CHAPTER 2 || Tertarik

80 36 86
                                    

Nathalia mendengkus jengkel begitu semua pasang mata memperhatikan dirinya tanpa henti. Mengedarkan pandangan sejak tadi, namun ia belum melihat sosok kembarannya di sini. Damn.

Sementara itu, di depannya sudah ada sepasang mata yang terus menatapnya tajam sejak tadi. Siapa lagi kalau bukan lelaki yang beberapa menit lalu membuatnya refleks berteriak karena bertelanjang dada di depannya. Oh, sungguh itu sangat memalukan.

“Lo bukan Anak Andara.”

Leonardo Deo Sandrean, laki-laki bertubuh tinggi si pemilik bulu mata lentik. Jangan lupakan kulitnya yang putih bersih serta suaranya yang sedikit serak membuat Nathalia tanpa sadar menganga karena terpesona. Well, ia bukan tipe gadis yang sok tidak mengakui ketampanan seorang pria. Kalau disuguhkan yang bening-bening juga ia mau-mau saja.

“Kenapa lo bisa masuk?” tanya Lelaki di sampingnya, yang Nathalia tahu sebagai Ketua Asrama Laki-laki di sini.

“Lo cari orang apa nyasar?” tanya Lelaki lainnya.

Nathalia yang diberondong pertanyaan hanya sanggup menggaruk pipi. Tingkahnya sekarang persis seperti maling yang tertangkap basah. Mendadak sikap bar-barnya rontok tanpa sisa. Nathalia mlempem layaknya krupuk yang dikipasi.

“Nemu di mana lo Cewek begini?” Dean berbisik pada Leon yang diketahui sebagai orang pertama yang bertemu Nathalia.

Bukannya menjawab, Leon malah mendengkus. Ia masih jengkel dengan kejadian beberapa menit lalu. Akan tetapi, kejengkelan itu seolah sirna dan berganti dengan raut penasaran begitu Nathalia berdiri dan berseru, “EL ...!!!”

***

Nathaniel Reffo Alexander, laki-laki yang tidak lain adalah kembaran Nathalia. Ia yang baru bangun tidur langsung dibuat terkejut begitu mendapati seorang gadis tomboy berdiri di tengah-tengah banyaknya laki-laki.

Tak hanya itu, Nathalia yang menghampiri dengan kantong kresek di tangannya pun tak luput juga dari perhatiannya. Nathaniel tercengang. Ia menepuk dahinya karena lupa jika telah menyuruh kakak kembarnya membelikannya makanan.

“Lain kali gue nggak mau lo suruh lagi!” dengus Nathalia, yang Nathaniel tahu jika gadis di depannya ini marah.

Nathaniel buru-buru berdeham panik. “So-sorry, Al. Aku ketiduran,” jelasnya, yang malah membuat Nathalia melotot.

“Jadi dia Cewek lo?” Leon bersendekap dada. Tatapan tajamnya menghunus dua bersaudara itu.

Nathaniel menggaruk tengkuk, kemudian mulai menggiring Nathalia agar segera keluar dari asrama cowok.

“Gue jelasin nanti,” ucapnya, sebelum pergi.

Nathaniel berdecak saat baru sadar jika Nathalia mengenakan jeans pendek se-paha.

“Kamu kalau pakai baju bisa beneran dikit nggak sih?” omel Nathaniel.

Yang dibalas Nathalia dengan melengos. Ia masih begitu kesal dengan kembarannya. “Serah gue.”

Nathaniel mendesahkan napas kasar. “Marah?”

“Pake nanya lagi!” sewot Nathalia. Matanya melotot semakin lebar. Pun dengan bibirnya yang mengerucut. “Lain kali tuh kalau minta apa-apa ditungguin. Gue capek tau ....”

“Iya-iya maaf, Al.” Nathaniel membawa Nathalia dalam pelukan. “Ngomong-ngomong ini mukanya kenapa? Berantem lagi?” tanyanya, sembari meneliti wajah cantik Nathalia.

Nathalia tak mengelak. Ia mengangguk dan mulai menceritakan apa yang dialaminya. Keduanya larut dalam obrolan-obrolan, yang tanpa disadari direkam dengan jelas oleh sepasang mata tajam yang sejak tadi melihat interaksi keduanya.

ALLEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang