BAB VII (Flashback)

602 47 1
                                    


Kalau kalian disuruh milih antara pergi ke masa lalu atau masa depan kalian mau pilih yang mana? Jawaban dari Natael dia pasti bakalan pergi ke masa lalu. Dimana dia pengen ngerubah semuanya kalau dia bisa. Dia pengen dia yang dulu itu nggak sebodoh itu buat percaya sama seseorang, sekaligus orang itu kerabat dekat sendiri. Terkadang juga sebenernya musuh paling bahaya itu ada di dalam sebuah kata saudara. Perasaan tamak dan sifat keangkuhan yang tinggi, gila akan harta, obsesi akan kemewahan, haus akan pujian, itu semua sifat yang bisa ngerubah manusia jadi iblis. Dengan apapun caranya asalkan tujuan itu tercapai, walaupun harus menghilangkan nyawa seseorang, mereka akan selalu menghalalkan segala cara.

Natael sengaja masuk ke jurusan hukum, untuk mempelajari semua tentang hukum dengan jujur. Karna Natael tau rasanya ketika sebuah kejahatan sengaja ditutupi untuk melindungi diri dan menjatuhkan seseorang.

Sekitar 5 tahun lalu kejadian yang ngebuat Natael berubah menjadi orang yang nggak kesentuh, susah di tebak, selalu menyendiri, dan nggak mau bersosialisasi dengan orang lain. Kejadian dimana dia menyaksikannya sendiri dengan mata kepalanya, Sang Ayah yang di perlakukan tidak manusiawi hingga kehilangan nyawa.

Pelaku tak lain adalah keluarganya sendiri, paman yang sangat Natael hormati selama ini, kakak yang Natael udah anggep seperti kakak kandung sendiri. Bibi yang Natael kira selama ini adalah wanita yang baik, pengertian dan selalu lembut sama dia, ternyata semua itu cuma topeng belaka.

Mereka yang sebenarnya adalah orang yang gila akan harta. Sebenarnya mereka sudah memiliki bagiannya masing-masing, tetapi sifat kurang puas mereka lah yang membuat mereka rela mengorbankan keluarga mereka sendiri.

Mereka berhasil mengambil sebagian usaha Ayah Natael, Perusahaan yang sudah didirikan dengan susah payah sempat goyah hingga harus mengeluarkan beberapa karyawan. Segala usaha Bunda kerahkan sehingga sekarang perusahaan itu bisa jauh lebih baik lagi. Natael sebenarnya adalah satu-satunya pewaris dari perusahaan tersebut, namun Karna Natael dulu masih menginjak sekolah tingkat SMP jadi dia belum begitu siap untuk semua itu.

Namun dari semua itu hal yang paling membuat Natael hancur adalah kepergian sang Ayah yang selalu ada buat dia. Mau sesibuk apapun sang Ayah pasti akan selalu memberikan waktu untuk Natael. Natael kecil yang selalu di manja. Dan tiba-tiba dia kehilangan itu semua, dia kehilangan sosok Ayah yang tulus dan penyayang.

Natael selalu membayangkan jika saja dia nggak kemakan sama rayuan yang saudara mungkin sang Ayah saat ini masih bersamanya.

Disaat-saat seperti ini Natael selalu duduk termenung di balkon kamarnya, memandangi ribuan bintang yang dia yakini ada sang Ayah di salah satunya. Bintang-bintang diatas sana sepertinya sangat bahagia. Natael terkadang ingin menjadi salah satu dari mereka yang tidak harus memikirkan sesuatu, tapi Natael masih selalu ingat kata Ayah.

"Seberapa berat pun hidup kamu, jangan kamu pilih jalan untuk mengakhiri hidup, Karna itu nanti malah membuat kamu susah sendiri diatas sana."

Malam semakin larut dan angin malam pun mulai berhembus sedikit lebih kencang. Namun sepertinya Natael belum ingin beranjak dari duduknya. Sebuah suara seseorang membuka pintu mengalihkan instensi Natael. Itu Satria datang dengan membawa sekantung Bir dan beberapa cemilan lainnya.

"Lu ngapain kesini malem-malem" Sarkas Natael

"Hehehe gw bosen di rumah, bang Pandu lembur mulu kerjaannya nggak ada temen buat minum gw, jadi gw kesini aja sekalian nginep ya..." Satria Emang udah sering nginep di rumah Natael jadi jangan heran dia bisa masuk gitu aja kedalam rumah Natael udah kaya maling.

"Lu klo duduk disini pasti lagi kangen kan sama Ayah lu, jadi nih pas banget gw bawain sesuatu biar suasananya makin ngena banget." Satria menyodorkan sekaleng bir yang sudah di buka untuk Natael. Natael menerimanya dengan senang hati, mumpung gratis kan.

What Do You Want?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang