Chapter 1 : Nakamura Aiko

2.4K 100 0
                                    

Suara rintikan hujan menghiasi suana mengobrol kami. Suara guntur membuat obrolan kami harus terhenti dan akan dilanjutkan besok. Aku, Rena, dan Kumiko memiliki beda jalur untuk pulang jadi kami harus berpisah di depan kafe ini. 

Aku memegang erat payung putihku agar tak terbag tapi karena angin yang berhembus terlalu kencang membuat payungku rusak seketika. Aku berteduh di sisi jalan tempat toko-toko yang mulai tutup. Angin mulai jahil yang membuat rokku terangkat. Firasat burukpun muncul dalam benakku.

"Apa ini akan dimulai kembali? Aku harus segera mengambil tindakan." Gumamku pada diri sendiri.

Awan hitam mulai berkumpul dan kupikir akan terjadi badai. Sesegera mungkin aku berlari di bawah hujan, tidak mempedulikan lagi hujan yang akan membahasahi pakaianku. Hawa dingin menusuk tulang rusukku yang membuatku menggigil. Aku mempercepat langkah kakiku. Tidak bisa kubayangkan jika ini akan terjadi kembali. Aku harus ke tempat Toru untuk mengecek apa terdapat keganjalan.

Ponselku berdering yang membuatku sibuk dengan suara dari sebrang sana. Suara samar-samar karena sinyal yang buruk. Aku harus berteriak sehingga Rin bisa mendengar suaraku. Masih sibuk dengan ponselku, sehingga aku tidak memperhatikan pemuda yang berada di depanku. Akibatnya aku menabraknya hingga dia terjatuh. Kuulurkan tanganku pada pemuda itu. Dia tidak membalas melainkan berjalan pergi begitu saja.

"Aiko, apa kau mendengarku?" Suara Rin dari sebrang sana.

Ketempelkan kembali ponselku, "Ahhh.... Maaf Rin. Aku dalam perjalan ke tempat Toru. Kita akan berkumpul di sana. Tolong kontak yang lain agar berkumpul dengan supai terdekat dan kompromikan. Jika terdapat gerbang pintu, kita harus segera mengadakan ritual."

Supai adalah sebutan untuk mata-mata. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok yang ditempatkan pada setiap tempat yang memungkinkan akan terjadi badai dan terbukanya gerbang. Setiap kelompok terdapat tiga anggota dan setiap anggota harus terdapat supai supaya bisa memata-matai gerakan musuh dan mengatahui letak gerbang yang akan terbuka. Sebenarnya tidak harus tiga orang dan harus terdapat supai tapi karena jumlah kami yang menurun drastis karena perang pada 17 tahun yang lalu, membuat kami harus membagi anggota dengan sangat hati-hati. Hanya sedikit yang ditempatkan di sini. Persentase sisanya terdapat di tempat lain.

"Baiklah. Kita akan bertemu di tempat Toru."

****

Rumah Toru sudah di depan mata. Aku langsung masuk tanpa permisi dan langsung belari ke ruang bawah tanah. Banyak sekali buku-buku koleksi Toru yang dia dapatkan di dunia ini. Dan sekarang yang kulakukan adalah merentangkan salah satu tanganku kedepan. Muncul sinar dari telapak tanganku.

"Surga, kami adalah perisai untuk menjaga perdamaian."

Sebuah pintu tinggi putih muncul. Aku melangkah masuk. Tempat ini benama Kekure Basho. Aku disambut dengan rawut wajah khawatir dari Rin dan Toru. Dari yang kulihat ini berarti terdapat berita buruk. Toru dan Rin menatapku dengan kekhawatiran yang sangat besar. Aku melangkah mendekati mereka.

"Aiko... kita mendapat masalah besar." Terang Rin dengan nada ketakutan.

"Aku sudah tahu ini akan terjadi. Berapa gerbang yang terbuka?"

"2300 di penjuru dunia." Ujar Toru yang masih sibuk dengan mesin yang mirip dengan komputer.

"Jumlah itu masih bisa dikendalikan. Kita akan mengadakan ritual."

Ritual dilakukan oleh tiga orang yang memiliki kekuatan untuk memutup gerbang. Biasanya kekuaatan itu dimiliki oleh setiap penghuni surga dan neraka. Kami yang berasal dari kediaman surga memiliki tanggung jawab untuk melindungi perdamaian. Kami harus menutup semua gerbang dan membasmi para iblis yang menggangu.

DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang