BAB O4

259 31 2
                                    

Pertemuan kedua diadakan di tempat yang sama seperti kemarin. Jika kemarin, Yibo yang menunggu kehadiran Sean, hari ini Sean yang dibuat menunggu. Namun, itu bukan hal yang terlalu mengganggu untuk Sean. Karena orang itu, sudah saling mengenal satu sama lain dengan orang-orang yang berada di ruangan. Keuntungan artis senior…?

Dengan kemeja putih dan celana bahan hitamnya, Sean terlihat sangat menawan meskipun terbalut oleh pakaian yang monoton

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan kemeja putih dan celana bahan hitamnya, Sean terlihat sangat menawan meskipun terbalut oleh pakaian yang monoton. Apalagi, dasi hitamnya yang sudah tidak terpasang rapih, makin berantakan Sean semakin terlihat 'panas'. Para kru wanita terang-terangan menatapnya penuh minat. Namun, Sean tetaplah Sean. Dia mengacuhkan tatapan para betina itu dan fokus pada Zoucheng yang sedang berdebat dengan Haoxuan itu.

Sean memperhatikan keduanya sambil sesekali memakan burgernya. Jujur, dia—sangat—lapar tapi tidak mungkin dia merengek meminta makan pada para kru. Mau tidak mau, dia memakan burger yang sempat dia beli di perjalanan tadi.

Tak lama, Yibo dan managernya datang. Sean menatap gadis—eh!—pemuda yang menggunakan pakaian senada dengannya. Atasan putih dengan bawahan hitam. Entah kenapa, hal itu membuat Sean merasa senang.

Zoucheng, Haoxuan, dan Yixing yang tidak memiliki kepekaan terhadap sekitar, kompak mengatakan apa yang ada dipikirannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zoucheng, Haoxuan, dan Yixing yang tidak memiliki kepekaan terhadap sekitar, kompak mengatakan apa yang ada dipikirannya.

“Kalian janjian?”

“Kalian pacaran?”

“Kalian berdua tidur bersama?”

Mendengar pertanyaan Haoxuan sontak Sean memukul kepala sang sutradara. Dia memberikan tatapan tajam pada ketiganya. “Diam kalian. Dan lagi, gimana mau janjian? Punya nomornya aja tidak, kita berdua juga tidak saling mengikuti satu sama lain di sosial media. Jadi hentikan pikiran liar kalian.”

“Hum! Benar! Dan lagi, memang apanya yang janjian? Bukannya ini pakaian normal? Kemeja putih yang dipadukan dengan bawahan hitam? Apa salahnya? Kalian tidak tahu konsep kebetulan? Aneh!” Kesal Yibo, dia pun duduk ditempatnya.

‘Pinggangnya sangat ramping. Tapi, belahan bajunya itu tidakkah terlalu lebar?’ Sean mengalihkan pandangannya ke segala arah untuk menghentikan pikirannya yang akan mulai melalang buana ketika melihat dada mulus Yibo terpampang dihadapannya.

Forced or not?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang