Chapter 8 : Nakamura Aiko

556 56 7
                                    

Aku dan Fujimoto-san sering berbagi pesan. Kami sering menceritakan banyak hal yang belum pernah kudengar seperti dia memelihara anjing di rumahnya, dia anak tunggal dan masih banyak hal lagi. Itu sangat membuatku senang. Banyak hal yang kuketahui tentangnya sekarang tapi itu masih belum cukup. Aku menginginkan lebih.

Yamamoto-san sering mendengar ceritaku walaupu dia sama sekali tidak merespon. Aku pernah meminta nasehatnya tapi dia hanya menjawab "Itu bukan urusanku." Tapi dia tetap mendengarkan walaupun dia nampak tidak suka. Entah kenapa aku suka saja jika dia menjadi jenggel. Ada yang aneh, dia juga sering bertanya tentangku.

Aku duduk di perpustakaan sambil membaca kembali pesan dari Fujimoto-san. sinar matahari yang berwana jingga masuk melakui jendela kaca dengan pantulan sinarnya. Dalam keadaan sibuk dengan urusanku tiba-tiba saja nama teman dekat Yamamoto-san muncul dalam layar . Aku mengangkat panggilannya.

"Nakamura-san?"

"Ya?" Mungkin ini pertama kalinya aku berbicara dalam telpon dengannya tapi ini bukan suara Otoshi Ryuuji.

"Ryuuji ingin mengatakan sesuatu padamu. Bisakah kau ke lapangan basket sekarang?"

Hari ini tidak ada latihan tapi kenapa dia mengajakku kesana?

Aku bangkit dari tempat dudukku dan pergi ke lapangan basket yang tadi dimaksud. Aku tidak tahu apa yang akan Otoshi-san katakan sampai dia harus menyerahkan orang lain untuk berbicara padaku. mungkin karena aku kurang akrab dengannya.

Kira-kira ada 10 anak basket yang berada di lapangan. Mereka semua tidak berkumpul tapi ketika aku datang tiba-tiba saja semua mulai bergerumbul kecuali satu orang, Yamamoto-san. Padahal dia mengatakan dia sudah keluar dan tidak akan ikut club apapun tapi kenapa dia masih disini.

Anak-anak lain senyum-senyum tidak jelas dan mendorong Ryuuji untuk berhadapan denganku. Dia menundukkan kepalanya dan memandangku. Anak-anak lain bergegas pergi dan hanya tertinggal kami bertiga, aku, Otoshi-san, dan Yamamoto-san. Aku tahu kakak kelas tadi mempermainkannya.

"Aku menyukaimu."

Aku tidak tahu harus berbuat apa tapi ini terlalu mendadak bahkan aku tidak pernah mengenal Otoshi-san dengan benar. Bagaimana ini bisa terjadi?

"Ini memang sedikit aneh karena kita tidak dekat tapi ini tidak salah. Aku menyukaimu."

Muutku terasa membeku. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Tapi aku harus mengatakannya. "Maaf. Aku sudah menyukai orang lain." aku takut karena ini aku tidak bisa lagi menyapanya bahkan menjadi musuh.

"Ahhhh.... Akhirnya aku bisa mengatakannya. Aku sudah tahu kau akan mengatakan itu. Jangan membuat wajah seperti itu. Itu seakan kau tidak suka dengan tindakanku tadi."

Aku langsung merubah ekspresiku. "Ah itu tidak benar. Terimakasih telah mencintaiku tapi aku tidak bisa. gomen."

"Tidak apa-apa." Dia mengambil tasnya. "Akira, ayo pulang. Aku akan mentraktirmu. Kau mau ikut juga Nakamura-san?"

Yamamoto-san bengkit dari tempat duduknya yang dari tadi dia hanya bisa menyaksikan pertunjukkan kami dengan wajah datar.

"Tidak, ini sudah sore. Aku harus pulang."

Tiba-tiba saja Yamamoto-san menarik tasku. "Ikut saja. Makanan gratis jarang didapat."

Aku ingin menolak tapi melihat akspresi Otoshi-san dan tingkah Yamamoto-san yang tetap menarik tasku sambil mengikutinya, aku tidak bisa menolak. Mungkin ini bisa disebut menebus.

Kami tiba di kedai ramen yang tidak jauh dari sekolah. Kami memesan semangkuk besar ramen pedas dan itu membuatku kaget. Sebelumnya aku sudah makan banyak dan kali ini makan semangkuk besar ramen pedas. Mungkin aku besok akan bolak-balik ke kamar mandi.

DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang