ekspetasi para penggemar yang sudah menunggu drama ini dengan antusias yang tinggi.” Penuturan dari Yixing disetujui oleh yang lain.

Sean melihat binar di mata Yibo sedikit meredup ketika mendengar penuturan dari Yixing. Hal itu menimbulkan perasaan yang mengganjal di hatinya. Namun, sedikit banyak dia setuju dengan apa yang dikatakan oleh produsernya itu.

“Yi—” Haikuan memotong perkataan Yibo, “Kami akan memikirkannya kembali. Besok akan kami kabari hasilnya, apa boleh demikian?”

Dan pertemuan itu selesai lebih cepat. Tanpa mengantongi keputusan akhir. Hal itu membuat ketiga petinggi—Yixing, Haoxuan, Sean—sakit kepala, dan dalam kasus Sean rasa sakitnya menjadi berlipat ganda.

Kembali ke masa sekarang, terlihat Sean masih berbaring di tempat tidurnya, memikirkan nasib kedepannya. Apakah dia benar-benar akan berperan dengan remaja yang masih belia itu? Meskipun dia masih baru dalam dunia LGBT, tapi, pengalamannya dalam melakukan adegan yang 'dewasa' sudah cukup banyak. Dari hanya sekedar ciuman, sampai ke tahap adegan ranjang—bukan benar-benar bercinta ya, karena dia bukan aktor film porno—dia sudah berpengalaman, tapi, Yibo? Anak itu masih terlalu hijau untuk hal-hal yang seperti ini.

Sedangkan di tempat yang lain sedang terjadi perdebatan antara aktor dan manager-nya. Perdebatan itu berlangsung cukup sengit. Namun, endingnya sudah bisa dipastikan bahwa sang manager akan takluk dengan tatapan bak anak anjing milik sang aktor.

“Yibo, maaf, gege tidak tahu jika naskah yang kau terima tidak lengkap. Gege sendiri dari awal cukup ragu untuk menerima tawarannya. Makanya gege sudah berkali-kali bertanya padamu kan, dan melihat kau yang antusias mau tidak mau gege menandatangani kontrak. Kau ingin kita batalkan saja?”

Yibo terdiam sejenak sebelum menatap sang manager, dia menggelengkan kepalanya. “Kita tetap ambil.”

“Tapi, adegannya?? Apa kau yakin kau bisa memerani adegan terakhir itu? Jika hanya ciuman saja gege yakin kau bisa. Tapi adegan terakhir, gege ragu.”

“Gege berisik. Yibo bilang, Yibo tetap ambil! Dan lagi, ini bukan film porno kan? Tidak mungkin Yibo akan benar-benar bersetubuh dengan lawan main Yibo. Tenang saja. Sekalipun temperamen orang itu berantakan, tapi, Yibo yakin dia orang yang profesional. Jadi biar itu Yibo yang mengurusnya.”

“Tapi—”

“Udah, gege keluar sana dari kamar Yibo. Yibo mau tidur. Pokoknya kita terima! Kalau enggak Yibo ngambek sama gege!”

Haikuan akhirnya hanya bisa mengangguk pasrah. Dia melangkahkan kakinya keluar dari kamar sang aktor. Dan sesampainya di luar, dia menyeringai. Dengan segera dia mengambil ponselnya dan mengetikkan beberapa kata untuk seseorang.

Di dalam kamarnya, Yibo bersandar pada dinding sambil memeluk gulingnya. Dia menggigit guling tak bersalah itu ketika pikiran liarnya kembali. Jantungnya berdegup kencang, pipinya memerah, dan dia tidak bisa menahan senyumnya. Dia takut, sekaligus merasa tidak sabar. Dan lagi, lawan mainnya sangat tampan dan menawan untuk pria seumurannya.

“Aaaa… Apa aku menyukai pria tua itu?! Uhhh, pipiku terasa panas sekali. Aaaaaa aku maluuuu~” Yibo membenamkan wajahnya pada guling miliknya. Dia merebahkan tubuhnya pada kasur dan berguling-guling di atas kasurnya.

Waduh?? Apa ada nih? Eh, ada apa nih? Lucu amat mereka.

To be continue

Forced or not?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang