BAB IX (Planning)

599 42 3
                                    


Seorang pria dewasa berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju Kamar yang dituju. Di sampingnya terdapat seorang wanita dan juga anak gadis berusia 10 tahun. Masuk keruangan yang sudah 2 hari ini selalu mereka kunjungi.

"Lohh udah sadar kamu kak." Mama Gemian mendekati sang anak melihat kondisi sang anak dengan teliti. Tersenyum setelahnya dan memeluk sang anak.

"Gemian nggak bisa tidur lama-lama Ma, kasian Natael nggak ada yang nemenin." Gemian senyum jail kearah Natael yang sekarang udah bikin ekspresi males di wajahnya.

"Pantes ya kamu tergila - gila sama Natael kak, udah anaknya baik, manis, indah banget dia ini." Natael yang di puji sama Mama Gemian senyum tersipu.

"Makasih ya Natael udah jagain Gemian." Mama mengelus kepala Natael sayang.

"Iya Kak Natael cantik, kok mau si sama kak Gemian." Noraya ikut menimpali ucapan sang Mama. Natael yang di tanya gitu cuma bisa ketawa sedangkan Gemian lagi gerutuin adeknya sendiri.

"Ehh bocil kamu itu harusnya bersyukur punya kakak, kaya kakak kamu ini, udah ganteng, baik, multitalenta, banyak tau yang suka sama kakak, tapi kakak cuma mau sama Kak Natael aja." Noraya yang denger itu pengen muntah rasanya, kakaknya ini PD nya tingkat dewa.

"Iya deh yang merasa paling ganteng."

"Dih emang kakak ganteng kok." Gemian masih belom mau ngalah.

" Udah udah kalian ini berantem Mulu kerjanya, kamu juga Gem sama adeknya nggak mau ngalah terus, baru bangun padahal udah ribut aja." Sang Papa melerai, melihat sekeliling mencari sesuatu.

"Winar sama Marvel mana Kak?"

"Ohh tadi mereka pamit pulang Pa, kenapa emang?" Gemian bingung tumben banget Papanya nanyain kedua temennya itu, Gemian rasa ada yang mau di sampaikan sama Papanya.

" Papa mau bahas sesuatu, kalian kenapa nggak bilang sama Papa kalo Daresun Hotel sempet nyerang saham hotel kalian?" Sang Papa duduk menyilangkan kaki pada sofa yang ada di samping tempat tidur Gemian. Melihat berkas yang ditemukan sang Mama waktu membereskan ruang kerjanya di rumah.

"Kamu kalo nyembunyi in sesuatu nggak pinter kak, ditemui in mulu sama Mama." Gemian cuma bisa senyum kikuk, kenapa di bisa seceroboh itu si.

"Gemian bukan nggak mau bilang Pa, tapi ini masalah Gemian sendiri Gemian nggak mau repotin Papa terus, lagian juga saham Gemian udah balik lagi." Gemian berusaha menjelaskan semuanya kepada sang Papa.

"Ok Papa nggak akan ikut campur urusan saham, tapi untuk masalah kamu yang sampai masuk rumah sakit ini, Papa masih punya hak sebagai orang tua kamu. Bilang ke Papa kalau butuh apa-apa, bergerak dengan pintar jangan gegabah, lawan dengan otak yang cair, Papa bantu sebisa Papa." Gemian senyum kearah Papa nya, Papanya ini selalu ngertiin apa yang dia mau.

" Jadi apa rencana kamu?" Tanya sang Papa.

"Gemian rasa ini bakal sedikit susah, keluarga Daresun ternyata bukan orang sembarangan Pa, mereka punya beberapa koneksi sama petinggi hukum, mereka udah banyak buat masalah tapi selalu lolos, bahkan pun mereka udah berhasil bunuh Ayah Natael tapi tetap aja nggak ada hukuman apa-apa buat mereka." Mereka yang ada disana kaget, lalu menatap kearah Natael yang sekarang udah nundukin wajahnya lagi. Gemian yang ada di sampingnya menggenggam tangan kecil itu untuk meyakinkan Natael.

"Gemian rasa cara buat mereka nggak bisa berkutik itu cuma hakim masyarakat, selama ini dunia luar nggak tau kejahatan apa yang udah mereka perbuat. Jadi Gemian rasa kita harus kumpulin semua bukti dari kejahatan mereka, tapi jangan langsung kita kasih kepihak hukum Karna pasti bakal di tolak sama mereka Karna koneksi dari keluarga Daresun. Kita kumpulin semua bukti-bukti itu terus kita unggah ke media, kecepatan media sosial lebih cepet dari pergerakan orang-orang hukum. Kalau semua orang udah pada tau dengan adanya bukti itu, pengadilan nggak mungkin bisa ngelak lagi. Dan juga Daresun Hotel di mata masyarakat bakal jadi jelek. Dari ini mereka pasti akan kehilangan koneksi untuk semuanya." Nggak di sangka ternyata otak Gemian pinter juga, Natael sebenernya masih bingung disini. Dia masih bertanya-tanya siapa Gemian sebenarnya. Tapi Natael belum mau memikirkan hal itu dulu.

"Cara kamu mungkin bener Gem, tapi Papa yakin nggak segampang itu, kata yang kamu bilang mereka punya banyak koneksi, jadi mungkin untuk semua bukti kejahatan mereka juga mereka tutupin dengan ketat juga." Gemian terdiam bener yang di bilang Papanya ini nggak akan semudah itu, tapi Gemian nggak bisa nyerah gitu aja. Mereka belom coba jadi jangan di simpulkan secepat ini. Kaya yang Gemian udah pernah bilang Hasil nggak akan menghiati Usaha.

"Kita coba dulu Pa, nanti setelah Gemian benar-benar pulih, kita mulai peperangan ini." Gemian semakin ngeratin genggaman tangannya pada Natael. Natael yang sadar pun mulai mengelus tangan Gemian juga. Memberikan semangat untuknya dan juga berterimakasih. Gemian natap mata Natael seakan-akan ingin menyampaikan bahwa mulai sekarang dia yang akan berjuang buat semua usaha yang udah Natael lakuin dulunya. Natael pun mulai menyakinkan hatinya memantapkan diri bahwa dia akan selalu ada di samping Gemian dan berjuang bersama.

"Ekhmm disini masih ada kita kak." Sang Mama dengan jail berpura-pura batuk. Natael jadi salting sendiri sedangkan Gemian menatap Mamanya dengan muka cemberut.

"Mama ini loh ganggu moments aja, jarang tau Ma moments GemianNatael romantis selalu Gemiannya di tolakin Mulu." Mama yang denger itu cuma ketawa aja.

"Ya udah Mama sama Papa pulang dulu ya Gem, Papa ada tugas mama harus ikut soalnya."

"Iya kerja terus kalian, anaknya lagi sakit bukannya di temenin malah di tinggal Mulu." Gemian membuat gestur pura-pura ngambek, ini klo bukan anak sendiri udah di tampol kali sama Papanya.

"Lebay kamu, kan udah ada Natael yang jagain, harusnya kamu seneng kan bisa berduaan terus sama Natael jadinya." Papa nggak kalah jail, Natael bingung dia harus berekspresi kaya gimana lagi. Dia dari tadi cuma diem aja, senyum doang saat dia dijailin.

"Iya juga si, ya udah sana kalian pergi."

"Malah ngusir kamu, ya udah kita pergi dulu, hati-hati kamu, Natael Tante nitip Gemian lagi ya." Natael ngangguk tanda jawaban iya dari dia. Keluarga Gemian berjalan keluar ruangan. Dan sekarang tinggal Gemian dan Natael lagi.

Natael yang emang udah penasaran dari tadi apa maksudnya dari pembicaraan Ayah dan anak ini akhirnya memutuskan buat bertanya.

"Lu itu punya hotel kak?" Tanpa basa-basi khas Natael sekali. Gemian yang di tanya cuma ngangguk doang. Natael yang kurang puas sama jawaban Gemian mulai tanya lagi.

" Dan tadi Papa lu bilang masalah saham lu yang di ambil sama Daresun Hotel itu maksudnya apa?" Gemini mengalihkan semua fokusnya kearah Natael. Natael juga sama dia siap dengerin semua cerita Gemian.

" Ya gitu beberapa hari lalu Daresun Hotel sempet nyerang saham hotel ku, tadinya aku fikir udah bebas dari urusan sama Daresun Hotel ternyata mereka malah bikin masalah baru lagi." Natael ngangguk paham, ternyata Gemian ini bukan orang sembarangan juga. Dia masih ada di tingkat semester 2 tapi udah bisa mendirikan dan jadi pemilik hotel. keren juga kata Natael.

"Kamu nggak ada kelas Nat?" Gemian tiba-tiba nanya masalah kelas lagi. Natael jadi males lagi.

"Hari ini nggak kelas tenang aja." Jawab Natael seadanya. Tangan Gemian terulur buat megang tangan Natael.

"Makasih ya Nat kamu udah mau jagain aku, tapi aku minta sama kamu, kamu juga harus pikirin diri kamu juga ya! Kewajiban kamu apa? Jangan sampe itu keganggu cuma gara-gara aku."

"Iya kak Gemian." Natael udah bosen dia denger Gemian ngomong gini terus. Gemian juga belom puas bilang ke Natael Karna sebenernya dia juga ngerasa bersalah sama Natael. Tapi ya udah lah.

"Kapan-kapan gw boleh main ke hotel lu kak?"

"Jadi istri aku dulu nanti sebebas kamu mau keluar masuk hotel, main sama aku di kamar juga boleh." Gemian menaik turunkan larisnya.

"Kotor banget pikiran lu." Natael merolling matanya malas. Gemian ketawa seneng dia bisa jailin kesayangannya. Natael yang di ketawa in cuma bisa gerutuin doang, soalnya dia sadar Gemian lagi sakit.

"Natael Jirokthikul tunggu sebentar lagi ya!" Natael tau kemana arah ucapan Gemian, dia nganguk dan bales ucapan Gemian, yang ngebuat Gemian makin semangat 45.

"Lu juga ya kak, tunggu sebentar lagi tunggu in gw"

"Pasti bakal aku tunggu Natael sampai kapanpun bakal aku tunggu kamu."

.

.

.


Kira-kira Gemian sama Natael bisa satu nggak ni thukon?


What Do You Want?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang