BAB V (Bunda)

684 55 5
                                    


Malam ini suasana agak sedikit sepi dari malam biasanya. Bunda dari tadi mondar-mandir dengan ekpresi cemasnya. Sesekali berusaha untuk menguhubungi sang anak tetapi tidak ada jawaban, cuaca diluar sedang mendung, ini membuat Bunda jadi lebih gelisah.

"Kamu kemana si Natael." Bunda terus berusaha untuk menghubungi Natael tetapi sama saja tidak ada balasan. Rintik hujan di luar mulai turun, Bunda melihat kearah jendela, terlihat dari arah depan rumah sebuah motor masuk kepekarangan rumah, Bunda berlari kearah depan untuk menemui sang Anak.

"Kamu dari mana aja si nak." Bunda berangsur memeluk Natael, badan Natael sedit basah karna terkena hujan, dengan lembut sang Bunda menyisir rambut Natael yang sedikit basah dengan tangannya. Fokusnya teralihkan ke seseorang yang berdiri tepat dibelakang anaknya. Gemian yang ditatap sama Bunda nya Natael cuma bisa senyum canggung sambil ngucapin salam.

" Halo tante, Saya Gemian temannya Natael" Gemian maju kearah Bunda, menjulurkan tangannya untuk memberi salam.

"Ouh iya Nak, terimakasih ya sudah antar anak saya, masuk dulu yuk hujan nya tambah deras ini." Bunda membawa kedua remaja itu masuk. Mengambil handuk untuk keduanya. Natael sudah keatas kearah kamarnya untuk berganti pakaian. Kini Gemian berada di situasi canggung nggak tau mau ngapain, bingung sendiri harus bersikap kaya gimana. Duduk sendiri di ruang tamu, kakinya dari tadi nggak berhenti gerak karna gelisah. Bunda datang dari arah dapur dengan segelas teh hangat di tanganya. Diletakan di meja depan Gemian lalu duduk tepat di hadapan Gemian. Gemian tambah gemeteran rasanya udah kaya mau di eksekusi. Bunda yang ngeliat gelagat Gemian cuma bisa senyum.

" Santai aja nak, saya nggak gigit kok." Bunda berusaha mencairkan suasana agar Gemian tidak terlalu tegang.

" Iya tante." Gemian cuma bisa senyum sambil garuk belakang kepalanya yang nggak gatel.

" Saya mau ngucapin makasih sekali lagi sama nak Gemian karna udah mau nganterin anak Saya." Bunda berucap tenang.

"Kamu tau nggak Gem? Sebelum ini Nata nggak pernah bawa temen kerumah, dan hari ini tiba-tiba dia bawa kamu kesini. Saya sedikit kaget tapi juga seneng. Nata itu anaknya penyendiri banget, saya suka takut sama dia waktu ada di luar rumah." Bunda menduduk sedih lalu menolehkan kepalanya ke arah dimana figura foto sang suami berada.

"Semanjak Ayah Natael meninggal, dia jadi anak yang pendiem, penuh rahasia, nggak tersentuh sekalipun saya sebagai Bunda nya, dia dulu kalau ada masalah pasti bakal cerita kesaya, tapi hari ini dia malah milih untuk pergi sendiri tanpa ngasih tau saya dia mau kemana." Gemian bingung harus bales apa, dia nggak tau kalau dalam diri Natael ini menyimpan rahasia apa sebenernya. Kenapa dia bisa sampe berubah semenjak sang Ayah Pergi? Ada masalah apa sebenernya disini?

"Saya disini mau minta maaf sebelumnya Tan, Natael pergi dari rumah tadi juga ada sangkut pautnya sama saya." Gemian mengehela nafas sebelum dia lanjut berbicara dan mencurahkan isi hatinya di depan Bunda.

"Saya suka sama Nateal tante, saya udah suka sama dia dari pertama kali saya liat dia di taman sambil baca buku, Natael itu beda dari yang lain, benar kata tante, Natael orang nya tertutup, terlalu misterius, tapi menurut saya itu yang menjadi daya tarik Natael. Natael susah didekati tante, sampai saat ini juga dia belum bisa menerima saya, tapi saya akan berusaha terus, saya yakin suatu saat Natael bisa menerima saya." Gemian menatap Bunda Natael dengan tatapan memohon.

"Tadi sore waktu saya anter Natael pulang, saya sempat nyatain isi hati saya tentang Natael. Tadi saya sempet cape Tante sama sikap Natael ke saya, nggak tau saya juga dapet pemikiran itu dari mana, dan ternyata pernyataan saya itu malah ngebuat Natael sampe kepikiran kaya gini." Gemian menundukkan kepalanya merasa bersalah. Bunda yang ada didepannya hanya tersenyum, Ia merasa bahwa remaja laki-laki didepannya itu lelaki yang tulus.

What Do You Want?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang