CHAPTER 6 || Tonjokan Pacar

28 5 1
                                    

Nathalia memandang papan kayu bertuliskan XI IPA 2 di depan pintu. Suasana yang tadinya ramai seketika hening begitu Nathalia berdiri tepat di tengah-tengah pintu kelas. Ia mendengkus jengah, kemudian melangkah dengan wajah angkuh ke arah bangku kosong.

“Lo Pacar Leon, kan?”

Pergerakan Nathalia otomatis terhenti. Kini tatapannya tertuju pada gadis dengan nametag Mega—gadis hobi nulis, tak heran jika perannya dalam kelas ini menjadi sekretaris. Dipandangnya Mega sekilas, kemudian memilih untuk mengangguk saja.

Tak mendapatkan respons yang wow membuat Mega dirundung kesal seketika. Gadis itu menyipitkan mata pada Nathalia dengan tak suka. Nathalia yang melihat itu pun masih tak peduli.

“Leon buta kali bisa suka sama lo,” kata Mega, nyinyir.

Nathalia tersenyum miring. “Emang,” sahutnya. “Saking cantiknya gue, Leon aja sampai jadiin gue pacarnya. Iri lo?”

Mendapatkan balasan dari Nathalia, Mega seketika bersungut-sungut. Gadis itu terlihat menahan kesal, terbukti dengan dua kepalanya tangan tertahan di sisi bajunya.

“Leon itu Calon Tunangan gue!”

Nathalia menaikkan alis. Ia tak tahu perihal ini. Namun, melihat reaksi seluruh teman lainnya, Nathalia paham jika yang Mega katakan adalah benar.

“Oohh ... Calooonnn ...” Nada bicaranya sengaja dipanjangkan. Kemudian melirik Leon yang baru saja lewat di depan kelasnya. “Ya udah, ambil gih! Itupun kalau Leon mau sama lo,” tukasnya.

“Lo—”

“Mega ...” Nathalia membaca nametag gadis itu, lalu berdecih. “Biasanya orang bakal berpikir dua kali buat punya masalah sama gue. Tapi kayaknya lo belum kenal gue ya.”

BRAAKK !!!

Kelas XI IPA 2 riuh seketika. Ada yang menjerit, lari ke luar kelas. Bahkan ada yang masih diam menonton melihat apa yang Nathalia lakukan barusan.

Meja terbelah dua.

Oh astaga. Apa bisa cewek sekuat itu?

Mega sendiri berdiri ketakutan tak jauh dari posisinya. Gadis itu melihat bagaimana Nathalia memukul meja begitu kuat tanpa ringisan.

“Gue bisa patahin tubuh lo kayak gini! Mau lo?”

Mega terdiam kaku. Keberaniannya mendadak menguap entah ke mana. Sungguh, Nathalia sangat menakutkan. Padahal tadi ia sempat mengira jika Nathalia akan takut padanya, tapi justru sebaliknya sekarang.

Tak mendapatkan respons, Nathalia mendengkus. Ia lantas keluar kelas dengan emosi yang meletup-letup.

***

Di sinilah Leon berada, lantai teratas bangunan sekolah ‘rooftop’. Menikmati semilir angin, Leon membiarkan bulu matanya yang lentik tertidur cantik.

Akan tetapi, baru saja Leon memejamkan mata, kini laki-laki itu harus terpaksa membuka mata begitu mendengar suara pintu dibuka paksa. Tak lama ia bisa melihat Nathalia yang berdiri di sana.

“Al ...?”

Nathalia tak menyahut. Namun, gadis itu terus melangkah maju mendekati Leon. Matanya berkilat-kilat penuh emosi. Kemudian ....

Bugh!

“Berengsek!”

Leon meringis merasakan perutnya ditonjok sedemikian rupa. Tapi bukan itu yang menjadi fokusnya sekarang. Leon lebih memilih menatap Nathalia yang ingin menghajarnya sekali lagi. Tatapan Nathalia berkilat-kilat tajam begitu menatapnya.

ALLEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang