Gemian dengan tampilan kasualnya, kaus putih dengan kemeja hitam dan dengan celana kain, yang ngebuat aura ketampanan dia ini menguar kemana-mana, menunggu Natael di dalam mobilnya sambil mainin Hp buat ngecek progress rencana mereka. Sebenernya dia mau masuk aja kedalem tapi kaki dia masih sakit jadi dia mutusin buat nunggu di dalem mobil aja. Dia juga nggak nyetir sendiri kok hari ini, ada supir yang nganterin mereka nanti.
Natael yang dari tadi udah di tunggu Gemian akhirnya keluar juga, switer pink yang melekat di badannya dan juga celana jean yang buat Natael lebih manis berkali-kali lipat di mata Gemian. Gemian yang ngeliat ini nggak bisa buat berenti ngeliat kearah Natael. Dalam hati Gemian dia bilang.
"Apa gw langsung nikahin aja ini anak sekarang".
Gemian masih belum bisa ngalihin tatapan dia sampe Natael buka pintu mobil dan duduk di samping dia. Natael yang di liatin kaya gitu sedikit salting.
" Lu ngeliatin gw mulu dari tadi kak, ada yang aneh ya dari tampilan gw?" Natael sedikit ngerapihin tampilan dia lagi takut-takut emang ada yang aneh dari diri dia.
"Ehhh enggak kok Nat kamu indah banget malah hari ini, tambah manis sampe aku gagal fokus." Natael yang denger omongan Gemian pipinya udah merah banget saking malunya. Dia ngambil Hp terus dia mainin buka aplikasi random buat ngalihin rasa malunya. Gemian sama omongannya ini nggak aman buat kesehatan hati Natael.
.
.
.
.
Sekitar 30 menit perjalanan yang harus mereka tempuh, sekarang mereka udah ada di depan lobi tempat yang mereka tuju. Masuk kedalam menuju lift dan menekan angka 15.
Jalan kearah ruangan dengan beberapa staf yang udah ada disana. Mereka masuk dan juga nggak lupa ngasih salam sama semua orang yang ada disana. Dalam setiap pergerakan Natael selalu bantu Gemian.
Gemian dan Natael duduk pada sofa yang emang udah disiapin buat mereka berdua dan disebelah nya juga udah ada seorang wanita dengan beberapa berkas ditangannya.
"Oke ini Gemian dan Natael ya? Perkenalkan saya Jane seorang interviewer yang kali ini berkesampatan untuk mewawancara kalian berdua, apa kalian sudah siap?" Gemian dan Natael menganggukan kepalanya tanda mereka sudah siap. Jane menggambil Laptopnya dan para staf yang lain mempersiapkan alat – alat untuk wawancara ini.
"Kalian berdua ini bisa disebut salah satu korban dari salah satu kasus yang telah dilakukan oleh keluarga Daresun benar?" lagi-lagi Gemian dan Natael menganggukan kepalanya.
"Oke dari laporan yang kalian berikan, keluarga daresun merupakan keluarga yang sebenarnya memiliki beberapa khasus kejahatan namun selalu lolos dalam hukuman karna mereka pintar dalam menyembunyikan bukti kejahatannya? Dalam kasus ini bisa kalian jelaskan kronologi kejadian yang menimpa kalian?" Gemian melirik kearah Natael untuk memberi intruksi agar Natael memberi penjelesan terlebih dahulu. Natael menyetujui dan mulai menjelesakan semua kronologi yang menimpa sang ayah di waktu lalu. Dengan badan yang sedikit bergetar Natael tetap menjelaskan semuanya. Gemian yang ada di sampingnya terus berusaha untuk membuat Natael nyaman. Dia sedikit kasih elusan pada punggung Natael agar Natael tetap tenang.
Selesai dengan penjelasannya Air mata Natael mulai luruh menetes di pipinya. Gemian menyodorkan tisu yang dia dapat dari salah seorang staf. Natael menatap kearah Gemian dan di sambut dengan senyuman dari Gemian.
"Baik untuk Natael bisa tenangin diri dulu ya, kita langsung ke Gemian, bagaimana Gemian." Jane memfokusan tanganya untuk menulis semua penjelasan yang di Terima. Berbeda dengan Natael, Gemian menjelaskan semua tentang kejadian dia di arena malam itu dengan tenang, nggak ada ekspresi takut sama sekali. Jane yang sudah menerima semua penjelasan dari keduanya menutup laman pada laptopnya lalu mulai kembali fokus kepada Gemian dan Natael.
"Kalian juga ada beberapa bukti dari kasus ini ya?" Gemian mengeluarkan Flasdisk yang bersisi rekaman bukti dan diserahkan kepada Jane. Jane mengambilnya dan mengcopy rekaman tersebut.
"Oke ini sudah selesai, terimakasih atas kerjasama dan waktunya ya Gemian, Natael." Jane menjulurkan tangannya kepada Gemian dan Natael dan disambut dengan hangat oleh mereka berdua.
"Kami berterimakasih juga atas bantuannya kak Jane dan semua staf disini. Saya harap kasus ini dapat cepat selesai dan semua ada pada keadilannya masing-masing." Semua orang disana mengangguk atas ucapan Gemian.
"Kalau gitu kita pamit dulu semua, nanti kalian bisa hubungi saya lagi jika ada keperluan lain." Gemian dan Natael keluar ruangan tidak lupa juga memberikan salam. Berjalan beriringan dengan helaan nafas yang lega. Posisi jalan Gemian emang masih agak pincang Natael di sampingya dengan telaten menuntun Gemian hingga mereka masuk kedalam mobil.
"Masih ada beberapa waktu, kita jalan dulu yuk Nat." Natael menyetujui permintaan Gemian dari pada dia harus jenuh nunggu yang lain. Gemian yang liat persetujuan Natael bersorak seneng dalam hati. "Akhirnya bisa kencan juga sama simanis kesayangan."
.
.
.
.
.
.
Winar, Marvel, sama Satria sekarang lagi ada di dermaga. Marvel dengan kamera di tangannya sibuk membidik objek yang dari tadi mereka amati. Winar di sampingnya juga sama sibuknya dengan beberapa alat untuk melancarkan aksinya. Sedangkan Satria dia dari cuma kipas-kipas kepanasan sambil benerin topi yang bikin Winar emosi.
"Lu dari tadi kerjaannya cuma kipas-kipas doang lu." Satria yang di omelin sama Winar nggak terima.
"Hehhh denger! gw tadi udah nolak buat lu ajak kesini, tapi lu nyeret-nyeret gw, maksa-maksa gw buat ikut ya. Ya jadi jangan salahin gw,orang gw juga nggak tau harus ngapain anjir." Satria dengan santainya masih ngebenerin topi yang dia pake. Winar yang ngeliat itu kesel dan langsung ngambil topi yang di pake sama Satria. Satria masih coba buat ngambil topi dia yang di ambil sama Winar. Marvel yang dari tadi udah pusing sama kelakuan dua ini anak udah nggak mau ambil pusing, dia mau fokus aja sama kerjakan dia, biarin aja ini anak berdua berantem ampe jadi jodoh juga biarin sono.
Marvel ngeliat gerakan mencurigakan dari target mereka menyiapkan kameranya dan memotret semua yang ada disana. Orang-orang itu ngebuka sedikit sebuah kotak dengan beberapa benda berbentuk serbukan dan juga benda cair dalam tabung kecil-kecil. Marvel membidik dan memfokuskan kameranya ke benda tersebut. Puas sama apa yang di dapet hari ini Marvel balik badan buat ngasih liat ke temen-temennya.
Tapi apa yang dia liat ini sangat-sangat tidak pantas untuk diperlihatkan buat dia yang jomblo ini. Disana dia ngeliat Winar sama Satria yang lagi tindih-tindihan dengan bibir yang menyatu. Kan bangsat kalo kata Marvel.
Winar sama Satria yang juga udah sadar langsung berdiri sambil ngerapihin pakaian mereka. Winar berjalan kearah Marvel dan merangkul sahabatnya yang mukanya udah kaya sayur yang nggak di angetin 2 hari, asem banget.
"Udah kan Vel ayo pulang sekarang." Marvel cuma pasrah aja udah. Dibelakangnya ada Satria yang jalan sambil masih megangin bibirnya.
"Gw ngapain tadi anjir." Ucap Satria dalam hati dan menggelangkan kepalanya ribut.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Do You Want?
FanficEs di kutub nggak selamanya beku kan? Gw percaya suatu saat es itu akan mencair Gemian Kenapa lu batu banget jadi orang? Kenapa lu ngeyel banget jadi orang? Stop ganggu hidup gw bisa? Natael