BAB O5

266 32 12
                                    

Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum menemukan titik terang. Momen ini digunakan oleh Sean dan Yibo untuk saling bertukar pikiran. Karena, merekalah yang akan menanggungnya resikonya nanti.

“Um… Pak tua.” Sean mendelik tajam, namun, bibirnya terkatup rapat. Yibo tertawa canggung, dia pun langsung mengganti panggilannya, “Ehem, maksudku, Sean-ge. Aku sebenarnya bingung apa yang sedang mereka perdebatan. Bukannya mereka sedang memperdebatkan hal yang tidak berguna?”

Sean melembutkan tatapannya, ujung bibirnya sedikit tertarik membentuk kurva tipis yang semakin menambah pesonanya. Aktor yang akan menjadi lawan mainnya tidak buruk sebenarnya. Dia memiliki pemikiran yang luas sepertinya, pemikiran mereka seperti terhubung satu sama lain, membuat sedikit banyak Sean merasa tenang.

“Biarkan saja. Kalau mereka sudah lelah, mereka akan diam dengan sendirinya. Aku ingin mengetahui pendapat langsung, soal skinship yang akan sering kita lakukan nanti, kau tidak keberatan? Ah tentunya soal adegan pemerkosaan itu.”

Yibo terdiam sejenak, dia mengambil susunya lalu meminumnya hingga tandas. Matanya menatap Sean dengan lekat, raut wajahnya berubah datar, namun, sedetik kemudian dia mengerucutkan bibirnya dan berdecak kesal. Sean memperhatikan semua itu sambil menahan rasa untuk tidak bertindak impulsif—menarik pria itu kepangkuan dan melumat bibirnya dengan kasar, contohnya?

“Kalau kau ingin mendengar pendapat secara jujur. Aku akan berbohong jika aku bilang aku tidak apa-apa. Ini kali pertama aku akan berciuman dengan pria di hadapan banyak orang. Ini kali pertama aku mengambil peran dalam drama yang mengangkat unsur LGBT. Awalnya aku merasa itu mungkin akan menjijikkan, disaat tubuhku akan dicium dan diraba-raba oleh pria tua yang tidak aku kenal. Tapi, setelah melihatmu, aku sedikit tenang. Kau tidak seburuk yang aku pikirkan untuk pria yang akan menginjak kepala tiga.”

Sean ternganga kaget, dia menatap tak percaya pada pria dihadapannya. Semua kalimat yang akan dikatakan tersangkut pada tenggorokannya. Membuat dia hanya bisa berkedip dan menelan ludahnya sendiri.

Seakan tak memperdulikan respon yang lebih tua, Yibo kembali melanjutkan perkataannya. “Dan untuk adegan pemerkosaan, jujur, aku memang kurang nyaman dengan hal itu. Saat membacanya pertama kali, aku merasa aku tidak kan bisa memerankan adegan itu. Aku berpikiran sama dengan Kuan-ge untuk memperhalus adegan. Tapi, setelah aku membacanya dengan seksama dan mengerti poin apa yang akan ditonjolkan kupikir itu adalah ide yang buruk. Jadi, aku memilih untuk tetap melakukan adegan itu sesuai dengan yang di naskah. Jika aku boleh jujur, karakter Xie Yun dengan terlihat seperti diriku sendiri. Aku juga korban pelecehan seksual sepertinya, bedanya saat itu umurku 6 tahun lebih muda dari Xie yun.”

Sean tersentak, dia mengerti sekarang alasan kenapa Haikuan ingin memperhalus adegan itu. Sean menatap Yibo dengan serius, “Apa itu membuat kamu tidak nyaman? Jika iya, aku akan mencoba sedikit memperhalus adegan itu.”

Yibo tersenyum kecil, dia membalas tatapan Sean dengan tenang, “Aku akan sangat beruntung jika itu akan terjadi. Jika memang bisa, bolehkah? Tapi, jika itu akan membuat pesan yang akan disampaikan hilang, lebih jangan. Tenang saja, aku adalah aktor profesional. Dan lagi, itu sudah berlalu, aku sudah sembuh dari trauma yang kumiliki, jangan terlalu dijadikan beban.”

Sean mengangguk paham, dia meminum kopinya dengan tenang. Pikirannya berkecamuk, desahan nafas yang memberat membuat Yibo yakin, pria dihadapannya tengah memikirkan banyak adegan untuk merevisi bagian kontroversial itu. Yibo tersenyum, hal itu membuat hatinya menghangat. Ternyata temperamennya tidak seburuk yang dia duga.

“Untuk adegan terakhir? Ada komentar?” Yibo dibuat terbungkam oleh pertanyaan Sean. Dia mengedarkan pandangannya pada segala sisi, kemanapun asal jangan pada sepasang mata gelap yang mampu menghipnotisnya itu.

“Sejujurnya, jika kau bertanya pendapatku sebagai aktor. Aku kurang nyaman jika harus melakukan adegan dewasa dengan aktor dibawah umur sepertimu.” Yibo membelalak marah. Tanpa sadar dia berteriak, “YAK! APA YANG KAU MAKSUD DENGAN DIBAWAH UMUR?! APA KAU PIKIR AKU MASIH BAYI, GE?! DENGAR YA! YANG TERHORMAT XIAO SEAN ZHAN, ORANG YANG KAU ANGGAP BAYI INI SUDAH BISA MEMBUAT BAYI!”

Suasana menjadi hening seketika, kini satunya yang terdengar hanya suara jam dinding yang berdetak. Sean sempat terhenyak sebentar sebelum akhirnya dia menyeringai. “Oh, benarkah? Bagaimana aku bisa percaya, jika bayi di hadapanku ini bisa membuat bayi yang lain? Aku bahkan ragu jika dia bisa berciuman.”

Perkataan Sean berhasil memprovokasi Yibo. Dengan menghentakkan kakinya, Yibo berjalan menghampiri tempat pria itu duduk. “Who says I can't kiss? You want me to prove it Mr. Xiao? I can kiss you until you forget how to stand and just focus on me.”

Seringai Sean semakin lebar, dia memutar kursinya menghadap Yibo yang berdiri disebelahnya. Meletakkan kedua tangannya pada pinggiran kursi, dia membalas kalimat provokasi Yibo dengan tenang, “Interesting. So, what are you waiting for little lion? Do it, make me believe that if you can do it.”

Yibo seakan lupa dimana mereka berada. Dia sudah hanyut dalam permainan yang Sean rancang. Sudah terbakar oleh sesuatu yang disebut dengan nafsu.

Sean tertawa puas dalam hatinya ketika melihat tubuh ramping itu semakin mekikis jarak diantara mereka. Lihat? Pria cantik itu tak lebih dari remaja labil dihadapannya.

Lalu, dalam sekejap kedua bilah bibir itu bertemu. Tidak ada pergerakan, hanya saling menempel satu sama lain. Yibo yang bingung harus melakukan apa hanya bisa diam. Sedangkan Sean, dia hanya menunggu apa yang akan Yibo lakukan. Ah, jantung keduanya berdetak cepat. Yang satu merasa malu, dan yang satunya lagi merasa bersemangat.

Yibo terdiam sejenak, dia kembali membuat jarak diantara mereka. Mata mereka saling menatap satu sama lain, saling menyelami pusaran kabut yang saling menghipnotis itu.

Mengikuti insting, Yibo naik ke pangkuan yang lebih tua, mengalungkan kedua tangannya pada leher Sean, dan mulai kembali menempelkan bibir mereka.

Kini kedua bilah bibir itu tidak hanya saling menempel, Yibo mulai berani menyesap bibir merah dihadapannya itu. Menghisapnya rakus layaknya sedang menghisap sebuah permen, kedua belah bibir itu tidak bisa bersembunyi dari jajahan Yibo.

Cukup lama pagutan satu sisi berlangsung, Yibo menarik tubuhnya, dia menatap pria yang sedang memangkunya dengan kesal. Sean hanya menatapnya dengan tatapan tak bersalah. Dia menaikkan satu alisnya, seakan menantang pria itu, dan dengan nada yang meremehkan dia berkata, “You can't prove your words little lion. You are such like a baby, that's the fact. Then, can you get off my lap now?”

Yibo terdiam di posisinya, dia sedang terlarut dalam pikirannya. Fakta bahwa dia mencium pria dihadapannya membuat jantungnya berdebar dengan tak karuan. Fakta bahwa dia sedang duduk di pangkuan pria itu membuat kedua pipinya terasa terbakar. Dan fakta bahwa dialah yang menyebabkan dua hal itu membuat Yibo tenggelam dalam rasa malunya.

Sean tertawa kecil, dia menepuk punggung yang lebih muda itu. Lalu, dia membawa pria itu kedalam dekapannya. Karena Sean sadar, Yibo tengah merasa sangat malu saat ini.

Sean berdehem kecil, matanya menatap pada orang-orang yang ada dihadapannya. “Saya akan mencoba merubah sedikit di bagian pemerkosaan itu. Sisanya akan tetap sesuai dengan naskah. Dan untuk pemerkosa, saya setuju untuk membiarkan pihak Yunmeng Entertainment yang memilihnya. Ada lagi yang mau dibahas?”

Haikuan dan Yixing menjadi orang yang pertama kali sadar, mereka menggaruk-garuk kepalanya canggung. Dengan gerakan patah-patah mereka mengangguk setuju dengan keputusan sang penulis Naskah.

“XIAO SEAN ZHAN!!!!!!!” Auman sang manager, Zoucheng membuat yang lain langsung sadar dari keterkejutannya. Sean hanya menatapnya dengan tatapan, ‘bukan salahku loh? Dia yang mulai.’

Dan pertemuan hari itu ditutup oleh adegan Zoucheng yang memukul Sean dengan naskah yang berada di tangan dengan brutal. Beruntungnya, Yibo sekarang sudah aman disebelah Haikuan, wajahnya memang datar, tapi, telinganya yang memerah tak luput dari perhatian yang lain.

Waduh, dedek bayi gampang terprovokasi. Mari berdoa akan dia tetap terjaga nanti.

To be continue.

Forced or not?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang